0 comment 241 views

Generasi Z dan Transformasi Pemilu: Memahami dan Mengatasi Fear of Missing Out (FoMO) sebagai Wujud Dukungan terhadap Pemerintahan yang Adil

Pendahuluan

Dalam lintasan yang melibatkan dinamika kompleks sosial dan politik, Generasi Z, kelompok individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, muncul sebagai agen perubahan yang memainkan peran sentral dalam membentuk arah demokrasi. Generasi ini menjadi saksi dan pelaku perubahan dalam proses pemilihan umum (pemilu), memperkenalkan dinamika baru yang mencirikan partisipasi dan pandangan mereka terhadap pemerintahan.

Esai ini merangkum esensi dari peran krusial yang dimainkan oleh Generasi Z dalam mewujudkan pemerintahan yang adil dan demokratis. Melalui fokus pada pemilu sebagai salah satu pilar utama demokrasi, esai ini mengeksplorasi peran, tantangan, dan solusi yang dihadapi Generasi Z, khususnya terkait dengan fenomena Fear of Missing Out (FoMO).

Generasi Z tidak hanya mewarisi tonggak-tonggak perubahan yang ditinggalkan oleh pendahulunya, tetapi juga membawa dinamika baru dalam keterlibatan politik, terutama dalam pemilu. Dalam menghadapi kompleksitas tuntutan masyarakat modern, pemahaman mendalam terhadap peran mereka dalam transformasi pemilu menjadi kunci untuk merancang pendekatan yang berkelanjutan dan efektif. Dalam konteks ini, pemahaman FoMO, yang merupakan katalis potensial dalam menghambat partisipasi, menjadi fokus utama.

Esai ini menguraikan bagaimana pemahaman mendalam terhadap FoMO dapat menjadi landasan untuk mengidentifikasi, mengatasi, dan bahkan memanfaatkan tantangan tersebut dalam rangka mendukung pemerintahan yang adil. Dengan merinci dampak FoMO pada partisipasi pemilu Generasi Z, esai ini akan membuka jalan bagi pemahaman mendalam tentang bagaimana generasi ini dapat menjadi kekuatan positif dalam membentuk masa depan demokrasi, menghadirkan transformasi pemilu yang lebih inklusif, transparan, dan akuntabel.

Peran Generasi Z dalam Transformasi Pemilu

Generasi Z, sebuah kelompok yang telah terbentuk di era teknologi yang berkembang pesat, dikenal sebagai pengguna aktif teknologi dan media sosial. Peran mereka dalam proses pemilu telah menciptakan gelombang perubahan yang mencolok. Keunikan Generasi Z tidak hanya terletak pada kecakapan teknologinya, tetapi juga pada cara mereka memanfaatkannya untuk membentuk dan memperbarui dinamika pemilu.

Keahlian teknologi yang dimiliki Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, mencakup pemahaman mendalam tentang alat-alat digital, media sosial, dan platform daring. Keterampilan ini memberikan mereka keunggulan dalam menyebarkan informasi, menyampaikan pesan, dan terlibat dalam diskusi politik secara real-time. Inilah yang memberikan sumbangan positif terhadap dua aspek krusial dalam pemilu: transparansi dan akses informasi.

Pertama, melalui keahlian teknologi mereka, Generasi Z telah menciptakan transparansi yang lebih besar dalam proses pemilu. Mereka mampu menyebarkan informasi secara instan, termasuk data terkini, platform partai politik, dan pandangan calon secara luas kepada masyarakat. Dengan akses ke berbagai sumber informasi digital, pemilih dapat mengakses informasi dengan lebih cepat dan mudah, membuka pintu bagi pemahaman yang lebih baik tentang platform politik dan calon.

Kedua, kehadiran aktif Generasi Z di media sosial menciptakan lingkungan partisipatif dalam pemilu. Mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor dalam perdebatan politik. Diskusi, kampanye, dan pemantauan pemilu menjadi lebih inklusif karena diadakan di platform digital yang dapat diakses oleh semua. Dengan menggabungkan kecerdasan kolektif, Generasi Z berkontribusi pada keragaman pendapat, menciptakan dialog yang lebih kaya dan mencerminkan pluralitas masyarakat.

Kemampuan teknologi dan keahlian komunikasi Generasi Z membuka peluang besar untuk transformasi pemilu. Dengan terus memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan ini, mereka dapat menjadi kekuatan utama dalam mewujudkan pemilu yang lebih inklusif, responsif, dan demokratis. Seiring berjalannya waktu, peran Generasi Z di dalam proses pemilu diharapkan dapat memperkuat dasar demokrasi dan membentuk pemerintahan yang lebih adil melalui partisipasi yang aktif dan informasi yang lebih terbuka.

FoMO sebagai Tantangan dalam Partisipasi Pemilu

Namun, demikian, Generasi Z juga dihadapkan pada tantangan baru yang muncul dalam wujud Fear of Missing Out (FoMO). Dalam kerangka pemilu, FoMO menciptakan tingkat ketidaknyamanan dan kekhawatiran di kalangan generasi ini, dengan anggapan bahwa mereka mungkin terlewatkan informasi atau pengalaman yang sangat relevan dengan konteks politik saat ini. Relevansi FoMO dalam pemilu tidak dapat diabaikan, karena dapat berdampak signifikan pada tingkat partisipasi pemilih, yang merupakan fondasi dari sebuah pemerintahan yang adil dan demokratis.

Dalam konteks pemilu, dampak FoMO dapat menciptakan hambatan psikologis yang mencegah partisipasi aktif Generasi Z. Rasa takut kehilangan atau ketinggalan informasi dapat menjadi pemicu kekhawatiran yang signifikan, menghasilkan ketidakpastian yang dapat menahan mereka untuk terlibat sepenuhnya dalam proses pemilihan umum. Hasilnya, terjadinya penurunan partisipasi pemilu dapat menghambat ambisi untuk mewujudkan pemerintahan yang adil, transparan, dan responsif.

Dalam respons terhadap tantangan ini, Generasi Z dihadapkan pada kebutuhan untuk mengembangkan strategi yang mampu mengatasi FoMO dan mendorong partisipasi yang lebih besar dalam pemilu. Kesadaran akan dampak negatif FoMO dalam konteks pemilu menjadi langkah awal yang penting. Pendidikan politik yang menyeluruh, yang membahas pentingnya peran aktif dalam proses demokratis, dapat membantu mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan yang muncul dari rasa takut ketinggalan.

Tidak hanya itu, melainkan menciptakan atmosfer yang inklusif dan mendukung juga menjadi kunci dalam mengatasi FoMO. Lingkungan yang mempromosikan dialog terbuka, pemahaman, dan kolaborasi antarangkatan dapat memberikan rasa keterlibatan yang positif, meminimalkan ketidakpastian, dan meredakan kecemasan FoMO.

Dalam menghadapi tantangan FoMO, Generasi Z memiliki kesempatan untuk memanfaatkan keahlian teknologi mereka untuk membentuk inovasi dalam cara mengkomunikasikan informasi pemilu. Melalui pemanfaatan platform media sosial dan teknologi digital lainnya, mereka dapat menciptakan kampanye yang menarik, edukatif, dan mampu meresapi pemilih dengan cara yang dapat mengatasi kekhawatiran FoMO.

Dengan mengatasi FoMO, Generasi Z memiliki potensi untuk merubah hambatan psikologis menjadi kesempatan untuk memperkuat keterlibatan pemilih. Dalam menghadapi kompleksitas dunia digital dan tantangan emosional yang muncul, mereka dapat memainkan peran yang krusial dalam mendukung pemerintahan yang adil, menciptakan pemilu yang inklusif, dan menjaga dasar demokrasi yang kuat.

Memahami FoMO sebagai Dasar Strategi Perubahan

Pemahaman mendalam terhadap FoMO bukan hanya menjadi elemen penting tetapi juga langkah awal yang kritis dalam perjalanan Generasi Z menuju transformasi pemilu yang lebih baik. Pemahaman ini menjadi fondasi yang memungkinkan mereka untuk menyelami kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam proses demokrasi dan menciptakan solusi yang relevan.

Dengan memahami kekhawatiran dan ketidakpastian yang muncul dari FoMO, Generasi Z dapat merancang strategi yang efektif untuk mengatasi hambatan ini. Salah satu langkah utama adalah pendekatan yang lebih inklusif dalam merancang dan menjalankan kampanye pemilu. Mereka dapat menciptakan kampanye yang tidak hanya mengandalkan informasi, tetapi juga menciptakan pengalaman yang meminimalkan rasa takut ketinggalan.

Pendidikan juga menjadi pilar penting dalam mengatasi FoMO. Dengan memberikan pemahaman mendalam tentang proses pemilu, peran masing-masing pemilih, dan dampak langsung dari partisipasi aktif, Generasi Z dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kontribusi mereka dalam membangun masyarakat yang demokratis. Pendidikan ini dapat mengatasi ketidakpastian yang mungkin muncul dan memicu motivasi untuk terlibat lebih aktif.

Pendekatan inklusif dan edukasi yang efektif dapat menciptakan iklim yang mendukung dan mendorong partisipasi pemilih. Hal ini membantu Generasi Z untuk melihat pemilu bukan hanya sebagai tugas, tetapi sebagai peluang untuk membentuk masa depan mereka dan memengaruhi arah pemerintahan. Kesadaran ini membantu mengubah FoMO dari penghalang menjadi motivator, di mana setiap pemilih merasa penting dan memiliki dampak yang signifikan.

Lebih jauh lagi, strategi ini dapat meresapi budaya politik di kalangan Generasi Z, membentuk norma-norma yang mendorong partisipasi dan membantu mengurangi tingkat kecemasan yang mungkin muncul akibat FoMO. Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang FoMO bukan hanya menjadi langkah awal, tetapi juga menjadi fondasi untuk perubahan yang berkelanjutan dalam keterlibatan politik mereka.

Dalam menghadapi FoMO, Generasi Z bukan hanya menjadi saksi perubahan, tetapi juga penggerak utama dalam membentuk pemilu yang lebih inklusif dan partisipatif. Dengan pendekatan yang matang dan strategi yang terencana, mereka memiliki potensi untuk mengubah tantangan psikologis ini menjadi dorongan positif, menciptakan pemilu yang mencerminkan aspirasi dan nilai-nilai demokratis yang mereka anut.

Mengatasi FoMO sebagai Wujud Dukungan terhadap Pemerintahan yang Adil

Mengatasi FoMO bukanlah hanya tugas individu Generasi Z, melainkan juga tanggung jawab bersama dalam memastikan kelangsungan pemerintahan yang adil dan demokratis. Pemahaman bahwa FoMO dapat menjadi penghambat utama dalam partisipasi pemilu memberikan pijakan bagi Generasi Z untuk mengambil peran yang lebih proaktif dan kolaboratif dalam merancang solusi yang efektif.

Generasi Z dapat memandang FoMO sebagai tantangan kolektif yang memerlukan respons bersama. Inisiatif kolektif ini dapat muncul melalui kampanye dan program edukasi yang bertujuan untuk memberdayakan seluruh kelompok mereka untuk mengatasi rasa takut ketinggalan dan meraih partisipasi aktif dalam pemilu.

Pertama, kampanye yang dibangun secara kolaboratif tidak hanya meredakan FoMO tetapi juga menciptakan sebuah atmosfer inklusif yang merangsang diskusi dan pertukaran ide. Melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam merancang pesan kampanye menjamin representasi yang lebih lengkap dan meresap ke dalam berbagai perspektif.

Dalam pendekatan ini, kampanye pemilu tidak hanya menjadi suara dari satu kelompok, tetapi mencerminkan keberagaman pendapat dan nilai di dalam masyarakat. Pesan positif yang menekankan pada kekuatan kolektif dalam pemilu dapat memberikan dampak positif terhadap pandangan dan sikap pemilih. Dengan merangkul keberagaman masyarakat, kampanye ini dapat membangun ikatan yang kuat antara generasi, kelas sosial, etnis, dan lapisan masyarakat lainnya.

Lebih jauh lagi, pesan kampanye yang bersifat inklusif dapat membantu mengubah persepsi FoMO dari ancaman menjadi motivasi positif untuk berpartisipasi. Pemilih yang merasa diakui dan didengar dalam proses kampanye cenderung lebih termotivasi untuk terlibat. Kampanye ini tidak hanya menargetkan tingkat partisipasi yang lebih tinggi tetapi juga berusaha untuk menciptakan budaya politik yang lebih sehat dan inklusif.

Selain itu, melalui pendekatan kolaboratif ini, kampanye dapat memanfaatkan keahlian dan kreativitas Generasi Z dalam teknologi dan media sosial. Menggunakan platform-platform ini, pesan kampanye dapat dengan cepat dan luas disebarkan, menciptakan efek domino yang meningkatkan partisipasi pemilih. Hal ini menciptakan lingkungan di mana setiap suara dihargai dan dianggap penting, mengurangi perasaan ketinggalan dan meningkatkan semangat partisipasi aktif.

Kampanye kolaboratif yang inklusif bukan hanya tentang mendorong partisipasi selama pemilu, tetapi juga membangun fondasi yang lebih kokoh untuk keterlibatan masyarakat dalam proses politik secara keseluruhan. Ini menciptakan lingkungan yang memotivasi setiap anggota masyarakat untuk berperan aktif dalam menentukan arah demokrasi dan mencapai pemerintahan yang lebih adil.

Program edukasi juga memegang peran kunci dalam mengatasi FoMO secara bersama-sama. Generasi Z memiliki potensi untuk mengembangkan inisiatif edukasi yang membawa pemahaman mendalam tentang proses pemilu, dampak partisipasi, dan urgensi dari suara mereka dalam sistem demokrasi. Ini bukan hanya pendekatan pendidikan konvensional, melainkan juga serangkaian kegiatan yang meresap dan memotivasi partisipasi aktif dalam pemilu.

Diskusi kelompok menjadi salah satu elemen kunci dalam inisiatif edukasi ini. Melalui diskusi, Generasi Z dapat berbagi pandangan, pertanyaan, dan pemahaman mereka tentang pemilu. Menciptakan ruang untuk berbicara tentang isu-isu kritis, calon, dan platform politik dapat membantu mengatasi ketidakpastian yang sering kali menjadi pemicu FoMO. Diskusi ini juga memungkinkan pertukaran ide dan pengalaman, membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya partisipasi dalam pemilu.

Selain itu, penyelenggaraan seminar dapat menjadi cara yang efektif untuk memberikan pemahaman mendalam tentang proses pemilu. Seminar dapat melibatkan narasumber ahli, pemikir politik, atau tokoh masyarakat yang dapat memberikan wawasan yang berharga kepada Generasi Z. Ini bukan hanya sumber informasi, tetapi juga kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi secara langsung, membantu mengatasi kekhawatiran atau ketidakpastian yang mungkin timbul.

Kampanye online juga dapat menjadi elemen kunci dalam program edukasi ini. Generasi Z, yang terbiasa dengan teknologi digital, dapat menggunakan platform online untuk menyebarkan informasi tentang pemilu, memberikan panduan langkah-demi-langkah, dan merancang kampanye yang bersifat edukatif. Ini tidak hanya memastikan akses yang lebih luas ke informasi, tetapi juga memungkinkan interaksi dan partisipasi langsung melalui berbagai platform sosial.

Inisiatif edukasi ini bukan hanya tentang meningkatkan literasi politik, tetapi juga tentang menciptakan budaya di mana partisipasi dalam pemilu dianggap sebagai hak dan tanggung jawab. Dengan membekali Generasi Z dengan pemahaman yang mendalam, inisiatif ini berpotensi membentuk pemilih yang lebih informan, kritis, dan aktif. Mereka tidak hanya menjadi peserta dalam proses pemilu, tetapi juga pemimpin yang membentuk masa depan pemerintahan yang lebih adil dan responsif.

Penciptaan platform kolaboratif online, forum diskusi, atau komunitas virtual adalah langkah penting dalam mendukung Generasi Z dalam mengatasi FoMO. Ini menciptakan ruang digital di mana mereka dapat saling mendukung, berbagi pengalaman, dan memberikan dukungan satu sama lain, mengurangi tekanan yang mungkin timbul akibat FoMO.

Dalam platform kolaboratif online, Generasi Z dapat dengan mudah berpartisipasi dalam diskusi, berbagi informasi, dan merencanakan inisiatif bersama. Dengan memanfaatkan keahlian teknologi mereka, mereka dapat membuat forum yang interaktif dan menarik, menciptakan pengalaman yang positif dan membangun keterlibatan yang lebih mendalam. Forum ini tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai tempat di mana ide-ide dapat berkembang, dan pemikiran kritis dapat terus tumbuh.

Forum diskusi online juga menciptakan peluang untuk mendiskusikan isu-isu terkini, menyusun strategi bersama, dan merancang kampanye yang mendukung partisipasi dalam pemilu. Interaksi langsung di platform ini memungkinkan Generasi Z untuk saling memotivasi dan meredakan kekhawatiran FoMO yang mungkin muncul. Ini juga membantu membentuk solidaritas di antara mereka, menjadikan platform tersebut sebagai tempat di mana individu merasa didengar dan diperhatikan.

Komunitas virtual ini juga dapat menjadi tempat di mana pemilih potensial dapat memperoleh dukungan dan pemahaman lebih lanjut tentang proses pemilu. Mereka dapat berbagi cerita, memberikan tips, dan memberikan informasi yang mungkin belum diketahui oleh yang lain. Solidaritas di dalam komunitas ini dapat memberikan dukungan moral dan emosional, membantu mengurangi kekhawatiran dan tekanan yang mungkin dirasakan anggota Generasi Z.

Dengan cara ini, penciptaan platform kolaboratif online menjadi wadah penting untuk menghadapi dan mengatasi FoMO. Ini bukan hanya membangun jembatan antara individu-individu, tetapi juga antara generasi yang berbeda. Melalui ruang kolaboratif ini, Generasi Z dapat merancang strategi bersama, meredakan kecemasan, dan menguatkan keterlibatan mereka dalam proses pemilu. Dengan memanfaatkan teknologi untuk membangun solidaritas dan dukungan, Generasi Z dapat menjadi kekuatan yang lebih kuat dalam membentuk pemerintahan yang adil dan demokratis.

Dalam mengembangkan inisiatif kolaboratif untuk mengatasi FoMO, Generasi Z dapat mengambil langkah tambahan dengan berkolaborasi dengan lembaga pendidikan, pemerintah, dan organisasi masyarakat. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperkuat dampak inisiatif dan menciptakan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan yang terlibat. Sinergi ini diperlukan untuk mencapai tujuan bersama: meningkatkan partisipasi pemilu dan menciptakan pemerintahan yang lebih adil dan demokratis.

Kolaborasi dengan lembaga pendidikan dapat mencakup penyelenggaraan workshop, seminar, atau program edukasi lainnya yang diselenggarakan bersama-sama. Dengan melibatkan lembaga pendidikan, Generasi Z dapat memastikan bahwa inisiatif mereka terintegrasi dalam kurikulum pendidikan formal dan informal. Ini akan menciptakan dampak jangka panjang dengan membangun literasi politik dan keterlibatan partisipatif sejak dini.

Kerja sama dengan pemerintah dapat menghasilkan dukungan kebijakan yang mendukung inisiatif Generasi Z. Ini dapat mencakup alokasi dana untuk program-program edukasi, pengembangan kebijakan pemilu yang lebih inklusif, dan pembentukan platform online resmi untuk diskusi dan informasi pemilu. Kolaborasi semacam ini memastikan bahwa inisiatif Generasi Z memiliki landasan yang kuat dan mendapat dukungan resmi untuk meresapi seluruh masyarakat.

Keterlibatan dengan organisasi masyarakat juga memegang peran penting. Kolaborasi dengan organisasi yang sudah mapan dapat membantu dalam menyebarkan informasi, mengorganisir acara, dan mencapai audiens yang lebih luas. Ini membantu memperluas jangkauan inisiatif dan memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan oleh Generasi Z dapat mencapai sebanyak mungkin orang.

Melalui kolaborasi ini, Generasi Z tidak hanya menjadi kelompok yang memperjuangkan transformasi pemilu, tetapi juga menjadi katalisator perubahan yang bekerja bersama berbagai pihak yang memiliki kepentingan serupa. Sinergi ini menggambarkan semangat inklusif dan partisipatif yang diinginkan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih adil dan demokratis.

Dengan demikian, mengatasi FoMO menjadi sebuah perjalanan bersama yang melibatkan seluruh Generasi Z dan pemangku kepentingan terkait. Ini bukan hanya tanggung jawab pribadi, tetapi juga investasi kolektif untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, memotivasi, dan mendorong partisipasi aktif dalam proses demokratis.

Kesimpulan

Esai ini menyoroti peran krusial Generasi Z dalam membentuk transformasi pemilu yang berujung pada pemerintahan yang lebih adil. Dengan pemahaman mendalam dan upaya mengatasi Fear of Missing Out (FoMO), Generasi Z muncul sebagai agen perubahan yang memiliki potensi besar untuk membentuk arah demokrasi yang lebih dinamis dan responsif terhadap aspirasi masyarakat.

Langkah-langkah inovatif yang ditempuh, terutama dalam menangani FoMO, tidak hanya mencerminkan dukungan mereka terhadap pemerintahan yang adil, tetapi juga menggambarkan kontribusi nyata mereka terhadap perbaikan keseluruhan sistem demokratis. Dalam menghadapi tantangan FoMO, Generasi Z tidak hanya berusaha untuk mengatasi hambatan psikologis, tetapi juga menciptakan budaya partisipasi yang inklusif dan berkelanjutan.

Pemahaman mendalam terhadap FoMO memberikan landasan untuk menciptakan strategi yang relevan, melibatkan rekan-rekan sebaya dalam kampanye, dan merancang program edukasi yang memotivasi partisipasi aktif dalam pemilu. Dengan demikian, Generasi Z bukan hanya menjadi penonton dalam perubahan demokratis, tetapi aktor utama yang membentuk masa depan pemerintahan yang lebih adil dan demokratis.

Kesadaran bahwa FoMO bukanlah hanya masalah individual, melainkan juga tanggung jawab bersama, memberikan landasan untuk kolaborasi lintas-generasi. Dengan berkolaborasi dengan pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat, Generasi Z dapat memperkuat dampak positif inisiatif mereka.

Dengan demikian, Generasi Z memberikan kontribusi yang berarti terhadap perbaikan sistem demokratis secara keseluruhan. Transformasi pemilu yang mereka perjuangkan bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi sebagai wujud komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan cita-cita pemerintahan yang adil. Dengan langkah-langkah inovatif mereka, Generasi Z telah membentuk landasan bagi masa depan demokrasi yang lebih kuat dan mewakili aspirasi masyarakat dengan lebih efektif.

....

  1. Dewi, N. N., & Najicha, F. U. (2022). Pentingnya Menjaga Nilai Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat bagi Generasi Z. Antropocene: Jurnal Penelitian Ilmu Humaniora, 2(2), 52.
  2. Amru, T. H., Syam, H. M., & Susilawati, N. (2021). Dampak Mengakses Instagram@ pinterpolitik terhadap Perilaku Politik Generasi Z pada Pemilu 2019. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 6(2), 6
  3. Nur, E. (2020). Tanggapan Generasi Z Terhadap Pemanfaatan Media Sosial Dalam Mendukung Keterlibatan Dalam Pemilu Legislatif 2019 The Generation Z Response to Use of Media Social in Supporting Involvement in the 2019 Legislative Election. Jurnal Penelitian Pers Dan Komunikasi Pembangunan, 24(2),121.
  4. Ibid, 122
  5. Divisi Sumber Daya Manusia (2020). Generasi Z Mengawasi Pilkada 2020. Tebuireng Institute.
  6. Indrabayu, A., & Destiwati, R. (2022). Pengaruh Komunikasi Intrapersonal dan Fear of Missing Out terhadap Hedonisme pada Generasi Z di Denpasar. Management Studies and Entrepreneurship Journal (MSEJ), 3(4), 2172.
  7. Zeva, S., Rizqiana, I., Novitasari, D., & Radita, F. R. (2023). Moralitas Generasi Z di Media Sosial: Sebuah Esai. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(02), 3
  8. Aziz, A., & Widodo, B. (2022, June). Pengaruh Media Sosial Sebagai Sumber Pengetahuan Politik Generasi Z Terhadap Literasi Politik Pada Pemilu 2020. In Proceedings University of Muhammadiyah Yogyakarta Undergraduate Conference (Vol. 2, No. 1), 91

DAFTAR PUSTAKA

  • Amru, T. H., Syam, H. M., & Susilawati, N. (2021). Dampak Mengakses Instagram@ pinterpolitik terhadap Perilaku Politik Generasi Z pada Pemilu 2019. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 6(2).
  • Aziz, A., & Widodo, B. (2022, June). Pengaruh Media Sosial Sebagai Sumber Pengetahuan Politik Generasi Z Terhadap Literasi Politik Pada Pemilu 2020. In Proceedings University of Muhammadiyah Yogyakarta Undergraduate Conference (Vol. 2, No. 1, pp. 87-98).
  • Dewi, N. N., & Najicha, F. U. (2022). Pentingnya Menjaga Nilai Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat bagi Generasi Z. Antropocene: Jurnal Penelitian Ilmu Humaniora, 2(2), 49-54.
  • Indrabayu, A., & Destiwati, R. (2022). Pengaruh Komunikasi Intrapersonal dan Fear of Missing Out terhadap Hedonisme pada Generasi Z di Denpasar. Management Studies and Entrepreneurship Journal (MSEJ), 3(4), 2169-2175.Manusia, D. S. D. (2020). Generasi Z Mengawasi Pilkada 2020. Tebuireng Institute.
  • Nur, E. (2020). Tanggapan Generasi Z Terhadap Pemanfaatan Media Sosial Dalam Mendukung Keterlibatan Dalam Pemilu Legislatif 2019 The Generation Z Response to Use of Media Social in Supporting Involvement in the 2019 Legislative Election. Jurnal Penelitian Pers Dan Komunikasi Pembangunan, 24(2), 117-131.
  • Zeva, S., Rizqiana, I., Novitasari, D., & Radita, F. R. (2023). Moralitas Generasi Z di Media Sosial: Sebuah Esai. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(02), 1-6.

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Seoranko

    It appears that you know a lot about this topic. I expect…

  • Felix Meyer

    Truly appreciate your well-written posts. I have certainly picked up valuable insights…

  • VIEW NEWZ

    Very interesting news information that doesn't make you bored, especially the latest…

  • BERITA MANTUL

    One of the rare natural phenomena that will occur next month is…

  • 168NEWS

    Several central banks have begun considering raising interest rates to control rising…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut