0 comment 192 views

Generasi Z dan Demokrasi Digital: Eksplorasi Peran Vital Generasi Z Dalam Menghadapi Kompleksitas Dinamika Serta Transformasi Politik di Indonesia.

Undang-undang NO 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan menjelaskan bahwa pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Pemuda yang memiliki pikiran yang cerdas, kritis, dan karakter kuat memiliki potensi besar untuk menjadi pilar dalam membangun Indonesia dan merealisasikan visi Indonesia Emas pada tahun 2045. Menuju Indonesia Emas 2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi dengan sekitar 70% dari total penduduk berada dalam rentang usia produktif (15-64 tahun), sementara 30% sisanya terdiri dari penduduk yang berada di luar rentang usia produktif, yaitu di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun, dalam rentang waktu dari tahun 2020 hingga 2045. Kemendikbud mengatakan bahwa, Generasi muda merupakan tonggak estafet pembangunan dalam mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Oleh sebab itu, generasi muda wajib menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang berlandaskan ideologi Pancasila serta mampu mengimplementasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu generasi muda itu adalah para Generasi Z. Generasi Z merupakan kelompok masyarakat muda yang lahir pada era digital dan jaringan informasi instan. Kondisi ini membentuk karakter Generasi Z yang cenderung kritis, tidak mudah percaya, dan menuntut transparansi serta akuntabilitas dari para pemimpin. Dalam menyikapi dinamika dan tranformasi politik di Indonesia, peran dan pemikiran kritis Generasi Z menjadi penting untuk dijadikan pertimbangan karena peran dan pemikiran kritis mereka mencerminkan perspektif baru dan kebutuhan yang relevan dengan zaman, membawa gagasan segar untuk perubahan positif, dan dapat menjadi agen transformasi dalam menghadapi tantangan politik masa kini. Peran dan pemikiran kritis Generasi Z juga memberikan variasi ideologi dan nilai yang dapat memperkaya diskusi politik, menciptakan ruang inklusif untuk berbagai pandangan, serta memperkuat partisipasi demokratis dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial. Keterlibatan mereka dalam isu-isu sosial dan lingkungan juga mencerminkan kepedulian terhadap keadilan dan keberlanjutan, aspek penting dalam perencanaan politik jangka panjang.

Data sensus penduduk pada Januari 2020 yang di muat dalam Badan Pusat Statistik menunjukan hasil jumlah Penduduk menurut wilayah, klasifikasi generasi, dan jenis kelamin di Indonesia. Data tersebut memperlihatkan sebagaian besar penduduk di Indonesia di dominasi Generasi Z yaitu sebayak 71.509.082 jiwa kemudian di ikuti oleh Generasi Milenial sebanyak 69.699.972 jiwa. Generasi Milenial, yang dianggap sebagai penggerak utama masyarakat saat ini, memiliki jumlah populasi yang hampir sebanding dengan Generasi Z. Hal ini menunjukkan bahwa Milenial terutama Generasi Z memiliki peran yang signifikan dan berdampak besar pada perkembangan Indonesia saat ini dan di masa mendatang. Menurut sensus penduduk, Generasi Z (Gen Z) merupakan penduduk yang lahir Tahun 1997-2012 dengan perkiraan usia saat ini 8-23 Tahun. Generasi Z dibanyak analisis, salah satunya menurut Jenskins (2017) dalam artikelnya “Four Reasons Generation Z will be the Most Different Generation” Generasi Z memiliki aspirasi, minat, dan perspektif karier yang berbeda dan berdampak pada budaya dan sikap kebanyakan orang dimana karakteristik Generasi Z mencakup keragaman yang lebih besar, pandangan yang lebih global, dan dampak yang signifikan pada budaya dan perilaku masyarakat secara keseluruhan. Salah satu kemampuan Generasi Z yang menonjol adalah kemampuan dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi dalam aspek-aspek kehidupan. Kemampuan Pemahaman dan integrasi inovasi teknologi oleh Generasi Z dalam kehidupan sehari-hari menciptakan perubahan dalam paradigma pekerjaan, pendidikan, ekonomi, politik dan keterhubungan sosial. Mereka cenderung menerapkan pendekatan yang lebih fleksibel, terkoneksi secara digital, dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam semua aspek tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi adalah bagian alami dari kehidupan sehari-hari, dan dianggap sangat lumrah dalam kehidupan mereka. Generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga pertengahan 2010-an ini, telah tumbuh dalam era digital yang dipenuhi dengan gejolak dan perubahan, hal inj merujuk pada pengalaman mereka yang diselimuti oleh percepatan teknologi, kemajuan internet, dan transformasi media. Gejolak tersebut mencakup perubahan cepat dalam cara berkomunikasi, bekerja, dan mengakses informasi, memengaruhi cara pandang, nilai, serta interaksi sosial. Perubahan ini disebabkan oleh revolusi digital yang membawa dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

Generasi Z adalah generasi yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi, terhubung secara global melalui media sosial, dan memiliki pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial masyarakat terutama politik yang memengaruhi Indonesia. Dalam konteks transformasi politik di Indonesia, peran serta pemikiran kritis Generasi Z menjadi kekuatan revolusioner yang membantu menjembatani kesenjangan antara generasi-generasi sebelumnya dan menghadapi tantangan kompleks masa kini. Mereka membawa gagasan segar yang mencerminkan dinamika zaman, sambil memadukan nilai tradisional dengan tuntutan era modern. Dengan keterampilan teknologi, mereka juga menjadi agen perubahan dalam menyikapi tantangan politik kompleks, menciptakan ruang partisipasi yang inklusif, dan membentuk visi politik yang lebih holistik.

Sepanjang sejarahnya, setiap negara pasti mengalami perubahan dan tantangan dari waktu ke waktu yang perlu dihadapi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan, politik dan lainnya. Tidak terkecuali Indonesia. Indonesia telah mengalami banyak perubahan dan dinamika yang justru menjadi tantangan tersendiri dan banyak menarik perhatian masyarakat, terutama Generasi Z. Salah satunya adalah dinamika politik yang kompleks. Menjelang Pemilihan Presiden 2024, topik mengenai partisipasi politik Generasi Z telah menjadi perhatian publik. Hal ini karena Generasi Z merupakan salah satu yang mempunyai andil besar dalam konteks pemilu 2024 nanti, mengingat jumlah Generasi Z yang mendominasi di Indonesia. Pakar Komunikasi Politik Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Muhammad Danu Winata, S.Sos, M.A., M.Si., mengatakan bahwa anak-anak muda, utamanya generasi Z menjadi salah satu faktor penentu Pemilu 2024. Alasannya pertama, dari aspek kuantitas, jumlah anak muda yang lebih banyak yaitu 60 persen pemilih itu dari generasi Z. Kemudian Kedua, narasi yang muncul banyak dilempar generasi Z baik narasi pemilihan terhadap lingkungan, mental health dan isu-isu kebijakan yang selama ini terluput seperti soal disabilitas, bahkan isu sepak bola (Shofa & Saputra, 2023). Sehingga dapat kita pahami bahwa Generasi Z merupakan salah satu kunci keberhasilan para calon Presiden 2024 nanti. pemikiran kritis Generasi Z ini bukan hanya memungkinkan mereka untuk lebih memahami dinamika politik yang berkembang pesat, tetapi juga memberikan fondasi yang kuat untuk berpartisipasi aktif dalam membentuk masa depan bangsa.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilihan Umum tahun 2024 yang berjumlah 204.807.222 orang pemilih. Penetapan DPT ini dilakukan melalui Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT Tingkat Nasional Pemilu 2024, yang diadakan di Kantor Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 2 Juli 2023. Penetapan jumlah pemilih yang terdaftar dalam DPT merupakan langkah persiapan penting Komisi Pemilihan Umum dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum serentak di tahun 2024. Lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga memproyeksikan bahwa Pemilu 2024 akan didominasi oleh Generasi Z dan Milenial yang berusia 17-39 tahun. Jumlah pemilih dari kedua generasi ini diperkirakan akan mencapai sekitar 60 persen dari total pemilih. Dengan demikian, suara dan preferensi politik Generasi Z dan Milenial diprediksi akan sangat menentukan hasil Pemilu 2024. Mengingat jumlah mereka yang begitu besar, tidak mengherankan jika Generasi Z menjadi incaran para politikus di Pemilu 2024, Apalagi Generasi Z saat ini mendominasi mayoritas penduduk Indonesia dengan persentase mencapai 27,94% dari total populasi. Dengan porsi sebesar itu, wajar jika Gen Z menjadi target dan perhatian para politikus dalam rangka memenangkan kontestasi Pemilu 2024 nanti.

Menuju pemilihan presiden 2024 ternyata menjadi salah satu dinamika politik yang kompleks dimana ini menarik banyak perhatian masyarak terutama generasi Z. beberapa tokoh yang disebut-sebut akan maju sebagai calon presiden menjadi salah satu perhatian masyarakat. Munculnya banyak nama bakal calon dari berbagai partai politik besar yang disebut-sebut akan maju sebagai calon presiden menunjukkan mulai adanya kompetisi internal di tubuh partai-partai, sehingga mulai terlihat adanya dinamika kompetisi dan koalisi antar partai politik. selain itu, adanya pergeseran dan perebutan kekuasaan di internal partai, seperti isu pergantian ketua umum dan elite partai juga menjadi sebuah dinamika yang berdampak pada proses penentuan arah dukungan partai. Kemudian munculnya permasalahan mengenai politik dinasti menuju Pilpres 2024 juga menjadi tantang permasalah dan pembahasan yang serius di tengah masyarakat. Tidak jarang publik mempertanyakan, apakah ini tidak melanggar prinsip meritokrasi dan menghambat lahirnya pemimpin baru yang lebih kompeten? Apakah kemudahan akses sumber daya dan mesin partai yang dimiliki keluarga dinasti politik tidak memicu timpangnya kompetisi? Pertanyaan-pertanyaan ini menggelitik nurani banyak kalangan tak terkecuali Generasi Z. Menurut Gunanto (2020), politik dinasti sejatinya bisa diterima dan tidak dipersoalkan selama dalam pelaksanaan sistem perekrutan dan pemilihan calon dalam kontestasi politik di Indonesia berjalan secara adil dan profesional. Oleh karenanya, penentuan calon atau kandidat dalam kontestasi politik di Indonesia harus didasarkan pada sistem meritokrasi, yakni memberikan hak lebih kepada siapapun yang memiliki prestasi dan track record yang baik untuk menduduki kursi-kursi strategis dalam pemerintahan.

Walau idealnya bisa diterima, politik dinasti tetap rentan menimbulkan persoalan baru dalam praktik demokrasi di Indonesia karena dalam praktiknya, seringkali sulit memastikan apakah proses rekrutmen dan kompetisi calon benar-benar adil dan profesional. Selain itu banyak celah yang memungkinkan unsur nepotisme dan kepentingan oligarki masuk, dan juga Politik dinasti kerap dimungkinkan memanfaatkan privilege dan akses sumber daya partai atau pemerintahan yang tidak dimiliki calon non-dinasti. Namun, isu politik dinasti ini juga tak dapat dipandang hitam putih. Sejatinya demokrasi justru memberikan ruang bagi siapapun, termasuk keturunan politikus terkemuka, untuk berkontestasi dan meyakinkan publik atas visi misinya. Selama aturan main dan kompetisinya berjalan adil, maka sang calon tetap harus dinilai dari kapabilitas pribadinya, bukan sekadar latar belakang keluarga. Oleh karena itu, mekanisme dan institusi demokrasi yang objektif dan transparan sangat penting untuk terus dikembangkan. Dengan begitu, fenomena politik dinasti tidak selalu berarti buruk. Yang terpenting, jangan sampai menjadi jalan pintas melanggengkan kekuasaan keluarga tertentu tanpa legitimasi dan kompetisi yang sehat. Jika publik waspada dan lembaga demokrasi menjaga independensinya, maka cita-cita reformasi untuk melahirkan pemimpin terbaik secara adil dan bermartabat tetap dapat diwujudkan. Lalu bagaimana tanggapan Generasi Z mengenai beberapa dinamika dan tranformasi politik diatas?

Umumnya, partisipasi anak muda terutama Generasi Z sangat mempengaruhi demokrasi di Indonesia dan secara khusus, jumlah anak muda yang besar membuat para calon presiden berusaha menarik mereka. Jika di perhatiakan, Generasi Z saat ini banyak membicarakan mengenai isu politik apalagi menuju pemilihan presiden 2024, mereka banyak memberika argumen dan banyak berkontribusi dalam menanggapi para calon kadidat presiden mengenai visi dan misi, latar belakang, dan kerap mengomentari argumen-argumen yang disampaikan para colon presiden kepada publik melalu media digital. IDN Research Institute menyebutkan bahwa 71% dari Gen Z mengatakan mereka siap atau netral untuk pemilihan umum 2024 nantinya. Dimana, 41% dari Gen Z menyatakan siap untuk pemilihan umum 2024. 29% mengatakan bahwa mereka tidak peduli, sementara 30% mengatakan bahwa mereka tetap netral. selain itu, Generasi Z juga telah menunjukkan keterlibatan yang tinggi dalam kegiatan politik dengan bergabung dalam demonstrasi mahasiswa. Dimana, Generasi Z yakin bahwa ketika dibutuhkan, mereka akan menjalankan tanggung jawab kewarganegaraan mereka untuk membantu mempertahankan demokrasi yang sehat. Menurut Generasi Z di Indonesia, kandidat politik yang ideal adalah mereka yang memiliki visi yang jelas untuk negara, berintegritas sehingga tidak terlibat korupsi, dan memiliki pengalaman di bidang politik. (Utomo, Devina Heriyanto, & etc, 2022). Tak hanya itu sajah, IDN Research Institute dalam Sanita 2023, menyebutkan 5 topik yang paling banyak dibaca dan dicari oleh Gen Z di media digital adalah News and Politics sebanyak 20%, Entertainment 18%, Sports 11%, Education 8%, dan Music 8%. Dari data tersebut Jika di perhatikan, generasi muda saat ini cenderung lebih peduli dan tertarik bahkan terlibat dalam hal politik dan kebijakan publik dibandingkan generasi sebelumnya. Salah satu alasannya karena kemajuan digital saat ini. Jika dulu Generasi Z dan Milenial dianggap apatis dan enggan terlibat mengani hal politik, namun kini mereka mampu memengaruhi opini publik melalui ruang digital. Anak muda terkhusus Genersi Z kini semakin vokal dan berperan dalam membentuk pandangan politik masyarakat melalui aktivisme di media sosial dan platform digital lainnya. Seperti contoh yamg dapat kita lihat dimana Generasi Z mengkritik pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung. Kritikan generasi Z di ruang digital ini menarik banyak perhatian dan partisipasi anak muda lainnya yang turut memengaruhi opini publik serta para media-media di Indonesia. Bahkan, aksi mereka berdampak signifikan kemasyarakat luas hingga Presiden Joko Widodo tergerak untuk langsung turun ke Lampung guna memastikan pembangunan di daerah tersebut agar ke depannya lebih kompeten dan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan. Kasus ini menunjukkan kemampuan generasi muda dalam memengaruhi kebijakan publik dengan pemikiran kritis mereka melalui aktivisme digital yang gencar. Kreatifitas mereka dalam menggunakan sosial media sebagai alat untuk menyuarakan pendapat dan kritikan memberikan dampak yang besar.

Menurut Koordinator Penggerak Milenial Indonesia M. Adhiya Muzakki, Generasi Z dan Milenial kini cenderung memanfaatkan media sosial dan partisipasi dalam gerakan sosial untuk memengaruhi opini publik. Dalam politik, Generasi Z memilih untuk memperjuangkan isu-isu seperti hak asasi manusia, lingkungan, dan kesetaraan gender. Mereka juga aktif menggunakan media sosial dan platform digital lainnya sebagai sarana menyuarakan pendapat dan mempengaruhi opini masyarakat terkait isu-isu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda khususnya Generazi Z lebih peduli dan terlibat dalam isu sosial dan politik dibandingkan generasi sebelumnya (Watra, 2023). Pada dasarnya pola ini merupakan cerminan dari perkembangan zaman dan teknologi. Generasi Z tumbuh di era digital, wajar jika mereka memanfaatkan teknologi untuk berpartisipasi dimana platform digital memungkinkan siapa saja dapat berkontribusi tanpa harus terikat organisasi. Kelebihan dari pola ini menunjukkan semangat kebebasan berekspresi dan berpendapat yang besar dari Generasi Z. Mereka berani menyuarakan suara individu, tidak sekedar mengikuti opini kelompok sehingga ini membuka peluang suara-suara unik, menarik pemikiran-pemikiran yang kritis dan kreatif untuk muncul di ruang publik. Namun, tantangannya tanpa keterikatan pada organisasi, partisipasi Generasi Z berisiko menjadi sekadar slactivism (aktivisme semu) yang kurang berdampak nyata dan juga rawan dimanfaatkan kepentingan politik dan bisnis tertentu sehingga perlu pendampingan dan pengarahan agar energi mereka bisa dimaksimalkan untuk isu-isu sosial polittik yang tepat. Namun, secara keseluruhan pola ini bersifat positif, diperlukan kolaborasi lintas generasi agar kebebasan berpendapat Generasi Z dapat menemukan fokus dan tujuan bersama yang lebih produktif. Organisasi dan komunitas masih diperlukan agar individualitas tidak mengarah pada fragmentasi sosial. Namun, disamping itu pula aksi individual yang dilakukan itu juga memberikan kontribusi nyata yang mempunyai hasil yang nyata pula. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa contoh aksi Generasi Z dalam mengkritik pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung menarik banyak perhatian dan partisipasi anak muda lainnya yang turut memengaruhi opini publik. Hal ini memberikan kita gambaran bahwa aksi yang disertai pemikiran kritis generasi Z dari satu individu dapat menarik perhatian masyarakat luas terutama generazi Z lainnya sehingga aksi ini pula dapat membentuk suatu komunitas yang mempunyai pemikiran dan argumen yang sama. Komunitas-komunitas yang mempunyai pemikiran dan kertarikan pada suatu isu yang sama ini dapat kita lihat dalam bentuk group atau komunitas-komunitas di sosial media.

Pada Tahun 2017, Aulia D Nastiti, mahasiswa PhD di Northwestern University, Amerika Serikat, menuliskan tentang “Memahami Aspirasi dan Perilaku Politik Generasi Z”. Menurutnya, Generasi Z di Indonesia merupakan generasi pertama yang lahir dan tumbuh besar di era digital (digital native), terutama mereka yang tinggal di perkotaan. Cara mereka mengkonsumsi informasi menjadi kunci untuk memahami partisipasi Generasi Z dalam diskursus publik. Media sosial bagi Generasi Z berperan ganda, yaitu sebagai referensi untuk mendapatkan informasi sekaligus sebagai alat partisipasi dalam menyuarakan pandangan mereka pada wacana publik. Ciri khas Generasi Z yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya adalah makin banyaknya aksi yang dilakukan secara individual dan diprakarsai oleh masing-masing individu, bukan oleh organisasi. Contohnya, banyak pemuda dari generasi Z (kelahiran 1997-2002) yang menjadi influencer sosial media lewat unggahan di Facebook atau foto di Instagram, menyampaikan opini lewat vlog atau Line, menghimpun dana sosial via Kitabisa.com, membuat petisi di Change.org, menulis gagasan di kolom opini, bahkan membuat meme untuk mengkritik dan menyindir para pejabat politik mengenai situasi politik (Nastiti, 2017).

Contoh peran-peran yang dilakukan Generasi Z tersebut merupakan peran dalam merespons serta membentuk masa depan negara ini menjadi semakin penting. Pemikiran kritis yang dimiliki oleh Generasi Z memainkan peran vital dalam menghadapi kompleksitas dan memimpin transformasi politik. Era teknologi dan gempuran sosial media saat ini menjadi tolak ukur akan pemikiran generasi Z dalam menyikapi kompleksitas dinamika dan transformasi politik di indonesia, Generasi Z dikenal memiliki antusiasme tinggi untuk terlibat dalam perbincangan isu-isu sosial politik dan mereka aktif menyuarakan gagasan dan kritik melalui media sosial. Tidak jarang, suara Generasi Z ini mampu menggerakkan perubahan kebijakan atau setidaknya menyadarkan para pengambil keputusan untuk lebih responsif. Meleknya mereka di era digital saat ini, Generasi Z tidak segan-segan dalam berkomentar dan memberikan pendapat mereka mengenai permasalah atau isu sosial yang sedang terjadi, bahkan menuju pemilihan umum 2024 banyak masyarakat terutama Generasi Z memberi kritikan mengenai visi dan misi para calon kadidat yang menurut mereka kurang atau hanya sebatas tulisan semata. Kemampuan Generasi Z dalam memberikan komentar dan pendapat secara aktif, terutama terkait isu sosial dan politik, mencerminkan partisipasi mereka dalam ranah publik. Kritikan mereka terhadap visi dan misi calon kandidat menuju pemilihan umum 2024 menunjukkan tingkat kesadaran politik dan standar yang tinggi. Hal ini menegaskan bahwa mereka tidak hanya puas dengan retorika semata, melainkan mengharapkan bukti konkret dan tindakan nyata dari para pemimpin potensial. Peningkatan partisipasi seperti ini dapat membentuk lingkungan politik yang lebih akuntabel dan responsif terhadap aspirasi masyarakat.

Generasi Z juga memberikan komentar mengenai politik global yang berhubungan dengan Indonesia. Generasi Z yang memberikan komentar mengenai politik global menunjukkan kesadaran mereka terhadap keterkaitan Indonesia dengan dinamika politik dunia. Pandangan mereka dapat mencakup berbagai tingkatan politik, sejalan dengan konsep Andrew Heywood dalam bukunya “Politik Global” edisi kedua, yang merangkum bahwa politik global melibatkan interaksi kompleks antara level global, regional, nasional, dan subnasional. Partisipasi mereka dalam dialog politik global mencerminkan keinginan untuk memahami dan berkontribusi pada isu-isu yang melibatkan Indonesia dalam konteks dunia yang lebih luas.

Generasi Z, yang memiliki kepekaan terhadap isu-isu global, salah-satunya perang antara Israel dan Palestina yang telah menarik perhatian masyarakat global, termasuk Generasi Z di Indonesia. Generasi Z yang melek teknologi, memanfaatkan platform media sosial untuk mengakses dan menyebarkan informasi, serta menggerakkan dukungan terkait isu-isu global turut andil dalam permasalahan ini. Sebagai contoh, para penggemar boy band BTS di Indonesia, yang mayoritas merupakan Generasi Z, aktif dalam partisipasi politik global. Melalui proyek BTS ARMY Indonesia Peduli Palestina, mereka berhasil mengumpulkan lebih dari Rp1 miliar dalam waktu empat hari untuk membantu Palestina. Laporan dari CNN Indonesia menyebutkan bahwa dana tersebut dikumpulkan melalui inisiatif BTS ARMY Indonesia melalui situs solusipeduli.org. Kolaborasi antara fandom ARMY Indonesia dan Human Initiative sebagai lembaga kemanusiaan juga menunjukkan keterlibatan mereka dalam upaya penyaluran bantuan ke Palestina. Para penggemar ini, yang sebagian besar adalah Generasi Z dengan minat dalam musik K-pop, menunjukkan bahwa partisipasi aktif Generasi Z dalam politik tidak hanya terbatas pada skala nasional, melainkan juga melibatkan skala politik global. Dari contoh partisipasi Generasi Z dapat dianggap sebagai bentuk partisipasi politik global. Meskipun tidak langsung terlibat dalam proses politik formal antarnegara, kontribusi mereka mencerminkan keterlibatan dalam isu-isu global yang memiliki dampak politik, sosial, dan kemanusiaan yang luas. Melalui aksi tersebut, Generasi Z ikut berperan dalam membentuk opini publik dan turut serta dalam upaya mencari solusi atau bantuan terhadap permasalahan internasional.

Dalam buku yang berjudul “Memilih Masa Depan: Modul Pendidikan Politik Generasi Muda Melalui Pendekatan Budaya Populer” yang diterbitkan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. mengatakan, Generasi muda sebagai masyarakat politik memiliki hak untuk memilih sekaligus terlibat aktif dalam proses politik elektoral di Indonesia. Namun, di tengah momentum bonus demografi, populasi, energi dan aset mereka sebagai pemuda dan pemudi belum sepenuhnya tersalurkan pada politik formal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Generasi Z merupakan generasi yang mempunyai andil besar terhadap masa depan bangsa terutama dalam menuju pemilu 2024, namun pertayaan-nya bagaimana jika Generasi Z tidak terlibat langsung atau terjun langsung dalam dunia politik yang secara formal? Jika Generasi Z tidak terjun langsung kedunia politik secara formal ,hal itu tidak berarti bahwa mereka tidak berperan atau tidak dapat memberikan dampak positif pada masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan Generasi Z yang cenderung aktif dalam aktivisme sosial dan gerakan keberlanjutan. Meskipun tidak terlibat dalam politik formal, mereka dapat fokus pada isu-isu tertentu, seperti lingkungan, hak asasi manusia, atau kesetaraan, dan mengambil peran dalam kampanye atau organisasi non-pemerintah yang bertujuan menciptakan perubahan positif. Selain itu, Generasi Z dapat berfokus pada pendidikan politik. Mereka dapat mengedukasi sesama generasi mereka tentang pentingnya partisipasi dalam proses politik, hak-hak mereka sebagai warga negara, dan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi melalui berbagai cara, termasuk melalui aksi-aksi di luar politik formal. Dalam peneltian, ditemukan bahwa Gen-Z mempunyai keinginan untuk mendapatkan pendidikan politik. Mereka ingin memahami konteks latar belakang tentang isu-isu politik langsung dari politisi. Kedalaman informasi tentang politik dapat merangsang mereka untuk berpikir lebih kritis dalam pemilihan umum 2024 mendatang. Selain itu, Gen-Z merasa bahwa partai politik adalah pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan politik yang mendalam (Robin et al., 2022). Dapat kita lihat bahwa pendidikan politik sangat di inginkan oleh Generasi Z, pendidikan politik ini berguna bagi mereka apalagi ketika dihadapkan pada sejumlah tantangan. Tantangan ini termasuk minimnya kesadaran politik, polarisasi opini, dan kesulitan untuk membedakan informasi yang benar dan hoaks. Sehingga, pendidikan politik yang intensif dan akses yang lebih baik terhadap informasi yang akurat perlu diperkuat untuk memberdayakan generasi ini secara maksimal. Tetapi, disamping itu juga pihak-pihak yang bertanggung jawab terutama para stake holder-stake holder yang mempunyai andil dan wewenang perlu mengembangkan strategi yang efektif untuk mengakomodasi dan memperkuat partisipasi generasi muda terutama Generasi Z secara lebih signifikan. Antusiasme yang tinggi terhadap keterlibatan kaum muda dalam dunia politik formal ini menjadi sangat krusial bagi kesehatan demokrasi, baik di tingkat local, nasional maupun global. Apabila tidak dikelola dengan baik dan terstruktur, potensi suara dari generasi muda dapat berubah menjadi faktor destabilisasi dalam proses demokratisasi di Indonesia, akibatnya akan ada rasa ketidakpercayaan dan kekecewaan mereka terhadap institusi politik yang terkait. Hal ini berlaku juga dalam partisipasi Generasi Z pada pemilu 2024 nanti

Sehingga dapat disiimpulkan Generasi Z yang lahir dan tumbuh di era digital memiliki karakteristik kritis, tidak mudah percaya, dan menuntut transparansi dari para pemimpin. Mereka juga aktif memberikan pendapat dan berpartisipasi dalam diskusi politik melalui media sosial. Data sensus penduduk menunjukkan bahwa jumlah Generasi Z cukup signifikan di Indonesia. Ini menempatkan mereka sebagai kekuatan penentu untuk masa depan depan Indonesia yang lebih maju tidak terkecuali dalam pemilihan umum, khususnya menjelang Pemilu 2024. Keterlibatan Generasi Z diprediksi akan sangat memengaruhi hasil Pemilu 2024. Selain dalam Pemilu, Generasi Z juga aktif berpartisipasi dalam isu-isu politik lainnya. Mereka kerap menyuarakan kritik dan memengaruhi kebijakan publik melalui aktivisme digital. Partisipasi politik Generasi Z tidak terbatas pada skala nasional, tapi juga mencakup isu global, sehingga Ini menunjukkan peran Generasi Z baik dalam konteks lokal maupun global. Namun, Generasi Z perlu terus didorong untuk ambil bagian lebih banyak lagi dalam proses politik formal, bukan hanya aktivisme digital. Pendidikan politik perlu ditingkatkan agar partisipasi mereka lebih terarah dan berdampak nyata bagi kemajuan demokrasi. Peran mereka dalam membentuk opini publik, memengaruhi kebijakan, dan berkontribusi dalam konteks nasional mapun global menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki andil besar dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju dan berdaya saing di tahun 2045.

Referensi

  • BTS ARMY Indonesia Galang Dana Rp1,02 M untuk Palestina Dalam 4 Hari. (2023, Oct 22). Retrieved nov 14, 2023, from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20231022153012-227-1014492/bts-army-indonesia-galang-dana-rp102-m-untuk-palestina-dalam-4-hari
  • DPT Pemilu 2024 Dalam Negeri dan Luar Negeri, 204,8 Juta Pemilih . (2023, 7 2). Retrieved from kpu.go.id: https://www.kpu.go.id/berita/baca/11702/dpt-pemilu-2024-nasional-2048-juta-pemilih
  • Generasi Pelajar Pancasila Kunci Wujudkan Indonesia Emas 2045 . (2023, Sept 1). Retrieved from kemdikbud.go.id: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2023/09/generasi-pelajar-pancasila-kunci-wujudkan-indonesia-emas-2045
  • Gunanto, D. (2020). TINJAUAN KRITIS POLITIK DINASTI DI INDONESIA. Jurnal Administrasi Negara, 177.
  • Heywood, A. (2017). Politik global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Jenkins, R. (2017, 8 15). 4 REASONS GENERATION Z WILL BE THE MOST DIFFERENT GENERATION. Retrieved from ryan-jenkins.com: https://blog.ryan-jenkins.com/2017/01/26/4-reasons-generation-z-will-be-the-most-different-generation
  • Jumlah Penduduk menurut Wilayah, Klasifikasi Generasi, dan Jenis Kelamin, INDONESIA, Tahun 2020. (2021, 1 22). Retrieved from Sensus.bps.go.id: https://sensus.bps.go.id/topik/tabular/sp2020/2/0/0
  • Nastiti, A. D. (2017, August 16). Memahami Aspirasi dan Perilaku Politik Generasi Z. Retrieved from https://tirto.id/memahami-aspirasi-dan-perilaku-politik-generasi-z-cuEL: https://tirto.id/memahami-aspirasi-dan-perilaku-politik-generasi-z-cuEL
  • Rilis Survei “Pemilih Muda dan Pemilu 2024: Dinamika dan Preferensi Sosial Politik Pascapandemi”. (2022, 9 26). Retrieved from csis.or.id: https://www.csis.or.id/event/rilis-survei-pemilih-muda-dan-pemilu-2024-dinamika-dan-preferensi-sosial-politik-pascapandemi/
  • Robin, Patricia, Silvanus Alvin, and Tesalonika Hasugian. 2022. “Gen-Z Perspective on Politics: High Interest, Uninformed, and Urging Political Education .” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 187.
  • Sanita, M. (2023, Nov 3). Musim Politik 2024: Dominasi Gen Z, Zodiak, hingga Konoha. Retrieved from communication.uii.ac.id: https://communication.uii.ac.id/musim-politik-2024-dominasi-gen-z-zodiak-hingga-konoha/
    Shofa, F. N., & Saputra. (2023, 6 8). Pakar Komunikasi Politik Sebut Generasi Z Penentu Pemilu 2024. Retrieved from unesa.ac.id: https://www.unesa.ac.id/pakar-komunikasi-politik-sebut-generasi-z-penentu-pemilu-2024
  • 2009. “UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 .” dpr.go.id. Oct 14. Accessed Nov 15, 2023. https://peraturan.bpk.go.id/Details/38784/uu-no-40-tahun-2009.
  • Utomo, W. P., Devina Heriyanto, & etc. (2022, March 7). Indonesia Gen Z Report 2022. Retrieved from cdn.idntimes: https://cdn.idntimes.com/content-documents/indonesia-gen-z-report-2022.pdf
  • Watra, B. L. (2023, May 7). Gen-Z, Milenial, politik masa depan. Retrieved from antaranews: https://www.antaranews.com/berita/3525420/gen-z-milenial-politik-masa-depan
  • Memilih Masa Depan: Modul Pendidikan Politik Generasi Muda Melalui Pendekatan Budaya Populer. (2022). Jakarta: Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia.
  • sebagian isi dari tulisan esai ini adalah ide atau pendapat penulis.

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Seoranko

    It appears that you know a lot about this topic. I expect…

  • Felix Meyer

    Truly appreciate your well-written posts. I have certainly picked up valuable insights…

  • VIEW NEWZ

    Very interesting news information that doesn't make you bored, especially the latest…

  • BERITA MANTUL

    One of the rare natural phenomena that will occur next month is…

  • 168NEWS

    Several central banks have begun considering raising interest rates to control rising…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut