BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari tahun ke tahun bahkan sampai saat ini masyarakat kita masih banyak yang bersikap apatis dan sepele untuk turut serta dalam melaksanakan pemilu, golput masih menjadi trend di kalangan masyarakat. Padahal sikap apatis masyarakat ini sangatlah fatal terhadap masa depan bangsa, mengapa demikian? Karena di khawatirkan terpilihnya pemimpin yang tidak kompeten ataupun pemimpin yang otoriter. Tentu saja ini sangat berbahaya bagi kesejahteraan rakyat dan negara.
1.2 Perumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan kali ini adalah kok bisa sih terjadi golput? Dan men-gapa saat ini persentase golput masih tinggi ?. Ini merupakan pertanyaan yang paling ser-ing muncul ketika golput terjadi dan adanya kami disini ingin memecahkan pertanyaan pertanyaan tersebut dan mencari solusi yang terbaik pada permasalahan kali ini.
BAB II ISI
2.1 Pembahasan
Sesuai dengan data yang di analisis oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), dari tahun ke tahun pelaksanaan masyarakat dalam ikut serta pemilu selalu cenderung berkurang, angka partisipasi pemilih dalam pemilu calon Legislatif, pada tahun 2004 berjumlah 84%. Sementara pada pemilu tahun 2009 jumlahnya menjadi 71%. Partisipasi pemilihan 2014 juga jumlahnya masih menjadi 75,11%. Dan juga partisipasi di tahun 2019 masih dengan jumlah 81,69%. Bahkan tidak melebihi persentase pemilih pada tahun 2004, ini membuktikan masih banyak rakyat yang memilih golput dan bersikap apatis.
2.2 Analisis
Dan setelah diselidiki lebih dalam tentang permasalahan terkait atas kurangnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan pemilu atau disebut dengan golput, ada beberapa faktor yang membuat golput masih banyak pada saat ini yaitu:
- Pertama, lemahnya kepercayaan terhadap calon pemimpin dan partai politik. Ini menjadi faktor terbesar mengapa kurangnya pemilih dalam pemilu, yaitu ketidakpuasan terhadap calon pemimpin dan partai yang mencalonkan diri, rakyat merasa tidak ada calon pemimpin yang bisa memuaskan kepentingan individual dan kepentingan daerahnya, rakyat juga meragukan integritas dari calon pemimpin serta partainya terutama yang pernah terkena kasus korupsi, skandal, atau perbuatan melawan asusila lainnya.
- Kedua, rendahnya kualitas penyelenggaraan pemilu. Banyak rakyat yang kesusahan memilih tempat pemungutan suara (TPS) yang sesuai seperti kotak suara, surat suara, atau tinta yang cukup, rakyat juga kesulitan ketika mendaftar atau mendapatkan kartu pemilih.
- Ketiga, kurangnya edukasi dan sosialisasi. Masih banyak warga negara yang tidak tahu prosedur dari pemilu seperti cara mendaftar atau mendapatkan kartu pemilih, mereka juga kesusahan mendapatkan informasi tentang visi misi dan program kerja dari calon pemimpin atau partainya sehingga dikarenakan kurangnya edukasi dan informasi yang diterima masyarakat mereka lebih memilih bersikap apatis.
Padahal jika kita sadari dmpak dari kurangnya minat masyarakat dalam pemilu merupakan hal yang fatal, karena ini akan membuat sistem demokrasi kita mengalamami kecacatan dan jauh dari demokrasi yang ideal, padahal setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban dalam menyuarakan pendapatnya, ini juga mengakibatkan terpilihnya calon pemimpin yang tidak berkualitas, dan tidak mempunyai kompetensi yang bagus, akhirnya kesejahteraan rakyat akan terhambat karena hal ini dan negara akan susah berkembang atau malahan bakal mengalami kemunduran
2.3 Solusi
Dari faktor faktor yang disebutkan diatas, problem terbesarnya ada di sosialisasi dan fasilitas yang belum memadai. Untuk mengatasi hal ini maka kita perlu memanfaatkan teknologi yang sekarang sudah banyak berkembang seperti sosial media, mau itu aplikasi seperti instagram, youtube, tiktok dan facebook ataupun program tayangan televisi.
Bagaimana caranya? Kita bisa membuat konten konten tentang politik dan pemilu yang tentu saja tidak kaku dan baku agar penonton tertarik, atau kita juga bisa mengajak influencer, artis dan public figure lainnya untuk mensosialisasikan hal ini karena public figure merupakan yang paling sering di lihat dan di contoh oleh masyarakat, sehingga ketika ada suatu pemikiran atau tindakan yang di lakukan public figure yang dinilai menarik selalu memengaruhi adat kebiasaan masyarakat seperti trend trend tiktok yang dilakukan masyarakat, bahkan dalam hal politik sekalipun seperti saat pemilu legislatif tahun 2009, ketika partai Demokrat mengusung Angelina Sodakh untuk mencalonkan diri dan berhasil menang akibat dukungan dari fans fansnya. Ini merupakan bukti dari mekanisme medsos dan pelaku medsos sangat berpengaruh terhadap tingkah laku netizen.Dan setelah solusi diatas, jangan lupa juga setiap pemerintah daerah menyediakan fasilitas yang memadai dan cukup untuk masyarakat agar tidak terjadi kesalahan kesalahan administrasi.
Adapun salah satu solusi hal ini juga bisa dikaitkan dengan ranah hukum. Yaitu dengan adanya aturan yang memaksa masyarakat, untuk diberikan hukuman yang tidak memberikan hak pilih, yang dimana hal ini juga sudah diterapkan oleh negara negara besar seperti Australia, pemerintah Australia memberlakukan peraturan bagi warganya yang golput di pemilu. Mereka yang tidak memberikan pilihannya saat pemilu akan dikenai sanksi berupa denda sebesar 20 dollar, bahkan hukuman penjara. Belgia, Belgia adalah negara pertama yang menerapkan hukum ini, warga Belgia yang tidak memberikan suaranya pada pemilu akan dikenai denda berupa uang, kehilangan hak pilih selama 10 tahun dan akses pekerjaan di sector swasta akan dipersulit bagi mereka yang golput. Singapura, Negara tetangga Singapura punya aturan sendiri bagi waganya yang tidak memilih saat pemilu. Mereka yang golput akan mendapatkan sanksi berupa penghapusan nama dari daftar pemilih, dan juga masih banyak negara-negara lainnya yang menerapkan hukum ini. Yang dimana dengan hal ini negara tersebut berhasil memberantas golput. Jadi dengan adanya keterkaitan bidang hukum di permasalahan ini, akan memberikan sanksi yang lebih jelas dan tegas daripada solusi lainnya sehingga persentase golput menurun drastis.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
golput ini merupakan permasalahan yang memiliki dampak negatif yang parah terhadap kondisi negara kita kedepannya, tetapi masyarakat kita masih banyak yang sepele dan apatis terhadap hal ini. Banyak pertanyaan yang muncul dan setelah di analisis, ada be-berapa faktor mengapa golput masih banyak seperti faktor kepercayaan, faktor admin-istrasi, dan faktor edukasi & sosialisasi. Tetapi kami juga memberikan solusi terhadap faktor faktor ini seperti solusi penggunaan media sosial dan solusi hukum yang sudah teruji sebelumnya.
Daftar Rujukan
- Admin Sentolo, n.d. partisipasi masyarakat dalam pemilu. https://sentolo.kulonprogokab.go.id/detil/129/partisipasi-masyarakat-dalam-pemilu
- Moch.Nurhaism, n.d. partisipasi pemilu 2014 studi penjajakn. pusat penelitian politik lem-baga ilmu pengetahuan indonesia . https://www.kpu.go.id/koleksigambar/Partisipasi_Pemilih_pada_Pemilu_2014_Studi_Penjajakan.pdf
- s, a., 2023. cara mengatasi golput pemilu 2024 mendatang. intisari-online.com. https://www.unpad.ac.id/2014/03/tingkat-partisipasi-masyarakat-dalam-pemilu-terus-menurun/
- s, a., 2023. faktor faktor yang menyebabkan angka golput pada pilpres 2014. intisari-online.com. https://intisari.grid.id/amp/033872780/apa-sajakah-cara-mengatasi-golput-dalam-pemilu-2024-mendatang?page=all
- unpad.ac.id, 2014. tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu terus menurun. https://intisari.grid.id/amp/033854696/faktor-faktor-yang-menyebabkan-meningkatnya-angka-golput-pada-pilpres-2014?page=all
Impressive posts! My blog Article Home about SEO also has a lot…