16 comments 449 views

Pemilu dan Ancaman Komodifikasi terhadap Generasi Z

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024. Jumlahnya mencapai 204.807.222 pemilih. Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT, mayoritas pemilih Pemilu 2024 didominasi dari kelompok generasi Z dan milenial. Pemilih dari generasi milenial berjumlah 66.822.389 atau 33,60% dari total jumlah pemilih. Generasi milenial adalah sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024. Adapun sebutan generasi Z merujuk pada orang yang lahir mulai 1995 hingga 2000-an. Jika diakumulasikan, total pemilih dari kelompok generasi milenial dan generasi Z berjumlah lebih dari 113 juta pemilih. Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45% dari total keseluruhan pemilih.

Berkaca dari komposisi pemilih di atas, bisa dipastikan bahwa Generasi Z akan menjadi salah satu kelompok rebutan partai politik (parpol) serta kontestan pemilu untuk mendulang suara dan memenangi kontestasi. Hal ini, di satu pihak, tentu saja menghadirkan dampak positif bagi Generasi Z. Dengan daya tarik kuantitasnya, ruang perhatian dan pelibatan generasi Z dalam kancah politik nasional akan terbuka makin lebar. Namun, keuntungan tersebut juga dibarengi dengan bahaya yang cukup serius yakni ancaman komodifikasi generasi Z untuk kepentingan elektoral. Di sini, generasi Z direduksi sebagai komoditas elektoral semata, yang perlu didekati hanya untuk sebuah kepentingan pragmatis, yakni memperoleh suara. Ancaman ini sangat mungkin terjadi, mengingat pemilu kita selama ini sarat dengan kalkulasi pragmatis menang – kalah. Karena itu, adalah suatu keharusan untuk memastikan bahwa generasi Z tidak terjebak dalam arus komodifikasi partai politik serta kontestan elektoral dan merancang keterlibatan generasi Z dalam dunia politik secara berkualitas.

Mengendus Jejak Komodifikasi Generasi Z

Mosco, sebagaimana dikutip oleh Isma Adila dan Arif Budi Prasetya dalam buku Ekonomi Politik Komunikasi: Sebuah Realitas Industri Media di Indonesia, mengatakan bahwa proses komunikasi dan teknologi memiliki kontribusi yang besar pada suatu proses komodifikasi secara keseluruhan. Komunikasi menjadi arena komodifikasi yang potensial dan membawa keuntungan sebab komunikasi memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Komunikasi membuat proses komodifikasi bukan hanya perubahan nilai guna namun juga membawa membawa pesan yang mengandung simbol dan citra yang dapat digunakan sebagai alat untuk mempertajam kesadaran penerima pesan. Bertolak dari Mosco, maka wilayah pertama yang mesti kita masuki untuk melacak jejak komodifikasi generasi Z adalah ruang komunikasi generasi Z itu sendiri.

Saat ini kita memasuki era komunikasi digital, era di mana komunikasi terjadi melalui piranti digital, khususnya media sosial dan generasi Z adalah “warga asli” era komunikasi digital karena mereka memang lahir di era digital dan tumbuh kembang bersamaan dengan pesatnya kemajuan teknologi digital. Maka, tak heran jika media sosial begitu digandrungi oleh generasi Z. Media sosial inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh partai politik dan kontestan elektoral untuk melakukan pemasaran politik kepada generasi Z dan sangat mungkin dalam proses tersebut terjadi proses komodifikasi generasi Z untuk kepentingan elektoral. Proses komodifikasi tersebut dilakukan dengan cara memproduksi kesan sebagai parpol ataupun kontestan yang paling “berjiwa” generasi Z atau terlihat paling peduli dengan generasi Z. Hal ini, misalnya, dilakukan dengan mengikuti goyangan tik-tok yang lagi trend di kalangan generasi Z atau memakai istilah – istilah yang populer di kalangan generasi Z saat berbicara atau berpidato. Gestur – gestur politik macam ini memang penting sebagai salah satu strategi untuk merebut hati generasi Z. Tapi, tanpa menghadirkan substansi, hal – hal macam ini tak lain adalah bentuk komodifikasi semata.

Jejak komodifikasi berikutnya, bisa diendus lewat strategi parpol yang merekrut dan mengusung anak muda dalam kontestasi elektoral. Sekilas, nampak bahwa ada komitmen dari parpol untuk melibatkan kaum muda (baca: generasi Z) dalam politik. Namun, apabila ditelaah secara mendalam pelibatan kaum muda oleh parpol sebenarnya adalah sebuah praktik komodifikasi terselubung, karena hanya orang – orang yang memiliki privilese khusus, seperti anak pejabat dan artis, yang bisa mengakses kesempatan tersebut. Mengapa artis atau anak pejabat? Karena mereka memiliki popularitas yang bisa dipakai untuk mendulang suara. Di sini, tampak jelas bahwa anak muda cuma dijadikan komoditas politik semata. Mereka dilibatkan hanya untuk menggaet suara dari kalangan generasi Z demi memenangi pemilu, tanpa ada komitmen serius untuk melibatkan mereka dalam kancah perpolitikan nasional.

Langkah Solutif

Berhadapan dengan ancaman komodifikasi oleh parpol dan kontestan pemilu, generasi Z tentu saja tidak boleh berdiam diri. Lalu, bagaimana menangkal arus komodifikasi tersebut? Hemat saya, generasi Z mesti menjadi generasi yang kritis. Bersikap kritis berarti membuat telaah secara mendalam dan komprehensif terhadap setiap kebijakan atau langkah parpol dan kontestan elektoral serta “konten – konten” marketing politik dari para kandidat yang bertebaran di media sosial. Generasi Z tidak boleh percaya begitu saja dengan janji – janji para politikus. Mesti dipertanyakan, apakah mereka hanya beretorika atau benar mau mengabdi untuk rakyat? Apakah visi dan misi yang mereka sampaikan itu feasible atau hanya bualan di langit? Apakah janji mereka benar – benar menyentuh dan mengangkat persoalan riil yang dihadapi Masyarakat, khususnya generasi Z? Atau, apakah mereka memiliki strategi konkret yang jelas dan terukur untuk menyelesaikan persoalan generasi z?

Di samping memperlengkapi generasi Z dengan daya kritis, partai politik dan para politikus juga mesti kreatif dan cerdas. Pemasaran atau kampanye politik di media sosial mesti membawa gagasan yang bernas dengan kemasan yang kreatif. Tidak cukup hanya dengan nyanyi, goyang tik-tok atau berbicara dengan memakai istilah populer generasi Z. Mesti peka juga membaca tuntutan dan persoalan generasi Z dan merancang progam dan strategi penyelesaian yang konkret, jelas dan terukur. Sementara itu, partai politik mesti mereformasi diri, mulai dari pembenahan sistem perekrutan anggota, kaderisasi dalam tubuh parpol hingga metode penetapan kandidat yang diusung dalam pemilu. Sistem dinasti dalam tubuh parpol mesti dikikis habis. Faktor keturunan dan popularitas, tidak boleh menggeser kompentensi dan kualitas sebagai basis pertimbangan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. Tanpa reformasi semacam ini, pelibatan generasi Z dalam politik hanya omongan belaka. Mereka akan tetap dijadikan komoditas politik semata untuk kepentingan elektoral parpol.

....

  1. Nabilah Muhamad, “KPU: Pemilih Pemilu 2024 Didominasi oleh Kelompok Gen Z dan Milenial” dalam https://databoks,katadata.co.id/datapublish/2023/07/05/kpu-pemilih-pemilu-2024-didominasi-oleh-kelompok-gen-z-dan-milenial diakses pada 14 November 2023.
  2. Isma Adila dan Arif Budy Prasetya, Ekonomi Politik Komunikasi: Sebuah Realitas Industri Media di Indonesia (Malang: UB Press, 2020), hlm.39-40.
  3. Ibid.
  4. Boni Hargens, “Kaum Milenial dalam Pusaran Pembangunan Politik” kata pengantar dalam Rio Nanto, Politik Era Milenial: Butir-butir Esai Politik Populer (Maumere: Penerbit Ledalero, 2020), hlm.ix-x.

Daftar Pustaka

  • Muhamad, Nabilah. “KPU: Pemilih Pemilu 2024 Didominasi oleh Kelompok Gen Z dan Milenial” dalam https://databoks,katadata.co.id/datapublish/2023/07/05/kpu-pemilih-pemilu-2024-didominasi-oleh-kelompok-gen-z-dan-milenial diakses pada 14 November 2023.
  • Adila, Isma dan Arif Budy Prasetya. Ekonomi Politik Komunikasi: Sebuah Realitas Industri Media di Indonesia. Malang: UB Press, 2020.
  • Nanto, Rio. Politik Era Milenial: Butir-butir Esai Politik Populer. Maumere: Penerbit Ledalero, 2020.

16 comments

Stevania Dewa November 26, 2023 - 8:00 am

Betul. Komodifikasi memang ancaman nyata. Karena itu, parpol tidak boleh bertindak pragmatis dan harus merancang marketing yg cerdas dan kreatif, dan paling penting adalah mengajak gen Z untuk selalu kritis. Perlu buat telaah yang tajam atas kampanye parpol dan para politikus.

Reply
Alfred Samudra November 26, 2023 - 10:07 am

Selalu menarik memang membincang tentang Gen Z dengan karakteristik preferensi politik yg variatif. Kuantitas Gen Z (plus generasi milenial) yg ‘bejibun’ tidak dpt dinafikan menjadi medan komodifikasi para ‘pemburu’ suara. Namun, dlm kaitan mempercepat demokratisasi, proyeksi trhadap Gen Z itu lbh sekadar isu 5 tahunan tetapi concern yg brkesinambungan. Karena itu, cakupan kajian bsa diperluas, semisal sejauh mana dampak keterlibatan kandidasi artis bagi pemajuan demokrasi. Tulisan di atas menarik utk dikaji lbh lanjut

Reply
Hasler Sakan November 26, 2023 - 10:08 am

itulah hal yang perlu dikhawatirkan. Apakah dengan melibatkan kaum muda dimaksudkan pada suatu bentuk partisipasi aktif yang bersifat membangun, atau justru kaum muda hanyalah alat untuk untuk memperlancar kepentingan-kepentingan oknum tertentu yang ingin meraup keuntungan dari situasi politik yang sedang memanas di negeri ini. Oleh sebab itu, kaum muda sekiranya perlu kritis dalam menanggapi setiap tawaran yang datang dari dunia politik. Tidak semua yang tampak baik memiliki tujuan yang baik. Artikel ini sangat membantu guna membuka wawasan kaum muda menanggapi pesta demokrasi yang sudah dekat ini.

Reply
Hasler Sakan November 26, 2023 - 10:11 am

Artikel ini sangat membantu guna membuka wawasan kaum muda menanggapi pesta demokrasi yang sudah dekat ini. Kaum muda perlu membangun sikap kritis, agar tidak termakan begitu saja dengan tawaran yang menggiurkan. Tidak semua yang tampak baik, memiliki maksud dan tujuan yang baik.

Reply
Stevania Dewa November 26, 2023 - 10:20 am

Tulisannya Manarik. Banyak orang tahu akan hal ini, tapi tidak menyadari bahwa banyak Org menganggap partisipasi Gen z sebagai bentuk pencapaian karir yang luar biasa, ternyata status sosial dan popularitas yang mengangkat mereka mencapai titik itu.hhhh. Berangkat dari komodifikasi Terselubung, layakkah ini juga dianggap bentuk Endorsmen?. Bahwa politik hanya alat?

Reply
massdickooz November 26, 2023 - 11:10 am

Parpol memang harus cerdas dan kreatif. Anak muda(Gen Z) bukan hanya komoditas politik. Mereka adalah subjek yg berdaulat. Maka, kehadiran parpol di sosmed jangan hanya membawa sensasi, tapi juga ide dan gagasan cemerlang.

Reply
Stevania Dewa November 26, 2023 - 11:13 am

Tulisan ini merupakan sebuah bentuk dorongan bagi kaum mudah untuk terlibat dalam dunia politik. lebih dari itu penulis menganjurkan keterlibatan itu mesti diikuti dengan sikap kritis.

Reply
Wiron Goa November 26, 2023 - 11:16 am

Tulisan ini tidak hanya mendesak anak muda untuk berkiprah di dunia politik, tapi lebih dari itu, penulis merekomendasikan model keterlibatan yang kritis. Jadi, tidak hanya terlibat, tapi harus terlibat secara kritis. Keterlibatan kritis generasi Z ini menjadi urgen karena suara mereka bisa menjadi penentu hasil akhir pemilu mendatang. Apabila gen Z tidak kritis memilih pemimpin dan hanya asal pilih, maka nasib bangsa ini selama 5 tahun ke depan akan menjadi taruhannya.

Reply
massdickooz November 26, 2023 - 11:20 am

Generasi Z memiliki karakteristik sebagai generasi yang terbuka terhadap berbagai hal, seperti isu sosial dan lingkungan, multikulturalisme, dan kemajuan teknologi, “Dia tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, selalu ingin tahu, dan selalu kemana-mana. Jika ada masalah tertentu, mereka lebih beran untuk menyuarakannya. Sebagaimana Thomas Vilkanova, melalui tulisannya menyadarkan kita (Generasi Z) untuk bersikap kritis terhadap politik Indonesia dewasa ini. Melalui tulisan ini juga, cukup membuka cakrawala berpikir Generasi Z dalam berdemokrasi.

Reply
Sebas Iyai November 26, 2023 - 5:08 pm

Tulisan dr Sdr. Thomas Vilkanova ini meneropong dengan sangat jeli bahaya yang mengintai dibalik usaha pelibatan generasi Z ke dalam dunia politik. Tentu saja, partisipasi gen Z dalam dunia politik adalah suatu keharusan, tetapi partisipasi tersebut mesti berbekal kematangan rasio dan komitmen yang serius dari parpol untuk betul – betul peduli dengan generasi Z.

Reply
Randy Laja November 26, 2023 - 6:01 pm

Sdr. Thomas Vilkanona menyajikan tulisannya dengan bahasa yang begitu gampang dipahami. Dia menyajikan suatu tema yang urgen dan menarik dengan sangat ciamik. Hemat saya, tulisan ini perlu dibaca oleh generasi Z yang jadi salah satu kelompok rebutan dalam pemilu mendatang. Mengapa? Karena tulisan ini memberikan generasi Z awasan yang penting menuju pemilu mendatang. Bahwa keterlibatan dalam dunia politik mesti diimbangi dengan kemampuan untuk memilah narasi yang beredar di media sosial agar tidak terjebak dalam arus komodifikasi yang dihembuskan oleh parpol dan kontestan elektoral.

Reply
Febry Gonggo November 27, 2023 - 8:27 pm

Tulisan ini menyajikan analisis yang tajam mengenai ancaman komodifikasi terhadap Generasi Z dalam konteks Pemilu 2024. Generasi Z dihadapkan pada risiko direduksi sebagai komoditas elektoral semata, di mana partai politik memanfaatkan daya tarik dan keberadaan mereka hanya untuk kepentingan pragmatis, yaitu memperoleh suara.

Pentingnya daya kritis Generasi Z dalam menyikapi kampanye politik, terutama di era komunikasi digital, menjadi sorotan utama. Media sosial, sebagai arena utama komunikasi generasi Z, dapat menjadi wadah komodifikasi jika tidak dihadapi dengan sikap kritis.

Tulisan ini memberikan solusi dengan menekankan perlunya daya kritis Generasi Z dalam menganalisis setiap kebijakan atau langkah parpol dan kontestan elektoral. Selain itu, partai politik juga diingatkan untuk menjadi lebih kreatif dan cerdas dalam merancang kampanye politik yang tidak hanya bersifat sensasional, tetapi juga membawa gagasan yang bernas.

Poin solutif yang diajukan termasuk pentingnya reformasi dalam parpol, seperti pembenahan sistem perekrutan anggota, kaderisasi, dan metode penetapan kandidat. Reformasi ini bertujuan untuk menghindari praktik komodifikasi yang hanya melibatkan generasi Z secara simbolis tanpa komitmen serius terhadap partisipasi mereka dalam kancah politik nasional.

Dalam menghadapi pesta demokrasi, tulisan ini mendorong Generasi Z untuk menjadi generasi yang kritis, tidak terjebak dalam komodifikasi politik, dan aktif dalam memilih pemimpin yang memiliki visi, misi, dan komitmen nyata terhadap persoalan generasi Z.

Reply
Shelo November 27, 2023 - 8:44 pm

Tulisan ini sangat bagus untuk menggugah daya nalar kritis pemilih pemilu dari kalangan generasi z. melihat perannya yang sangat penting maka dari itu generasi z mesti mampu berpikir kritis agar tidak dijadikan alat komodifikasi parpol.

Reply
Valdy B November 28, 2023 - 7:06 pm

Tema yang diambil penulis benar-benar relevan dengan keadaan sekarang dan sangat urgen untuk dibahas. Bukan sebuah rahasia jika gen Z menjadi incara Parpol dengan alasan jumlah yang besar itu makanya sekarang para politisi mulai bergerak dan mulai berkunjung ke Universitas-universitas yang tentunya punya maksud tersendiri. Dengan jumlah yang banyak namun pendidikan bagi pemilih gen Z yang di dalamnya termasuk para pemilih pemula masih kurang dan belum maksimal, maka apa yang disampaikan penulis dalam tulisannya jelas bahwa perlu adanya sikap kritis dalam artian perlu menelaah lebih dalam segala informasi yang ada sebagai bentuk dan bukti kemajuan tingkat berpikir gen Z.

Reply
Elvis Waris November 28, 2023 - 7:32 am

Dalam tulisan ini, penulis menyodorkan kepada kita realitas politik yang sarat dengan pragmatisme. Pragmatisme politik ini mengancam keterlibatan generasi Z dalam pemilu mendatang. Karena itu, saya mengamini tesis penulis yang menganjurkan gen Z untuk berpolitik secara kritis supaya mampu memilah dan memilih pemimpin yang berkualitas. Parpol juga mesti mereformasi diri. Parpol mesti menjadi medan aktualisasi diri gen z yang bebas dan setara, bukan malah dikuasi oleh dinasti dan oligarki.

Reply
Gerardus Naisanit November 28, 2023 - 7:38 am

Bukan Rahasia lagi, kalau gen Z adalah incaran parpol dan kontestan elektoral. Mereka akan mengandalkan segala cara untuk merebut simpati gen Z. Karena itu, penting bagi gen Z untuk menilai secara kritis segala manuver politik dari parpol dan kontestan pemilu.

Reply

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Amado Maher

    Impressive posts! My blog Article Home about SEO also has a lot…

  • Melissa Facy

    You've done an impressive work on your website in covering the topic.…

  • Felica Dobbie

    With your post, your readers, particularly those beginners who are trying to…

  • Jasmin Glaspie

    Informative articles, excellent work site admin! If you'd like more information about…

  • Junko Lemon

    This was a very good post. Check out my web page Article…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut