13 comments 302 views

Berebut Suara Gen Z: Subjek atau Objek Politik?

Tahun ini, perpolitikan di Indonesia kembali menjadi topik utama di tengah masyarakat, tidak hanya kalangan orang tua, anak mudapun mulai menjadikan politik sebagai sumber perbincangan, media sosial adalah salah satu wadahnya. Media sosial menjadi jembatan komunikasi antara elit politik dengan rakyat khususnya generasi muda yang akrab disapa dengan sebutan ‘Gen Z’. Pasalnya, Gen Z disebut sebagai salah satu pilar dari generasi emas 2045 dengan jumlah 75,49 juta jiwa atau sebesar 27,49% dari total penduduk di Indonesia (Sumber: Sensus Penduduk 2020). Oleh sebab itu, peran Gen Z dalam perpolitikan sangatlah krusial, tetapi peran tersebut masih dipertanyakan karena Gen Z memiliki kecenderungan tidak ingin terlibat bahkan apatis sehingga sebagai apakah Gen Z berperan? Sebagai sutradara, aktor utama, figuran, atau hanya sebagai penonton yang kehadirannya diminta untuk meramaikan drama dalam perpolitikan Indonesia?

Tentu pertanyaan ini bukan tanpa dasar, terjadinya manipulasi konstitusi yaitu pada putusan Mahkamah Konstitusi terkait pasal 169 huruf q UU No.7 Tahun 2017 yang telah ditambah normanya melalui Putusan MK No.90/PUU-XXI/2023 mengenai syarat ketentuan batas usia menjadi calon presiden dan wakil presiden (Sumber: BBC News Indonesia) merupakan rahim dari lahirnya pertanyaan tersebut karena argumen yang digaungkan adalah pentingnya peran pemimpin muda yang merepresentasikan Gen Z dalam perjalanan bahtera perpolitikan Indonesia, sedangkan yang dibutuhkan Gen Z saat ini bukanlah pemimpin muda saja, melainkan pemimpin yang mampu menjalankan aspirasi generasi muda sehingga bermunculan spekulasi bahwa hal tersebut hanya untuk meraih suara dari Gen Z sebagai objek perpolitikan.

Janggalnya putusan tersebut juga ditandai oleh Hakim Mahkamah Konstitusi yang memiliki hubungan keluarga dengan pihak yang akan menjadi calon wakil presiden, tetapi terhadang oleh peraturan sebelumnya. Hal ini menandakan lemahnya konstitusi dan masih kuatnya nepotisme di Indonesia yang seolah mengajarkan kepada generasi muda bahwa ‘hukum bisa dibabat asalkan keluarga kita menjabat’. Namun, kurangnya daya kritis dan minat politik dari Gen Z menjadikan ironi tersebut seolah hanyalah dongeng pengantar tidur yang mana akhir ceritanya kita tidak pernah tahu, yang penting tokoh utamanya adalah orang yang kita mau. Dalam hal lain, peran Gen Z semakin dipertanyakan karena beberapa pasangan capres dan cawapres dapat memancing suara Gen Z melalui umpan berupa konten lucu yang ditayangkan di Tiktok dimana platform tersebut merupakan media sosial yang sangat diminati oleh Gen Z sehingga membangun persepsi pada generasi muda untuk memilih calon pemimpin manakah yang dekat dan mewakili generasi muda berdasarkan persepsi dan stereotip yang dibangun, bukan dari program-program dan visi misi yang akan dijalankan.

Selain itu, kurangnya pengetahuan Gen Z terhadap perpolitikan di Indonesia, menjadi salah satu kelemahan yang membawa kita menjadi tumbal atau objek politik sebab kita mudah termanipulasi oleh potongan-potongan video yang memberikan informasi mengenai isu politik di Indonesia sehingga Gen Z mudah terpatahkan prinsip politiknya oleh Hoax yang beredar dan tidak mengoreksi informasi lebih lanjut dari sumber bacaan yang benar. Tidak hanya itu, kita sebagai Gen Z masih melihat calon pemimpin kita dengan kacamata subjektif perorangan sehingga muncul fanatisme berlebihan yang berujung saling sindir di media sosial. Hal tersebut justru mendorong calon pemimpin kita untuk membangun persepsi bukan diskusi yang mana mencederai kecerdasan dari generasi muda.

Nasib bangsa tidak hanya dibangun di atas persepsi dan stereotip atau biasa disebut dengan politik identitas, melainkan dibangun dengan integritas. Rekam jejak adalah salah satu indikator dalam menentukan kapasitas seorang pemimpin, sebagai generasi muda yang lahir di zaman teknologi perlu mencari tahu informasi mengenai sejarah di masa lalu agar keputusan langkah kita ke depan memiliki legitimasi yang kuat karena masih banyak hal yang perlu diungkap di masa lalu seperti dua belas kasus pelanggaran HAM berat, pemberian izin konrak karya, ketidakbebasan berpendapat, perampasan hak atas tanah rakyat, dan praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang berimbas pada nasib Negara Indonesia saat ini. (Sumber: CNN Indonesia)

Gen Z terlalu sibuk dengan teknologi, walaupun banyak generasi muda yang telah menyuarakan aspirasinya di dalam ruang-ruang digital, tetapi berbicara tentang keputusan mengambil kebijakan negara harus mengenali sumber masalah dari akar-akarnya, tidak hanya semangat literasi, tetapi juga semangat membangun aksi. Gen Z perlu berbicara tidak hanya untuk keperluan dirinya melainkan seluruh rakyat Indonesia yang mana masih terbelenggu kemiskinan. Mengutip pernyataan dari Adian Napitupulu dalam sebuah acara televisi, beliau mengatakan “Kalian kan calon pemimpin, pemimpin siapa? Pemimpin rakyat. Lalu, siapa yang harus kalian kenali? Iya rakyat itu dan tidak cuma membaca dan mengetahui rakyat hanya membaca dari buku. Cium aroma tubuhnya, cium keringatnya, pahami penderitaan mereka, makan bersama dengan mereka, baru kalian menjadi pemimpin yang bisa dikatakan lahir dari rahim rakyat itu sendiri.”. Generasi muda saat ini tetap harus memikirkan rakyat, berbasis literasi dan teknologi, generasi muda hari ini bisa beraksi untuk kesejahteraan negeri di kemudian hari.

Sebagai generasi muda, kita perlu memahami bahwa lemahnya konstitusi berbanding lurus dengan lemahnya demokrasi. Agenda Reformasi yang diprakarsai oleh aktivis 98 sebagai generasi muda saat itu perlu diwariskan oleh generasi muda saat ini yaitu membangun negara yang demokratis dan jauh dari otoriarian. Kita sebagai generasi muda pewaris demokrasi harus lebih kritis sehingga kebijakan politik di Indonesia tidak lebih krisis. Teknologi menjadi kekuatan sekaligus kelemahan untuk Gen Z tergantung dari cara kita menggunakannya. Hoax, politisasi SARA, politik identitas, dan primordialisme semakin deras menghujani generasi hari ini. Oleh karena itu, mari kita perangi mereka dengan semangat literasi, kreativitas dan inovasi teknologi, serta aksi sehingga kita dapat menjadi subjek yang menegakkan cita-cita demokrasi dan konstitusi, bukan menjadi alat dan objek politisasi.

Referensi

  • BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/articles/cd1pyd1x14qo
  • CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160524181019-12-133186/kontras-ingatkan-daftar-dosa-soeharto
  • Sensus Penduduk 2020. 
  • https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://sensus.bps.go.id/main/index/sp2020%23:~:text%3DJumlah%2520penduduk%2520Indonesia%2520pada%2520tahun,133.542.018%2520untuk%2520penduduk%2520perempuan.&ved=2ahUKEwiJ2c7ms8aCAxUdTWwGHfOMA0AQFnoECAcQBQ&usg=AOvVaw239I_9gWi-bieeeyCrCqBT
  • Sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat pribadi penulis

13 comments

Budi Kusuma November 26, 2023 - 12:01 am

Mantab, menambah wawasan Gen Z menjelang pemilihan umum

Reply
Adam Albary November 26, 2023 - 4:53 pm

Mari kita menjadi Gen Z yang tidak hanya sekedar menjadi komentator, melainkan menjadi aktor ataupun mentor. Terima kasih rekanku

Reply
Zuleika November 26, 2023 - 1:05 am

Menarik juga nih kalo bahas Gen Z + politik. Memang sebagian besar Gen Z tampak “bodo amat” ttg perpolitikan, bahkan ketika sudah masuk ke pesta demokrasi, Gen Z lebih memilih kandidat menurut perasaannya, bukan dg rekam jejak atau kemampuan & history prestasinya. Sangat berkonsekuensi!

Reply
Adam Albary November 26, 2023 - 1:28 am

Saya setuju, oleh sebab itu pula saya mengajak rekan-rekan pembaca untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi sebagai sumber informasi, literasi, dan edukasi. Dalam hal ini, saya dan rekan rekan pembaca wajib menggali informasi terakurat dari sumber terpercaya agar tidak termakan hoax, menggali beberapa sumber literasi untuk mengetahui sejarah dan melihat rekam jejak calon pemimpin, dan membangun diskusi dengan beradu gagasan dan isi, bukan lagi intuisi, apalagi manipulasi.
karena apa? seperti yang saudari katakan…sangat berkonsekuensi.

Reply
Adam Albary November 26, 2023 - 5:40 am

Memang harus dibuktikan kerja nyata bukan hanya bicara utk membuat masyarakat percaya bahwa gen Z itu bisa bekerja dan dipercaya. Brbp streotipe ttg generasi muda yg individualis dan emosional msh mendominasi. Tunjukkan kiprahmu tdk hanya saat pesta politik menjelang, tp sepanjang hidupmu ada atau tidak pesta itu pengabdianmu mmg utk Rakyat. Mungkin dgn itu masyarakat akan Percaya bahwa Gen Z bisa mewakili Aspirasi mereka dan Peduli akan nasib mereka. Jiwa idealis jangan mudah tergoda oleh Harta. Tahta dan Wanita. Selamat berkarya Anak Muda…

Reply
Linda Hartati November 26, 2023 - 5:44 am

Memang harus dibuktikan kerja nyata bukan hanya bicara utk membuat masyarakat percaya bahwa gen Z itu bisa bekerja dan dipercaya. Brbp streotipe ttg generasi muda yg individualis dan emosional msh mendominasi. Tunjukkan kiprahmu tdk hanya saat pesta politik menjelang, tp sepanjang hidupmu ada atau tidak pesta itu pengabdianmu mmg utk Rakyat. Mungkin dgn itu masyarakat akan Percaya bahwa Gen Z bisa mewakili Aspirasi mereka dan Peduli akan nasib mereka. Jiwa idealis jangan mudah tergoda oleh Harta. Tahta dan Wanita. Selamat berkarya Anak Muda…

Reply
Adam Albary November 26, 2023 - 5:04 pm

Dengan demikian, saya dan rekan rekan pembaca perlu melihat sejarah bangsa dan sejarah politik di masa lampau untuk melihat rekam jejak dari masing-masing calon pemimpin. Ada 12 kasus pelanggaran HAM berat yang sudah ditetapkan dan siapa yang akan menyelesaikan? Tidak mungkin diselesaikan oleh pemimpin yang punya rekam jejak pelanggaran HAM dan juga kekerasan. Kita juga perlu melihat bahwa politik dinasti yang saat ini disebut dengan lebih halus yaitu politik keluarga jangan sampai terulang sebab adanya manipulasi konstitusi. Entry point saja sudah dilanggar, maka tidak menutup kemungkinan bahwa dapat terjadi manipulasi pelanggaran pelanggaran besar. Pilihlah pemimpin yang punya rekam jejak dan rekam medis yang baik, bukan setiap jejak di rekam lalu diposting. Terima kasih saudariku atas pendapatnya.

Reply
Linda November 26, 2023 - 9:35 am

Memang harus dibuktikan kerja nyata bukan hanya bicara utk membuat masyarakat percaya bahwa gen Z itu bisa bekerja dan dipercaya. Brbp streotipe ttg generasi muda yg individualis dan emosional msh mendominasi. Tunjukkan kiprahmu tdk hanya saat pesta politik menjelang, tp sepanjang hidupmu ada atau tidak pesta itu pengabdianmu mmg utk Rakyat. Mungkin dgn itu masyarakat akan Percaya bahwa Gen Z bisa mewakili Aspirasi mereka dan Peduli akan nasib mereka. Jiwa idealis jangan mudah tergoda oleh Harta. Tahta dan Wanita. Selamat berkarya Anak Muda..

Reply
Dimas Dewa November 27, 2023 - 11:01 am

Tulisan ini telah membuka banyak sudut pandang yang selama ini tertutup bagi saya pribadi, nice job mas adam!

Reply
Adam Albary November 27, 2023 - 12:29 pm

Terima kasih saudara. Saya, anda, dan rekan rekan pembaca perlu lebih jeli dalam memilih calon pemimpin negara kita. Bukan hanya pemimpin yang membangun persepsi, melainkan pemimpin yang membangun prestasi. Bukan pemimpin yang memainkan identitas, melainkan pemimpin yang memiliki integritas.

Reply
Fathurrahman November 27, 2023 - 1:02 pm

Luar biasa, Mas Adam! Literasi, kreativitas, dan inovasi memang sangat diperlukan Gen Z untuk menegakkan cita-cita demokrasi dan konstitusi di masa sekarang ini.

Reply
Adam Albary November 27, 2023 - 3:02 pm

Inovasi yang diberikan untuk literasi dapat berupa literasi digital, website, esai digital, ataupun jurnal. Kreativitas yang diberikan pada literasi dapat berupa kemasan dari bacaan itu sendiri baik dari cover, judul, isi, maupun kesimpulan yang disajikan dengan sentuhan kreativitas dari segi bahasa, maupun tampilan. Namun, kreativitas dan inovasi tidak akan lahir tanpa adanya literasi, oleh sebab itu, ketiga hal tersebut menjadi kunci kesinambungan bagi kemajuan bangsa baik dari pola pikir untuk menentukan pilihan berdasarkan referensi, serta manifestasi dari hasil pikiran tersebut. Tentu bangsa kita akan maju, tidak mudah diadu domba, dan juga berdikari sebagai aktor di negeri sendiri.

Reply
Sonny November 27, 2023 - 10:37 pm

Insighful! Mantap mas Adam!

Reply

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Melissa Facy

    You've done an impressive work on your website in covering the topic.…

  • Felica Dobbie

    With your post, your readers, particularly those beginners who are trying to…

  • Jasmin Glaspie

    Informative articles, excellent work site admin! If you'd like more information about…

  • Junko Lemon

    This was a very good post. Check out my web page Article…

  • Maurice Larnach

    Hey there, I appreciate you posting great content covering that topic with…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut