31 comments 381 views

Pemanfaatan Platform Media Sosial sebagai Politik Digital Gen Z

Generasi Z yang lahir di era digital, memiliki keterkaitan yang unik dengan media sosial. Berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka dibesarkan di era di mana media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Cara Generasi Z Menggunakan Media Sosial

Generasi Z menggunakan media sosial untuk berbagai tujuan dan dalam berbagai cara. Pertama, media sosial adalah cara utama mereka untuk berkomunikasi dengan teman, keluarga, dan jaringan sosial lainnya. Mereka menggunakan media sosial untuk berbagi pengalaman, membagikan konten, dan berinteraksi dengan orang lain.

Kedua, media sosial adalah sumber utama informasi dan berita untuk Generasi Z. Mereka mengandalkan media sosial untuk tetap up-to-date dengan apa yang terjadi di dunia, baik itu berita politik, tren budaya, atau informasi tentang merek dan produk favorit .

Ketiga, Generasi Z juga menggunakan media sosial sebagai alat ekspresi diri. Kita membagikan foto, video, dan pemikiran mereka untuk menunjukkan identitas kita dan membentuk citra digital . Untuk banyak anggota Generasi Z, media sosial adalah platform di mana kita bisa menjadi kreatif, berbagi ide dan inspirasi, dan mempengaruhi orang lain.

Terakhir, media sosial juga digunakan oleh Generasi Z untuk belajar dan pengembangan profesional. Banyak anggota Generasi Z mengikuti influencer, pemimpin pemikiran, dan merek yang relevan dengan bidang minat atau studi untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.

Media sosial sebagai suatu platform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktifitas sosial bagi setiap penggunanya, misalnya melakukan interaksi atau komunikasi hingga memberikan informasi atau konten berupa tulisan, foto dan vidio. Informasi dan konten yang dibagikan tersebut dapat terbuka untuk semua pengguna selama 24 jam penuh.

B.K. Lewis (2010) menyatakan bahwa media sosial merupakan suatu label yang merujuk padateknologi digital yang berpotensi membuat semua orang untuk saling terhubung dan melakukan interaksi, produksi, dan berbagai pesan.

Sebagai kesimpulan, media sosial adalah bagian integral dari kehidupan Generasi Z. Mereka menggunakan media sosial untuk berkomunikasi, mengekspresikan diri, mendapatkan informasi, dan belajar. Dalam prosesnya, mereka membentuk bagaimana kita memahami dan menggunakan media sosial, dan akan terus berperan penting dalam mendefinisikan bentuk dan fungsi media sosial di masa depan. Meski begitu, kehadiran media sosial dalam kehidupan sehari-hari Generasi Z juga membawa tantangan dan permasalahan tersendiri. Misalnya, masalah privasi data, cyberbullying, dan dampak pada kesejahteraan mental adalah beberapa isu yang sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial yang intensif.

Generasi Z juga harus belajar bagaimana menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan non-digital, dan bagaimana menggunakan media sosial secara etis dan bertanggung jawab.

Selain itu, peran besar media sosial dalam menginformasikan dan membentuk pandangan Generasi Z tentang dunia juga menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana informasi disampaikan dan dipahami di era digital. Fenomena seperti hoaks dan disinformasi menjadi semakin relevan, dan pendidikan media menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Generasi Z, sebagai digital natives, berada di garis depan perubahan ini. Mereka adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh dengan media sosial, dan cara mereka menggunakan dan memahami platform ini akan terus mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan teknologi dan satu sama lain. Mengenali dan memahami bagaimana Generasi Z menggunakan media sosial adalah langkah penting untuk memahami dunia digital kita hari ini, dan juga apa yang mungkin terjadi di masa depan. Dalam banyak hal, Generasi Z bukan hanya pengguna media sosial – mereka juga pembentuknya. Mereka membentuk tren, menciptakan konten, dan mempengaruhi bagaimana platform ini berfungsi dan berkembang.

Dengan demikian, untuk memahami Generasi Z adalah juga untuk memahami bagaimana media sosial, dan dengan perluasan, dunia digital kita, akan terlihat di masa depan.

Politik digital anak muda

Kehidupan berdemokrasi di suatu negara salah satunya ditentukan oleh seberapa besar partisipasi politik dari masyarakatnya. Partisipasi itu akan tampak ketika masyarakat ikut terlibat secara aktif dalam kehidupan berpolitik. Contohnya, ketika pemilihan presiden, kepala daerah, atau saat memilih wakil-wakil mereka yang akan duduk di kursi parlemen, baik di pusat maupun di daerah.

Menurut pakar ilmu politik, mendiang Miriam Budiardjo dalam bukunya Partisipasi dan Partai Politik, tinggi atau rendahnya partisipasi politik di masyarakat menjadi indikator penting bagaimana perkembangan berdemokrasi di negara tersebut. Semakin tinggi tingkat partisipasi politik masyarakatnya, maka itu menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap perkembangan politik di negara mereka. Sebaliknya, semakin rendah angka partisipasi politik masyarakat di suatu negara menjadi pertanda kurang baik.

Dalam proses berdemokrasi tadi, terdapat kelompok-kelompok di masyarakat yang akan ikut mempengaruhi tinggi-rendahnya tingkat partisipasi politik. Salah satunya adalah anak-anak muda. Mereka adalah kelompok masyarakat yang menurut Pasal 1 Undang-Undang nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan didefinisikan sebagai warga negara Indonesia dalam rentang usia 16 hingga 30 tahun.

Dalam perkembangannya, mereka kemudian disebut sebagai Generasi Z dan Generasi Milenial. Badan Pusat Statistik mendefinisikan Generasi Z sebagai penduduk Indonesia yang lahir dalam rentang tahun 1997-2012 dan Generasi Milenial adalah mereka yang lahir antara 1981 hingga 1996.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, dari 270,2 juta jiwa populasi Indonesia saat ini, sebanyak 53,81 persen di antaranya merupakan gabungan dari kedua generasi di atas tadi. Rinciannya sebanyak 27,94 persen diisi oleh Generasi Z dan 25,87 persen lainnya masuk dalam kategori Generasi Milenial. “Kedua generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,” kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, ketika memberikan keterangan pers mengenai hasil Sensus Penduduk 2020 di Jakarta, (21/1/2021).

Menurut Hasanuddin Ali dari Alvara Research, tipikal Generasi Z menuntut kehadiran internet nyaris di sepanjang kesehariannya. Ketergantungan mereka terhadap internet bahkan menyentuh angka 93,9 persen atau biasa disebut sebagai mobile generation. Generasi ini kehidupannya lebih banyak diwarnai dengan keceriaan (cheerful).

Sedangkan Generasi Milenial memiliki ketergantungan dengan internet sekitar 88,4 persen dan dalam kehidupannya masih berjuang untuk meniti karier. Demikian diungkapnya saat menjadi pembicara dalam diskusi daring bertema “Politik Digital, Pendidikan Politik, dan Partisipasi Politik Bagi Generasi Muda” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informasi di Jakarta, Sabtu (17/4/2021).

Dalam dunia politik, kata Hasanuddin, anak-anak muda tadi merupakan aset berharga dan menjadi incaran partai-partai politik. Ini lantaran Generasi Z dan Generasi Milenial merupakan kekuatan tersendiri yang harus direbut suaranya di dalam kontestasi pemilihan, baik pemilihan pemimpin negara, kepala daerah, atau saat memilih wakil rakyat.

Pengaruh Media Sosial

Penetrasi internet di Indonesia saat ini telah menjangkau 196,7 juta penduduk berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Kondisi ini membuat partai-partai politik berlomba-lomba menceburkan diri membangun kekuatan baru di ranah digital. Mereka kemudian masuk ke berbagai platform media sosial yang ada demi mendapatkan simpati anak-anak muda melek teknologi.

Pemanfaatan platform media sosial untuk kepentingan politik telah dirasakan manfaatnya oleh Hillary Brigitta Lasut. Anggota DPR RI termuda ini memakai berbagai platform media sosial sebagai wadah berkampanye dalam Pemilihan Legislatif 2019. Selain lebih murah, kehadiran media sosial, menurut wakil rakyat daerah pemilihan Sulawesi Utara itu, mampu menjangkau jauh lebih banyak pemilih muda.

Ia sendiri saat itu mampu meraup 70.345 suara untuk mengantarkannya ke Senayan. “Saya merasakan benar pengaruh media sosial ketika berkampanye. Melalui media sosial pula saya bisa berinteraksi secara cepat dengan masyarakat, termasuk para konstituen saya. Kita bisa langsung mengetahui persoalan yang terjadi pada daerah pemilihan di Sulawesi Utara,” kata wakil rakyat yang lahir 22 Mei 1996 tersebut.

Brigitta juga mengakui pada saat pandemi seperti sekarang keberadaan media sosial pun sangat diperlukan untuk berinteraksi dengan banyak orang, bahkan dalam sekali waktu. Teknologi digital juga telah memudahkan partai politik dalam menjangkau para kader-kadernya di seluruh negeri. “Di partai kami, nyaris semua urusan kepartaian bisa dilakukan dengan teknologi digital, termasuk mengurus dan mencetak kartu anggota partai secara online. Sehingga orang-orang tidak perlu mendatangi kantor partai setiap saat hanya untuk mengurusnya,” katanya dalam forum yang sama.

Di mata Komisioner KPI Pusat Yuliandre Darwis, kehadiran media sosial untuk meraih suara anak-anak muda untuk ikut berpartisipasi di dunia politik merupakan hal yang wajar di era teknologi digital. Doktor bidang komunikasi massa ini menyebutkan, ada yang harus diperhatikan oleh anak-anak muda saat ingin menyampaikan aspirasi politiknya di media sosial.

Belajar dari kasus bertebarannya informasi berupa berita bohong (hoaks) dalam Pemilihan Umum 2019, Yuliandre menyebut, sangat diperlukan kehati-hatian dan langkah bijak dari Generasi Z dan Milenial. “Banyak bertebaran informasi tak benar ketika Pemilu 2019, mulai dari berita bohong, hasutan, ujaran kebencian, dan lainnya. Diperlukan kesantunan di dalam berpolitik di media sosial terutama bagi anak-anak muda. Saring dulu sebelum sharing dan lakukan tabbayun, mengecek terlebih dulu kebenaran suatu informasi,” katanya.

Oleh karena itu, kendalikan jempolmu sebelum menyebarkan suatu informasi ke media sosial.

Gen-Z, Milenial, politik masa depan

Sudah saatnya … meninggalkan legasi yang baik pada Pemilu 2024 ..,

Generasi Z dan Milenial menjadi dua kelompok yang disebut pilar dari generasi emas pada 2045. Sensus 2020 mencatat jumlah penduduk Indonesia didominasi Generasi Z atau penduduk yang lahir pada kurun 1997-2012 dengan jumlah 75,49 juta jiwa atau 27,49 persen dari 270,2 juta jiwa total penduduk Indonesia.

Kemudian, Generasi Milenial yakni mereka yang lahir pada rentang 1981-1996, yang jumlahnya mencapai 69,90 juta jiwa atau setara dengan 25,87 persen total penduduk.

Artinya, jumlah Milenial dan Gen-Z itu tak kurang dari separuh jumlah penduduk Indonesia. Dengan jumlah tersebut kedua generasi menjadi aspek yang diperhitungkan di berbagai aspek kehidupan.

Dalam hal politik, dulu Generasi Z dan Milenial dinilai memiliki kecenderungan enggan terlibat, bahkan malah bersikap apatis. Namun, hal itu berbeda dengan kondisi kekinian. Belakangan ini dapat dilihat anak-anak muda mampu memengaruhi opini publik lewat ruang digital,termasuk dalam dunia politik dankebijakan. Seperti yang dilihat baru-baru ini bagaimana seorang Gen-Z mengkritik pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung dan kemudian ruang digital seketika dipenuhi oleh anak-anak muda yang mampu memengaruhi opini dan kebijakan.

Bahkan, akhirnya Presiden Joko Widodo langsung turun ke Lampung untuk memastikan agar daerah tersebut ke depan berkompeten dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan daerah. Koordinator Penggerak Milenial Indonesia M. Adhiya Muzakki menguraikan kedua kelompok itu kini telah menunjukkan kecenderungan untuk memengaruhi opini publik melalui media sosial dan partisipasi dalam gerakan sosial.

Dalam politik, Generasi Z telah memilih memperjuangkan masalah seperti hak asasi manusia, lingkungan, dan isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Mereka juga menggunakan media sosial dan platform daring lainnya dalam memperjuangkan pendapat mereka dan mempengaruhi opini publik yang berkembang.

Milenial, di sisi lain juga telah memengaruhi opini publik dalam banyak hal, terutama melalui penggunaan media sosial dan partisipasi dalam gerakan sosial. Milenial sering memperjuangkan isu-isu seperti keadilan sosial, hak reproduksi, dan isu-isu lingkungan. Pada konteks pemilihan umum, Gen-Z dan Milenial telah terbukti menjadi kelompok demografi yang sangat penting. Mereka memiliki jumlah suara yang signifikan, namun sering kali memiliki pandangan politik yang berbeda dari kelompok demografi yang lebih tua. Karena itu, partai politik belakangan acap mencoba untuk memperjuangkan isu-isu yang penting bagi kedua kelompok itu demi meraup dukungan dari generasi muda.

Kemampuan Gen-Z dan Milenial dalam memengaruhi publik secara umum, salah satunya direkam dengan cukup baik oleh Stella M. Rouse dan Ashley D. Ross melalui bukunya The Politics of Millennials: Political Beliefs and Policy Preferences of America’s Most Diverse Generation.

Melalui karyanya itu, Rouse dan Ross memberikan gambaran yang jelas tentang pandangan politik Milenial dan Gen-Z dalam berbagai isu dan bagaimana pandangan tersebut dapat memengaruhi kebijakan politik di Amerika Serikat, atau bahkan di seluruh negara.

Rouse dan Ross menyatakan bahwa dua generasi ini sangat berbeda dari generasi sebelumnya dalam hal pandangan politik, nilai, dan penggunaan teknologi. Kedua generasi cenderung lebih progresif dan inklusif dalam pandangan politik mereka, dengan lebih mendukung isu-isu seperti hak minoritas, hak LGBT, dan kebijakan lingkungan.

Selain itu, mereka juga lebih aktif dalam menggunakan teknologi dan media sosial untuk berpartisipasi dalam politik dan mempengaruhi kebijakan. Oleh karena itu, pemimpin politik dan partai politik sangat penting memperhatikan pandangan dan kebutuhan dua generasi itu, serta mengakomodasi keinginan mereka dalam kebijakan politik dan kampanye pemilihan.

Rouse dan Ross juga menyatakan bahwa generasi tersebut akan memainkan peran yang semakin besar dalam politik pada masa depan karena jumlah mereka yang besar dan pengaruh yang mereka miliki melalui media sosial.

Pandangan politik

M. Adhiya Muzakki menekankan penting untuk diingat bahwa tidak semua individu dalam kelompok demografi tersebut memiliki pandangan politik yang sama, Setiap orang pada dua generasi tersebut memiliki pandangan dan keyakinan mereka sendiri dan ada perbedaan signifikan dalam preferensi politik bahkan di antara generasi yang sama. Oleh karena itu, penting agar tidak menggeneralisasi atau mengasumsikan pandangan politik seseorang berdasarkan kelompok demografi mereka.Pandangan politik terkait kepemimpinan dalam konteks Milenial dan Gen-Z juga memerlukan perhatian khusus pada nilai, sikap, dan preferensi yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Salah satu aspek terpenting dari kepemimpinan pada era ini adalah memahami nilai-nilai yang dipegang oleh kedua generasi. Anak-anak muda itu dikenal memiliki kepedulian yang tinggi terhadap keseimbangan kerja-hidup dan nilai-nilai yang berkaitan dengan keterlibatan sosial dan lingkungan. Kepemimpinan yang efektif harus mampu memahami dan menghargai nilai-nilai yang diinginkan anak-anak muda serta berupaya untuk memenuhi kebutuhan mereka.Selain nilai, sikap juga menjadi faktor penting dalam kepemimpinan di era generasi muda saat ini. Kedua generasi cenderung lebih terbuka terhadap perubahan dan lebih suka bekerja dalam tim.

Oleh karena itu, kepemimpinan yang efektif harus memanfaatkan kemampuan mereka untuk bekerja dalam tim dan membangun lingkungan kerja yang positif dan inklusif. Selain itu, Milenial dan Gen-Z juga punya kecenderungan memilih gaya kepemimpinan yang kolaboratif dan horizontal. Mereka menempatkan penekanan pada dialog dan partisipasi. Kedua generasi lebih mencari fleksibilitas sebagai cara mereka bekerja dan memilih lingkungan kerja yang lebih terbuka serta inklusif. Kepemimpinan yang efektif pun mesti menyediakan lingkungan kerja yang memungkinkan karyawan untuk bekerja dengan cara yang paling efektif bagi mereka, termasuk fleksibilitas waktu dan ruang.

Selain itu, kepemimpinan juga penting mempertimbangkan preferensi generasi itu terhadap teknologi dan cara kerja yang lebih terhubung secara digital.Kemudian dalam hal kepemimpinan sendiri, pandangan politik Milenial dan Gen Z memperlihatkan mereka butuh pemimpin yang dapat memahami dan menghargai nilai-nilai, sikap, dan preferensi mereka.

Pemilu 2024

Lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis bahwa pada Pemilu 2024 mendatang akan sangat didominasi oleh kaum Gen-Z dan Milenial yang rentang usianya 17-39 tahun mendekati angka 60 persen.Dengan jumlah tersebut tentunya Milenial dan Gen-Z dapat berperan penting pada Pemilu 2024, baik sebagai pemilih, penyelenggara, bahkan menjadi peserta pemilu.Saat ini, ada banyak posisi yang seharusnya bisa diisi oleh para anak muda, seperti saat ini para penyelenggara pemilu sedang merekrut tenaga di tingkat daerah untuk KPU dan Bawaslu daerah.Kemudian, hingga 14 Mei 2023 para partai politik mulai menyerahkan daftar calon anggota legislatif yang akan mereka usung pada Pemilu 2024. Saluran-saluran tersebut tentunya bisa juga diisi oleh kaum-kaum muda saat ini.

Namun permasalahannya, masih ada sejumlah elemen yang menyepelekan peran anak muda dalam pemilu, misalnya, keberadaan mereka kurang diakui atau dianggap tidak penting. Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa peran Milenial dan Gen-Z dalam pemilu tidak selalu diakui atau dianggap tidak penting. Salah satu faktor tersebut karena kurangnya partisipasi politik dari kalangan tersebut.Banyak dari mereka yang merasa tidak tertarik atau tidak yakin dengan proses politik dan pemilu, akibatnya mereka cenderung tidak memberikan suara pada pemilihan. Atas dasar itu, penting bagi semua pihak mengedukasi, mengakui peran, dan menyediakan saluran bagi Milenial dan Gen-Z di bidang politik, terutama dalam Pemilu 2024. Politik masa depan Indonesia nantinya tentu berada di tangan dua generasi ini dan tonggak estafetnya berada pada Pemilu 2024.

Pakar politik sekaligus akademikus Universitas Bengkulu Dr. Panji Suminar menyatakan dunia dan kesehariannya Milenial dan Gen-Z berada di dalam jaringan. Sebagian besar waktu mereka curahkan di ruang-ruang digital, termasuk untuk melek politik. Untuk menciptakan generasi-generasi terbaik si kancah politik, Generasi Milenial dan Gen-Z jangan hanya menjadi objek yang dilihat sebagai lumbung suara, tapi ada hal lain yang begitu penting yakni menyampaikan pendidikan politik dan pentingnya mereka dilibatkan secara positif dalam politik bangsa.Namun, merangkul para anak muda itu ke dalam dunia politik tentu saja tidak bisa disepelekan, apalagi merangkul mereka yang cenderung apatis. Perlu contoh dan praktik baik dari para elite dan politikus negeri ini sehingga mereka memiliki ketertarikan dalam dunia politik.

Hal itu tentunya bisa dimulai dari Pemilu 2024, karena saat ini merupakan waktu peralihan kepemimpinan baik secara nasional maupun daerah. Dan, saat ini pula porsi suara generasi muda sangat besar. Kalau seluruh anak muda dari dua generasi tersebut mau berpartisipasi, maka lebih dari separuh total suara pemilu se Indonesia merupakan suara generasi muda. Para elite, politikus, dan partai politik harusnya masuk ke basis-basis anak muda dengan memberikan pendidikan politik yang positif dan menunjukkan keberpihakan mereka terhadap aspirasi-aspirasi generasi muda.

Cara-cara buruk dalam berpolitik hendaknya tidak dilakukan—apalagi sampai membanjiri ruang digital yang menjadi tempat nongkrong anak muda—dengan konten-konten negatif.Politisasi SARA, politik identitas, primordialisme, bahkan kampanye hitam dan cara buruk lainnya hanya akan menjadikan generasi muda semakin apatis terhadap dunia politik, bahkan lebih berbahaya, karena berpotensi memecah-belah bangsa.

Milenial dan Gen-Z butuh metode-metode pendekatan inovatif dan kreatif dari para senior-senior mereka di dunia politik. Cara-cara generasi tua yang dianggap tidak fleksibel harus diubah dan lebih beradaptasi dengan kedua generasi tersebut.

Jadi, bukan malah memaksakan cara-cara generasi tua terhadap Milenial dan Gen-Z.

“Sudah saatnya memberikan pendidikan politik yang baik, menjaga ruang digital yang sehat agar generasi muda mendapatkan wawasan dan ruang politik yang sehat pula, serta meninggalkan legasi yang baik pada Pemilu 2024 di dunia politik,” ujar Panji Suminar.

Masa depan bangsa ini ada di tangan mereka, dan dunia politik tentu berpengaruh besar terhadap arah bangsa ini.

Pakar Komunikasi Politik Sebut Generasi Z Penentu Pemilu 2024

Kontestasi politik jelang pemilu 2024 semakin memanas. Di tengah dinamika tersebut, sejumlah pihak menyoroti peran generasi Z (gen Z) dalam pesta demokrasi. Muhammad Danu Winata, S.Sos, M.A., M.Si., pakar Komunikasi Politik Universitas Negeri Surabaya (UNESA) mengatakan bahwa anak-anak muda, utamanya generasi Z menjadi salah satu faktor penentu Pemilu 2024.

Alasannya. Pertama, dari aspek kuantitas, jumlah anak muda ini lebih banyak. Sebanyak 60 persen pemilih itu dari generasi Z.

Kedua, narasi yang muncul itu bisa dibilang banyak dilempar generasi Z baik narasi pemilihan terhadap lingkungan, mental health dan isu-isu kebijakan yang selama ini terluput seperti soal disabilitas, bahkan isu sepak bola.

“Mungkin selama ini isu sepak bola menjadi fanatik-fanatik gitu aja, tetapi generasi Z bakal menjadi pembeda nantinya. Karena generasi ini saat ada keluh kesah langsung larinya ke medsos. Ini menjadi peran penentu di pemilu,” bebernya. Terkait dengan pentas politik yang tampak saling jegal di tengah jalan, presiden yang ikut cawe-cawe menentukan sosok pasangan calon untuk 2024 menjadi salah satu poin yang direspons generasi Z.

Menurut Danu, respons mereka ini mungkin tidak sampai ke aksi golput, tetapi dalam bentuk kritik terbuka dan mengulas itu di berbagai platform media sosial. “Kalau masalah golput, saya kira itu generasi milenial,” tukasnya. Lalu bagaimana dengan para artis yang masuk bakal caleg? Menurutnya itu menjadi penilaian tersendiri bagi generasi Z yang tentu memahami betul bahwa parpol tidak memiliki kaderisasi yang baik, lebih mementingkan popularitas dan elektabilitas ketimbang kualitas. “Benar-benar situasi yang seperti ini dikritik habis sama generasi Z. Apalagi banyak perilaku politik yang dipertontonkan dan itu tidak pantas di mata generasi yang langsung mereka respons dan viral di medsos. Itu terbuktikan belakangan ini,” bebernya.

Jangankan soal politik, kasus seperti para artis yang terlibat perselingkuhan dan perceraian pun menjadi bagian dari isu yang dilempar dan direspons serius generasi Z.

Kesimpulannya yaitu Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles) politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan publik pemerintahan dan negara. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik pemerintah.

Media sosial menjadi sarana dalam aksi politik generasi milenial dengan seiring semakin berkembang pesatnya teknologi khususnya di indonesia sendiri dengan bermunculannnya terknologi terbaru mempermudah generasi zl untuk melakukan aksi politik dan pada platform seperti Twittwer, Facebook, Youtube dan instagram memberikan update terbaru untuk gen z mengekspresikan diri, mengorganisir protes, dan isu-isu tentang politik dan sosial

Gen z memanfaakan media sosial sebagai sarana untuk mengkaji isu-isu politik dan permasalahan lainnya yang ada di indonesia serta menyebarluaskannya dengan berbagai hastag.teknologi yang canggih bisa menjadi alat perjuangan generasi milenial untuk melakukan perjuangan

Pemanfaatan platform media sosial sebagai politik digital sebagai wadan gen z untuk melakudemokrasi di indonesia. Berdasarkan hasil survei McKinsey ada 58% responden dari gen z yang menghabiskan lebih dari satu jam waktunya untuk bermain media sosial. Sebanyak 35% mengakses media sosial lebih dari dua jam dan 23% responden sebanyak 1-2 jam sehari. tentunya hal tersebut dapat menjadi pemanfaatan gen z dalam melakukan aktifitas politik sehingga memungkinkan semua orang untuk bersatu dan mengekspresikan diri mereka dalam skala yang lebih besar.

Saya sebagai gen z menanfaatkan platform media sosial saya sepeti whatsapp dan instagram untuk menghubungkan orang lintas jarak karena media sosial seperti whatsapp memfasilitasi komunikasi kelompok seperti grup komunikasi online seperti grup bersama teman sekelas , teman berorganisasi memepermudah saya sebagai gen z untuk melakukan aktifitas politik

Media sosial sebagai instrumen untuk melakukan aktivitas politik melalui media sosial gen z mampu memberikan suara kepada seluruh pengguna yang belum pernah terlihat atau terdengar sebelumnya dan dapat menggalang dukungan untuk melakukan perubahan juga menghadirkan banyak peluang seperti kolaborasi dengan pengguna media sosial yang terkait

Melalui media sosial gen z dapat menyuarakan asprisarinya dan mengundang seluruh pengguna media sosial tergabung dalam pemikiran yang sama dengan berbagi pengetahuan dan sumberdaya untuk mencapai tujuan yang sama. Sebagai wahana aksi politik media sosial menghadapi banyak kedala dan keterbatasan meskipun memiliki banyak manfaat seperti penyebaran informasi yang salah , berita palsu, menghambat penyebaran informasi yang akurat dan kurangnya perlindungan pengguna. Media sosial menimbulkan kehawatiran yang signifikan terkait pengumpulan data dan privasi.

31 comments

Ina November 27, 2023 - 2:13 am

waw karyanya ringan dibaca tidak banyak bahasa yang sulit dipahami dalam karya juga kita bisa membaca pemanfaatan media sosial dalam generasi z tantangan yang dihadapi juga solusi yang bisa kita pahami untuk mengatasi maraknya medsos di era gen z banyak sekali penyalahgunaan medsos oleh gen z untuk berita hoak apalagi di gencangan pemilu 2024 melalui medson dan di support oleh teknologi kita akan sangat mudah mengakses segala sesuatu penyebaran berita melakukan kampanye dan lain sebagainya

Reply
Giring November 27, 2023 - 8:58 am

Keren cara penggunaan bahasanya mudah di pahami. tapi referensi bisa lebih di tingkatkan lagi terkait perilaku generasi Z di ruang digital.

Reply
Giring November 27, 2023 - 9:00 am

Keren tulisannya mudah di pahami. Tapi referensi bisa lebih di tingkatkan lagi terkait perilaku generasi Z di ruang digital.

Reply
Andrian November 27, 2023 - 10:47 am

Bagus karya ilmiahnya sangat mudah di pahami bahasanya oleh siapapun

Reply
Andrian November 27, 2023 - 11:27 am

Tentu di era gen-z ini peran digital di pemilu sangat penting untuk menarik perhatian masyarakat perlu kita sadari bahwasannya hampir semua masyarakat dari kalangan rendah sampai atas selalu eksis di media sosial jadi untuk para calon capres dan cawapres sangat mudah untuk mencari perhatian dari masyarakat melalui media sosial ini atau teknologi tapi dengan seiring nya kecanggihan teknologi ada pula yang menebar berita hoax atau menjelek-jelekkan capres dan cawapres agar image mereka buruk di mata masyarakat tentu ini hanya sebuah kepentingan pribadi saja, di era sekarang ini hampir semua orang tidak bisa terlepas dari teknologi bagaimana cara mengatasi agar anak millenial ini tidak termakan berita hoax dan ikut-ikutan menyebarkan berita hoax itu?

Reply
Musanadah November 27, 2023 - 1:41 pm

Sebagai gen z kita harus mengerti dalam menyikapi berita hoak dengan teliti dicari kebenarannya jangan mudah terpengaruh dan twrbawa suasana dan kita harus pandai mencari tau kebenaran berita tersebut tidak mudah terbawa emosi
Generasi Z juga harus belajar bagaimana menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan non-digital, dan bagaimana menggunakan media sosial secara etis dan bertanggung jawab.

Reply
Rafika tasrih November 27, 2023 - 1:42 pm

Sebagai gen z kita harus mengerti dalam menyikapi berita hoak dengan teliti dicari kebenarannya jangan mudah terpengaruh dan twrbawa suasana dan kita harus pandai mencari tau kebenaran berita tersebut tidak mudah terbawa emosi
Generasi Z juga harus belajar bagaimana menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan non-digital, dan bagaimana menggunakan media sosial secara etis dan bertanggung jawab.

Reply
Rafika fazrin November 27, 2023 - 1:51 pm

Sebagai gen z kita harus mengerti dalam menyikapi berita hoak dengan teliti dicari kebenarannya jangan mudah terpengaruh dan twrbawa suasana dan kita harus pandai mencari tau kebenaran berita tersebut tidak mudah terbawa emosi
Generasi Z juga harus belajar bagaimana menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan non-digital, dan bagaimana menggunakan media sosial secara etis dan bertanggung jawab.

Reply
Dwi sinta November 27, 2023 - 11:53 am

Sebagaimana telah diuraikan bahwa media sosial adalah sebuah media online yang menggunakan teknologi berbasis internet yang mendukung interaksi sosial sehingga komunikasi menjadi dialog interaktif yang timbal balik. Pemanfaatannya juga meningkatkan jaringan komunikasi politik masyarakat terutama gen z dalam pemilu. Hal ini sering di jumpai dalam masa kampanye politik para calon . Bisa dilihat dalam tulisannya kita bisa mengetahui
1. cara gen z menggunakan media sosial
2.politik digital anak muda
3.pengaruh media sosial
4.gen z dan politik masa depan
5. Pandangan politik gen z
6.dan pemilu 2024

Reply
Siti hunaeni November 27, 2023 - 12:02 pm

Menurut remo adhy pradgana 2018 digemari pesan politik melalui media sosial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap political efficacy dan pengetahuan efficacy dan pengetahuan z di Indonesia merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap partisipasi politik generasi milenial dalam tulisan penulis menyampaikan bahwa gen Z merupakan politik masa depan dan menjelaskan pakar politik sebut generasi gen z penentu pemilu 2024 sangat keren

Reply
Musanadah November 27, 2023 - 12:07 pm

Topik beserta judul yang di berikan penulis mengenai ” Pemanfaatan Platform Media Sosial Sebagai Politik Gen Z ” sangat bagus dan melihat referensi dan informasi sesuai dengan keadaan saat ini, apalagi dilihat dari Gen Z yang punya dampak yang signifikan dalam aktivitas politik terutama di ruang digital, meskipun masih sedikit kurang dalam hal politik. Gen Z juga lebih responsif terhadap politik politik baru yang berada sekitar lingkungan mereka dengan sifat terbuka yang dapat mereka tuangkan dalam media sosial.

Reply
Marwah stulasa darussalam November 27, 2023 - 2:07 pm

Sebagai gen z kita harus mengerti dalam menyikapi berita hoak dengan teliti dicari kebenarannya jangan mudah terpengaruh dan twrbawa suasana dan kita harus pandai mencari tau kebenaran berita tersebut tidak mudah terbawa emosi
Generasi Z juga harus belajar bagaimana menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan non-digital, dan bagaimana menggunakan media sosial secara etis dan bertanggung jawab.

Reply
Diah November 27, 2023 - 2:10 pm

👏🫶❤️‍🔥

Reply
Diah November 27, 2023 - 2:10 pm

Keren👏❤️‍🔥

Reply
Diah November 27, 2023 - 2:11 pm

Semangat

Reply
Diah November 27, 2023 - 2:12 pm

Asik keren bngt

Reply
Marwah stulasa darussalam November 27, 2023 - 2:31 pm

Dalam karyanya penulis menggambarkan pemanfaatan media sosial yang diukur dengan pemanfaatan media sosial fasilitas melalui intagram wa fb Twitter . Saya membaca dari salah satu peneliti yang bernama christiany Juditha 2018 bahwasanya hegemoni di sosial media kasus akun gosip Instagram menunjukkan 100% responden merupakan generasi z penulis juga menulikan sebuah isu medsos yang pengpengaruhi gen z dan cara menyikapi medsos tersebut juga penulis memberikan gambaran mengenai politik digital anak muda dimana Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, dari 270,2 juta jiwa populasi Indonesia saat ini, sebanyak 53,81 persen di antaranya merupakan gabungan dari kedua generasi di atas tadi. Rinciannya sebanyak 27,94 persen diisi oleh Generasi Z dan 25,87 persen lainnya masuk dalam kategori Generasi Milenial. “Kedua generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,” kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, ketika memberikan keterangan pers mengenai hasil Sensus Penduduk 2020 di Jakarta, (21/1/2021)

Reply
Aurelia margaretha November 27, 2023 - 3:04 pm

Media sosial menjadi saluran komunikasi politik yang kian diperhitungkan di Indonesia. Dalam melakukan pendekatan kepada audiens media sosial, para tokoh politik perlu memperhatikan sejumlah aspek, seperti pilihan kanal medsos yang digunakan, pengelompokan usia, hingga mempertimbangkan faktor geografis kewilayahan , jadi sangat artikel ini benar” membantu sekali untuk menyikapi pengunaan platform media sosial di era politik

Reply
Aurelia margaretha November 27, 2023 - 3:06 pm

artikel ini benar” membantu sekali untuk menyikapi pengunaan platform media sosial di era politik terlebih untuk gen z yang akan menghadapi isu politik

Reply
Bung Sahrul November 29, 2023 - 7:27 pm

Partai politik, Organisasi, dan bahkan perusahaan menggunakan media digital berupa sosial media untuk menyampaikan pesan politiknya,  kepada generasi muda, yang biasa disebut sebagai Gen Z.

Kehidupan demokrasi di suatu negara ditentukan oleh partisipasi politik warga negaranya. Partisipasi terjadi ketika masyarakat termasuk kaum Gen Z secara aktif berpartisipasi dalam kehidupan politik dengan menggunakan media digital.

tinggi rendahnya partisipasi politik masyarakat merupakan indikator penting bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. Semakin tinggi partisipasi politik masyarakat, semakin menunjukkan bahwa pembangunan politik negaranya penting bagi mereka. Sebaliknya, semakin rendah partisipasi politik masyarakat di negara tersebut, itu pertanda buruk.

Dalam proses demokrasi terdapat kelompok-kelompok dalam masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi politik. Salah satunya adalah sekelompok anak muda yang didefinisikan sebagai warga negara Indonesia yang berusia antara 16 dan 30 tahun. Dan dalam perkembangannya, mereka disebut sebagai Gen Z dan Generasi Milenial.

Dalam dunia politik, mereka adalah sumber daya yang berharga dan tujuan dari partai politik. Sebab, Gen Z dan Generasi Milenial memiliki kekuatan khusus yang suaranya harus diutamakan dalam kampanye pemilu, pemilihan kepala negara, kepala daerah, dan pemilihan anggota parlemen.

Pemanfaatan platform media sosial untuk kepentingan politik sudah bisa digunakan sebagai wadah berkampanye, sehingga keberadaan media sosial mampu menjangkau lebih jauh pemuda. Memang dengan adanya media sosial dapat menampung banyak suara anak muda untuk berkontribusi di dunia politik menjadi hal yang wajar.

maka dengan adanya tulisan ini, sangat relevan dengan keadaan fenomena saat ini bagi gen Z. dengan judul, substansi pembahasan, diksi yang dipakai dalam tulisan ini sangat mudah generasi muda untuk memahami, dan mengadopsi pemikiran pemikiran yang dituangkan dalam tulisan ini.
semoga tulisan ini bisa dikembangkan dan di propagandakan lebih luas lagi untuk generasi muda yang hari ini sedang membentuk karakter diri.

Reply
Shafa Marwah Diba November 30, 2023 - 2:11 pm

Generasi Z cenderung menunjukkan minat yang tinggi terhadap isu-isu politik dan sosial. Mereka sering menggunakan media sosial untuk menyuarakan pendapat mereka dan memperjuangkan perubahan. Pendidikan politik dan akses informasi melalui teknologi memainkan peran penting dalam membentuk pandangan politik mereka.

Reply
anggia quraningtia November 30, 2023 - 2:13 pm

Media sosial berperan penting sebagai pola komunikasi digital Generasi Z, memungkinkan mereka berinteraksi, berbagi ide, dan membentuk identitas online. Hal ini memengaruhi pola konsumsi informasi dan membentuk opini mereka.

Reply
silvy puspitasary November 30, 2023 - 2:15 pm

Politik digital Gen Z mencakup keterlibatan politik melalui platform online, seperti media sosial. Generasi Z cenderung menggunakan teknologi untuk menyuarakan pandangan politik, berpartisipasi dalam diskusi, dan memengaruhi opini publik. Mereka lebih terbuka terhadap isu-isu inklusivitas, lingkungan, dan keadilan sosial, seringkali menggunakan media sosial sebagai alat untuk memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Kesadaran akan kebohongan atau disinformasi juga menjadi penting, dengan upaya untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayainya.

Reply
Nayla Kanaya Gunawan November 30, 2023 - 2:16 pm

Generasi Z sangat terpapar informasi politik melalui media sosial karena platform tersebut menjadi sumber berita utama mereka. Selain itu, media sosial memungkinkan partisipasi aktif, memperkuat gerakan sosial, dan memberikan platform untuk ekspresi politik. Gen Z cenderung mencari informasi dari sumber yang mereka percayai di media sosial, memengaruhi persepsi politik mereka.

Reply
Regi Raksa November 30, 2023 - 2:16 pm

Media sosial di era Gen Z menjadi wadah utama untuk berkomunikasi, berbagi, dan membentuk opini. Gen Z cenderung aktif di platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, memanfaatkan gambar, video pendek, dan teks singkat untuk menyampaikan pesan. Mereka menunjukkan kecenderungan untuk mendukung isu-isu sosial, termasuk keberagaman, lingkungan, dan hak asasi manusia. Selain itu, tren keautentikan dan transparansi sangat penting; mereka lebih suka konten yang jujur dan bersifat pribadi. Gen Z juga seringkali berpartisipasi dalam gerakan daring dan kampanye sosial melalui media sosial, mencerminkan peran kuat platform tersebut dalam membentuk pandangan dan tindakan politik mereka.

Reply
silvy puspitasary November 30, 2023 - 2:16 pm

Politik digital Gen Z mencakup keterlibatan politik melalui platform online, seperti media sosial. Generasi Z cenderung menggunakan teknologi untuk menyuarakan pandangan politik, berpartisipasi dalam diskusi, dan memengaruhi opini publik. Mereka lebih terbuka terhadap isu-isu inklusivitas, lingkungan, dan keadilan sosial, seringkali menggunakan media sosial sebagai alat untuk memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Kesadaran akan kebohongan atau disinformasi juga menjadi penting, dengan upaya untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayainya. tulisan ini menjelaskan tentang manfaat media sosial untuk gen z sangat bagusss

Reply
Cikal Pertama Helman November 30, 2023 - 2:19 pm

Generasi Z dan media sosial memiliki hubungan yang erat dengan politik. Media sosial menjadi saluran utama bagi Gen Z untuk mendapatkan informasi politik, berpartisipasi dalam diskusi, dan menyuarakan pendapat mereka. Sebaliknya, keterlibatan aktif Gen Z dalam isu-isu politik juga memengaruhi dinamika dan narasi politik yang berkembang di media sosial. Dengan kata lain, keduanya saling memengaruhi dan membentuk pandangan politik masing-masing.

Reply
Cikal Pertama Helman November 30, 2023 - 2:41 pm

kerennn

Reply
Muhammad Aldy syahlevy November 30, 2023 - 3:46 pm

Generasi Z dan media sosial memiliki hubungan yang erat dengan politik. Media sosial menjadi saluran utama bagi Gen Z untuk mendapatkan informasi politik, berpartisipasi dalam diskusi, dan menyuarakan pendapat mereka.

Media sosial di era Gen Z menjadi wadah utama untuk berkomunikasi, berbagi, dan membentuk opini. Gen Z cenderung aktif di platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, memanfaatkan gambar, video pendek, dan teks singkat untuk menyampaikan pesan. Mereka menunjukkan kecenderungan untuk mendukung isu-isu sosial, termasuk keberagaman, lingkungan, dan hak asasi manusia. Selain itu, tren keautentikan dan transparansi sangat penting; mereka lebih suka konten yang jujur dan bersifat pribadi.

Reply
Risma adeliana November 30, 2023 - 9:39 pm

Tulisan ini mengkaji dinamika politik Kaum Milenial dan Generasi Z (Gen Z). Struktur demografi menunjukkan bahwa mereka tergolong populasi cukup besar. Kehadiran Kaum Milenial dan Gen Z dibarengi dengan berkembangnya teknologi informasi, sehingga dijuluki sebagai Digital Native. Aktif di berbagai platform digital dan kanal media social merupakan cerminan kehidupannya. Pembelajaran sosial didapatkan melalui kanal tersebut, menghasilkan ekspresi dan kritik terhadap dinamika politik. Masih bersikap apatis dan skeptis terhadap dunia politik. Persepsinya merupakan bagian dari opini publik yang transmisi ke media sosial (sebagai perwujudan ruang public). Maka dari itu yang menjadi rumusan dalam tulisan ini, pertama bagaimana bentuk partisipasi politik di era meningkatnya jumlah suara Kaum Milenial dan Gen Z? Kedua, bagaimana media sosial sebagai ruang publik yang me-engagment prilaku dan preferensi politiknya. Adapun tujuannya adalah mendeskripsikan fenomena yang terjadi media sosial dan partisipasi politik kaum Milenial dan Gen Z.

Reply
Dina Oktaviani Desember 2, 2023 - 2:52 pm

Media sosial saat ini semakin berkembang khususnya di media sosial Tiktok yang dikaitkan dengan beberapa konten dan informasi mengenai politik atau peristiwa politik terkait yang dapat memberikan pemahaman bagi generasi Z mengenai perkembangan politik di Indonesia. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hal tersebut yaitu pemanfaatan media sosial Tiktok sebagai sarana informasi politik bagi generasi Z. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran Tiktok sebagai sarana informasi politik bagi generasi Z. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui tinjauan literatur dan beberapa studi literatur yang disesuaikan dengan penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tiktok yang digunakan untuk menyampaikan informasi politik dapat mempengaruhi Gen Z. Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan selama 48 jam pada tanggal 25-26 Juni 2023 menggunakan aplikasi Google Form yang berhasil dikumpulkan. data dari 99 responden generasi Z yang berdomisili di Kota Surabaya. Analisis data ini dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase responden yang sudah menjawab kuesioner.

Reply

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Seoranko

    It appears that you know a lot about this topic. I expect…

  • Felix Meyer

    Truly appreciate your well-written posts. I have certainly picked up valuable insights…

  • VIEW NEWZ

    Very interesting news information that doesn't make you bored, especially the latest…

  • BERITA MANTUL

    One of the rare natural phenomena that will occur next month is…

  • 168NEWS

    Several central banks have begun considering raising interest rates to control rising…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut