Paradigma Gen Z Terhadap Dunia Politik dan Demokrasi

Sejak dahulu, kehidupan manusia selalu mengalami perubahan. Dimana setiap perubahan itu menjadi fase – fase yang hingga detik ini selalu menjadi topik pembahasan.Sebagai salah satu apresiasi manusia terhadap revolusi dari kehidupan itu sendiri, maupun hal yang ada disekelilingnya. Dalam hal ini, Generasi Z atau biasa disingkat Gen Z dapat menjadi salah satu contoh, belakangan ini perbincangan mengenai Gen Z kembali ramai dibicarakan. Belum lagi, tahun 2024 yang menjadi era demokrasi turut dikaitkan dengan kehadiran Gen Z sebagai salah satu komponen didalamya.

Oleh karena itu, Gen Z memiliki peran penting dalam perjalan demokrasi di tahun 2024 nanti, sebab itu pula kali ini pembahsan mengenai topik ini sering dicari dan dipertanyakan satu diantaranya ialah perihal sudut pandang Gen Z terhadap arus demokrasi maupun politik di Indonesia.

Dilansir dari laman Wikipedia, paradigma dari sisi intelektual adalah suatu pandangan atau cara pandang seseorang terhadap diri maupun lingkungan disekelilingnya, dan hal ini akan mempengaruhinya dalam berpikir, mengambil sikap, ataupun berperilaku. Paradigma juga dapat diartikan sebagai perangkat asumsi, sistem, nilai, maupun tindakan yang berlaku terhadap suatu hal dalam memandang realitas atau pola pikir yang sama.

Disunting dari sumber yang sama, Gen Z menurut teori yang dikemukan oleh Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, (2004) perihal teori generasi. Bahwasanya Generasi Z lahir pada kisaran tahun 1995 – 2010, atau pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Selain itu, Gen Z merupakan suatu generasi setelah generasi milenial yang juga biasa di sebut sebagai Gen net, atau Generasi Internet. Dimana mereka mampu mengaplikasikan kegunaan teknologi secara seksama.

Sedangkan politik itu sendiri, merupakan suatu kegiatan yang mencakup dari berbagai agenda.Yang didalamnya terdapat pengambilan keputusan, misalnya suatu organisasi atau dalam kehidupan berwarga Negara. Sedangkan menurut Wikipedia politik berasal dari kata polis yang diambil dari bahasa yunani dimana kata ini memiliki arti Negara kota. Politik juga memiliki kaitan yang cukup erat dengan demokrasi, baik berdasarkan dari segi tatananya maupun dalam segi prakteknya.

Dalam konteks ini, paradigma gen Z terhadap politik dan demokrasi menjadi salah satu daya tarik yang juga turut sering diperbincangkan, terlebih saat ini ketika Indonesia sedang bersiap menjajaki masa demokrasi 2024. Sebagai salah satu objek dari demokrasi tentu saja, cara Gen Z memandang demokrasi menjadi ulasan yang cukup di perhitungkan. Lebih – lebih lagi karena hal ini juga berdampak pada perkembangan system demokrasi di Indonesia pada era yang akan datang.

Dalam dewasa ini, dimana keberadan Gen Z juga bersamaan dengan perkembangan era disrupsi teknologi dalam sistem informasi, tak ayal menjadi suatu tantangan tersendiri bagi mereka. Apalagi hal tersebut memiliki tingkat persuasif yang lumayan tinggi, ini juga memungkinkan Gen Z mengetahui dengan mudah isu – isu politik dari para politisi menjelang demokrasi.

Kejadian tersebut memicu mereka (Gen Z) memiliki atau malah mengambil sikap skeptis dan apatis terhadap politik itu sendiri. Politik juga sering diartikan sebagai ajang tren oleh para politisi ketika memasuki era perguliran demokrasi. Ini berhubungan kuat dengan eksistensi Gen Z yang kerap kali menjadi sasaran kapitalisasi dalam hak penggunaan suaranya.

Di sisi lain, fakta menyebutkan bahwa beredarnya kasus – kasus para politisi yang lalu turut memberikan persepsi negatif bagi gen Z, bahkan sebagian diantaranya berbalik tidak menyukai segala hal yang barkaitan dengan politik. Terlebih mereka juga menangkap tentang kontestasi para politisi dalam dunia politik yang seakan berdiri dengan kepetinganya sendiri tanpa memikirkan rakyat. Juga keberadan demokrasi atau kampanye – kampanye sebelum pemilihan hanya berfokus pada kemenanngan dan kekalahan. Seakan sebagai suatu arena pertandingan perebutan kekuasan.

Dari beberapa pembahasan tersebut, dapat di tarik seutas benang merah bahwa paradigma generasi Z terhadap demokrasi dan politik yang ada di Indonesia masih terbilang negatif dan kontra dengan apa yang di harapkan oleh pemerintah, hal ini juga dipengaruhi oleh rasa trauma yang mereka alami ketika membaca linkungan mereka perihal para politisi yang lebih sering meninggalakan dan memberikan pesan negatif sehingga menghilangkan rasa percaya generasi Z terhadap dunia politik dan demokrasi.

Oleh karena itu, sebagai bagian dari system demokrasi dan politik Indonesia, mata kita seharusnya lebih terbuka lebar kepada upaya penyelesaian bagaimana mengubah persepsi yang dimiliki oleh para generasi Z terhadap dunia politik dan demokrasi. Sehingga nantinya mereka mampu memandangnya dengan kesan positif dan sesuai dengan harapan pemerintah.