1 comment 183 views

Menentukan Masa Depan: Peran Generasi Muda dalam Dunia Politik

Saat mendengar kata politik sebagian orang langsung berpikir tentang partai, presiden, pemilihan umum dan lain sebagainya. Padahal dalam kehidupan bermasyarakat lingkup kecil seperti keluarga dan lingkungan sekolah pun juga terdapat unsur politik didalamnya.

Politik mempunyai perspektif yang luas, bisa dikonotasikan positif maupun negatif. Itu semua tergantung dari bagaimana cara pandang seseorang menilai makna politik itu sendiri. Secara etimolologis, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis. Kata polis awalnya bermakna “negara/kota” kemudian berkembang menjadi polites yang bermakna “warganegara”. Pengertian politik yang berkembang di Yunani saat itu dapat ditafsirkan sebagai suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya demi mencapai kebaikan bersama.

Miriam Budiardjo (1981) mengatakan, “indikator perkembangan politik disuatu negara dapat dilihat dari tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat. Tingginya partisipasi politik masyarakat dapat menjadi indikator bahwa mereka peduli terhadap perkembangan politik di negaranya dan sebaliknya, semakin rendah angka partisipasi politik masyarakat disuatu negara dapat menjadi pertanda yang kurang baik”.

Generasi muda menjadi komponen utama untuk menentukan kondisi kehidupan berpolitik. Bagaimana tidak? Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 mencatat jumlah generasi z di Indonesia adalah 74,93 juta jiwa atau sekitar 27,94% dari total penduduk. Jumlah ini akan memberikan kontribusi besar jika diberdayakan dengan optimal melalui pendidikan politik yang benar.

Peranan anak muda dalam dunia perpolitikan sangatlah dibutuhkan. Hal ini dikarenakan harus adanya regenerasi dalam dunia kepemimpinan. Anak muda masa kini adalah pemimpin dimasa yang akan datang. Hanya politik lah yang dapat mengubah wajah bangsa dan mengatur lini kehidupan (tutur Mahasiswa Hukum dan Aktivis Politik, Abdul Haris).

Adapun tujuan pemahaman politik bagi generasi muda dituangkan dalam Inpres nomor 12 tahun 1982 tentang pendidikan politik bagi generasi muda yang bertujuan untuk menciptakan Indonesia yang sadar akan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu usaha untuk membangun Indonesia yang seutuhnya.

Perlu diketahui bahwa akhir-akhir ini generasi milenial sudah mulai menunjukkan peran dan kontribusi yang cukup menonjol. Diusia yang terbilang muda mereka sudah berani terjun kedunia politik yang kata orang selama ini “politik itu kejam”.

Sebagai contoh kasus, kita dapat dengan mudah menemukan banyak sekali generasi z yang turut berpartisipasi dalam pemilihan anggota legislatif. Berdasarkan Survei Nasional Kompas pada Oktober 2022 terjadi dinamika sebanyak 33% suara dari gen Z mengalir ke partai politik papan tengah (keterpilihan diatas 3%) dan papan bawah (keterpilihan dibawah 3%). Hasil servei kemudian bertambah sebesar 6,6% dari periode sebelumnya. Suara tersebut meningkat jika dibandingkan survei Juni 2022 yang hanya bertambah 1,4%. Pergeseran suara ini bermakna semakin bekerjanya mesin partai-partai dijajaran tengah dan bawah yang memiliki daya tarik bagi generasi Z. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi politik generasi muda cukup signifikan.

Secara teoritis, partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau kelompok yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Caranya antara lain dengan memilih pemimpin negara, ikut serta dalam pemilu, atau melakukan aktivitas yang secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah.

Fakta menarik bahwa generasi muda di era society 5.0 ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka sangat aktif menggunakan media sosial berbasis internet dalam merespon isu maupun dalam melakukan aktivitas politik. Dengan adanya media sosial sosial, informasi dapat dengan mudah untuk diakses. Selain itu, peluang ini dapat menjadi strategi baru dalam berkampanye. Maka, perkembangan IPTEK mendorong kemajuan dibidang politik pula.

Media sosial dapat berperan aktif dalam menyuarakan isu politik baik untuk edukasi maupun mengkritisi kebijakan pemerintah, serta update terhadap isu politik yang terjadi di negeri ini. Saat ini pula, terdapat isu hangat terkait cawapres. Maka, pendidikan politik bagi anak muda sangat penting. Untuk mendorong partisipasi, kontribusi, serta akselerasi pemuda terhadap politik di Indonesia. Selain itu, dapat mencegah anak muda untuk tidak mudah termakan berita hoaks, SARA dan ujaran kebencian.

Anggapan tentang minimnya kompetensi politik kaum muda berakar pada stigma masyarakat bahwa mereka belum mumpuni dan minim pengalaman, atau seringkali dianggap sebagai “aset” yakni diperlakukan sebatas subyek yang perlu dibimbing orang dewasa. Budaya senioritas juga memperkuat opini ini. Kemudian masih saja ada yang berpandangan miring yang memunculkan pertanyaan “pemuda sekarang bisa apa sih?”.

Padahal, kaum muda memiliki kapasitas dalam memimpin dan membangun gerakan. Banyak kaum muda telah membuktikan mereka mampu menjadi pendidik, relawan, aktivis, hingga menjadi praktisi yang memberi masukan pada program terkait berbagai macam isu seperti pendidikan, iklim, lingkungan, perlindungan anak dan perempuan, teknologi, ekonomi kreatif dan lain sebagainya.

Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia ini tidak terlepas dari kontribusi para pemuda. Adanya kongres sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928 menjadi cikal kaum muda untuk menyatukan tujuan dalam menumbuhkan kedaulatan, persatuan dan kesatuan serta menjunjung tinggi nasionalisme tentang satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.

“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia”. –Ir Soekarno. Hal ini menunjukkan betapa perlunya kontribusi generasi muda bagi suatu negara. Dengan semangat dan tekad yang kuat serta dibekali pendidikan yang berkarakter. Yakinlah pemuda dapat menjadi pelopor dan agent of change yang membawa kemajuan dimasa mendatang.

Apabila sekarang hanya menjadi objek atau penonton, mungkin hanya demo atau beropini saja di media sosial tapi tidak punya wewenang. Maka tidak bisa mengubah wewenang jika belum terjun ke politik. Jadi, yang bisa kita lakukan adalah turut serta mengedukasi dan juga mengupdate perkembangan politik. Jika ingin akselerasi maka kita ikuti.

Dilihat dari segi partai politik;

Jika senior tidak terbuka, tidak mau mengajak anak muda, maka partai politik harus berbenah. Sebaiknya parpol memberikan ruang dan dukungan kepada anak muda untuk menjadi panitia, membuat program bahkan menjadi calon pemimpin. Jika tidak, maka pemuda sulit berkembang dan tak unjuk gigi diranah luar karena tidak diberi kesempatan oleh pemangku kebijakan politik. Politik harus membuka diri agar anak muda tidak hanya sebatas penonton tapi pemain. Meski belum jadi pengurus tapi bisa jadi anggota simpatisan, sayap partai atau edukator bagi masyarakat.
Penyebab anak muda alergi politik karena selama ini banyak melihat figur politisi yang tidak mencerminkan hal baik. Seperti maraknya kasus korupsi misalnya. Hal ini membuat milenial menganggap politik itu kotor.

Politik Indonesia membutuhkan sosok yang dapat mengubah mindset negatif khalayak dan membuka gerbang kesempatan untuk golongan pemuda berkreativitas, berkarya, bersuara, dan berkontribusi terhadap bangsa.

Tak lama lagi Indonesia akan mengadakan pemilihan umum. Tepatnya pada tahun 2024 nanti. Sebaiknya, ini tak hanya menjadi penyelenggaraan pemilu semata. Tapi juga menjadi PR bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk generasi muda yang cerdas dan kritis yang mendambakan pemimpin jujur, amanah dan membawa perubahan Indonesia kearah lebih baik.

Lalu bagaimana cara meningkatkan partisipasi politik bagi generasi muda?

Pertama, partai politik dan pemangku kepentingan perlu lebih banyak membangun ruang yang inklusif dan demokratis untuk mereka. Sebagai contoh menggagas program pemuda “sadar pemilu” untuk mengajak generasi muda turut berpartisipasi memberi hak suara.

Kedua, memastikan penguatan kapasitas orang muda untuk bisa memberikan dampak yang besar di ruang politik. Generasi muda juga dapat menjadikan media sebagai target pesan politik yang ingin disampaikan, misalnya dengan menandatangani petisi, membuat konten edukatif untuk menangkal hoaks di media sosial.

Ketiga, menciptakan ruang bagi terwujudnya kemitraan antara kaum muda dan kelompok generasi lebih tua untuk saling berbagi kuasa dan transfer ilmu. Partai politik dapat memberikan pendidikan politik bagi remaja dan merangkul generasi muda untuk menjadi brand ambassador yang terlibat dalam arena publik dan mempromosikan organisasinya.

“Jika kamu melihat banyak kekacauan dan ketidakadilan disekitarmu, maka curigalah bahwa Tuhan sedang menunggu kamu untuk memperbaikinya. Terjunlah ke ranah poitik, karena politisi mampu memberikan perbaikan sosial secara menyeluruh”. Ujar Wasril Tanjung, seorang guru dan aktivis politik.

Oleh karena itu, generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam dunia politik, dengan meningkatkan partisipasi generasi muda dalam proses politik kita dapat memastikan masa depan yang lebih baik.

Referensi

  • Badan Pusat Statistik. (2020). Jumlah Generasi Z dan Milenial 2020. Retrieved from Badan Pusat Statistik : https://demakkab.bps.go.id/news/2021/01/21/67/hasil-sensus-penduduk-2020.html. Retrieved November 11, 2023
  • Budiardjo, M. (1982). Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Yayasan Pusaka Obor Indonesia.
  • Haris, A. (2023, November 05). wawancara mahasiswa hukum dan aktivis. (D. F. Ayu, Interviewer)
  • Kompas. (2022, Oktober). Survei Litbang “Kompas”: Membaca Arah Pilihan Gen Z di Pemilu 2024. Retrieved November 12, 2023, from https://www.kompas.id/baca/riset/2022/11/02/survei-litbang-kompas-membaca-arah-pilihan-gen-z-di-pemilu-2024
  • Runes, D. D. (2010). Dictionary of Philosophy. Montana.
  • Sentolo. (n.d.). Partisipasi Masyrakat dalam Pemillu. Retrieved November 11, 2023, from https://sentolo.kulonrpogokab.go.id/detil/129/partisipasi-masyarakat-dalam-pemilu#:~:text=Peran%20serta%20atau%20partisipasi%20masyarakat,mempengaruhi%20kebijakan%20pemerintah%2C%20%20policy
  • Tanjung, W. (2023, November 08). wawancara pada seorang guru dan aktivis politik. (D. F. Ayu, Interviewer
  • Yasin, M. N. (2018). Politik Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

1 comment

Rian Februari 1, 2024 - 7:34 am

Perspektif anak muda memang harus selalu digaungkan

Reply

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Seoranko

    It appears that you know a lot about this topic. I expect…

  • Felix Meyer

    Truly appreciate your well-written posts. I have certainly picked up valuable insights…

  • VIEW NEWZ

    Very interesting news information that doesn't make you bored, especially the latest…

  • BERITA MANTUL

    One of the rare natural phenomena that will occur next month is…

  • 168NEWS

    Several central banks have begun considering raising interest rates to control rising…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut