4 comments 178 views

Gen Z Melek Politik dalam Menciptakan Iklim Pemilu Sehat Di 2024

Belakangan ini kata Gen Z sering bermunculan dan menjadi topik aktual di beranda media sosial mulai dari Tiktok, X, Instagram, Youtube dan media lainnya. Memangnya siapa sih Generasi Z dan mengapa sering dibicarakan akhir-akhir ini? Gen Z merupakan istilah yang disematkan pada generasi yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini adalah generasi yang sejak lahir sudah bersinggungan dengan dunia digital dan meneruskan generasi sebelumnya yaitu generasi milenial.

Menjadi generasi yang beriringan dengan kemajuan teknologi digital yang begitu overload memberikan dampak positif maupun negatif bagi Gen Z. Kemajuan teknologi digital di antaranya yaitu pada penggunaan media sosial melalui ponsel pintar. Media sosial membentuk sarana penyebaran informasi yang sangat beragam seperti, hiburan, konten edukasi, isu politik sampai berita hoaks. Akibatnya, Gen Z dituntut untuk kritis dan bijak dalam menggunakan media sosial.

Jelang pemilu para calon kandidat dan pendukungnya bersama- sama melakukan kampanye di media sosial masing-masing untuk memperoleh simpati masyarakat. Sehingga Gen Z dijadikan target utama dari kampanye tersebut. Hal itu berdasarkan pada catatan KPU bahwa terdapat 52% hak suara berasal dari Generasi Milenial dan Gen Z. Bahkan Gen Z diberi julukan pengawal demokrasi Indonesia karena masa depan dan cita-cita Indonesia Emas 2045 berada di tangan kedua generasi ini.

Sebagai pengawal demokrasi atau The Guardian of Democracy, para Gen Z dituntut untuk melek dan peka terhadap isu-isu politik yang dimuat oleh media sosial. Gen Z harus bisa menciptakan iklim pemilu yang sehat. Jangan menjadi Gen Z yang apolitis. Hal yang bisa kita lakukan adalah cermat dalam menentukan calon kandidat yang akan dipilih. Kita harus berperan dalam demokrasi di Indonesia dengan menyalurkan hak suara kita pemilu yang akan berlangsung pada 2024 mendatang.

Pendidikan Politik bagi Gen Z untuk Cegah Sikap Apolitis

Indonesia merupakan negara demokratis karena melibatkan seluruh warga negara termasuk Gen Z untuk ikut berpartisipasi dalam penyelegaraan pemilu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 pasal 1 angka (1) “Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Semua warga negara berhak menggunakan hak pilihnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 pasal 43 ayat (1) “Setiap warga berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Maka dari itu, penting bagi Gen Z untuk memanfaatkan hak tersebut untuk melaksanakan demokrasi di Indonesia. Sebab pada hakikatnya, tujuan dari demokrasi adalah penyaluran aspirasi masyarakat untuk terlibat dalam pengisian jabatan legislatif.

Para anggota legislatif yang terpilih dalam kontestasi pemilu akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan dan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Keikutsertaan seluruh elemen masyarakat merupakan sebuah upaya agar pemimpin yang dipilih adalah orang yang memiliki kapasitas dan kapabilitas mumpuni. Kemampuan tersebut akan menentukan apakah pemimpin yang terpilih mampu menyelesaikan permasalahan di seluruh lapisan masyarakat termasuk para Gen Z.

Problematika yang terjadi di kalangan Gen Z yaitu lahirnya sikap apolitis. Kalangan apolitis adalah para orang muda yang tidak mau terlibat dalam pemilu. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Salah satu penyebab terjadinya tindakan tersebut karena banyak para Gen Z menilai bahwa politik adalah sesuatu yang kotor dan penuh dengan kebohongan serta menganggap hak pilih yang tidak mereka gunakan tidak akan merubah pemerintahan di Indonesia akan menjadi lebih baik.

Padahal suara orang muda sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan demokrasi berasaskan pancasila di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya fenomena ini perlu adanya pendidikan politik bagi Gen
Z. Pendidikan politik dibutuhkan oleh orang muda dalam menentukan arah bangsa. Pendidikan politik ialah proses pembelajaran dan pemahaman mengenai hak, kewajiban, tanggung jawab dalam kehidupan bernegara. Salah satunya yaitu berpartisipasi penuh dalam proses demokrasi.

Pendidikan politik untuk Gen Z bisa kita dapatkan melalui stakeholder terkait. Misal, kegiatan seminar politik yang diadakan oleh seperti KPU atau partai politik. Pelaksanaan kegiatan ini, harus dilakukan secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Namun, ada sesuatu yang perlu diperhatikan dalam pendidikan politik untuk Gen Z terkait cara sosialisasi yang lebih kreatif dan menyesuaikan karakter mereka. Sehingga mereka akan menunjukkan rasa ketertarikan dalam proses demokrasi melalui pemilu.

Gen Z juga bisa membentuk ruang pendidikan politik dari media sosial. Melalui ponsel pintar, mereka akan sangat mudah dalam mengakses informasi politik, demokrasi, dan para calon kandidat yang akan berkontestasi . Edukasi politik dan pemanfaatan media sosial begitu penting karena bertujuan untuk mencegah terjadinya sikap apolitis atau golput di kalangan Gen Z.

Kritis Bermedia Sosial Jelang Pemilu Ala Gen Z

Gen Z merupakan generasi yang sejak lahir telah bersentuhan dengan perkembangan teknologi digital. Beberapa teknologi digital tersebut di antaranya yaitu, smartphone, televisi, laptop, tablet serta aplikasi media sosial. Menjalani aktivitas sehari-hari dikelilingi dengan barang-barang digital, membentuk garis perbedaan dengan generasi sebelumnya. Orientasi Gen Z dalam mengakses internet melalui ponsel pintar untuk bermedia sosial menjadi salah satu perbedaan yang sangat signifikan.

Sosial media adalah tempat seseorang bisa berinteraksi tanpa bertemu atau hanya melalui dunia maya. Seseorang dapat mengekspresikan dan menginformasikan apa pun di media sosial. Semua jenis informasi berada dalam satu genggaman saja. Informasi tersebut sangat bervariasi diantaranya yaitu, hiburan, pendidikan, ekonomi, budaya, agama, dan politik. Sebagaimana yang terjadi saat ini, menuju pemilu 2024 para calon kandidat dan tim suksesnya melakukan personal branding dan interaksi dengan masyarakat, utamanya Gen Z melalui media sosial seperti, Tiktok, X, Instagram, Youtube dan media sosial lainnya.

Eksistensi media sosial di kalangan para Gen Z dinilai mampu meraup dukungan suara mereka. Mengapa Gen Z menjadi target kampanye? Semua itu didasari dengan data dari KPU yang menyatakan bahwa 52% suara demokrasi bersumber dari kalangan Gen Z dan Generasi Milenial. Maka dari itu sebagai target kampanye, para Gen Z diwajibkan bijak dan cermat dalam menggunakan media sosial mereka. Ketika menjelang pemilu banyak buzzer politik dan situs yang melakukan penyebaran disinformasi, hate speech, maupun black campaign.

Black campaign atau kampanye hitam disebut sebagai whispering campaign atau kampanye berbisik. Pada penerapannya black campaign identik dengan penyebaran informasi calon kandidat yang tidak sesuai dengan fakta atau hoaks dengan tujuan untuk menjatuhkan martabat calon kandidat lain. Problematika mengenai black campaign seringkali menimbulkan konflik perpecahan di antara masyarakat.

Bagaimana langkah Gen Z dalam mengatasi masalah ini sebagai The Guardian of Democracy? Pertama, memperkuat literasi digital untuk cermat mengetahui sumber berita dan memperhatikan kredibilitas situs media penyebar berita tersebut. Kedua, informasi yang begitu overload di media sosial dapat kita atasi dengan metode “saring sebelum sharing.” Tindakan ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran hoaks kalangan masyarakat. Ketiga, mengedukasi keluarga, teman dekat, masyarakat gaptek, dan masyarakat di lingkungan kita menggunakan bahasa yang sederhana agar bisa dipahami. Ketiga solusi tersebut diharapkan mampu untuk menyelesaikan problematika yang terjadi dalam masyarakat menjelang pemilu 2024 serta menciptakan suasana pemilu yang damai, asik, dan gembira tanpa ada kericuhan.

Ketika pemilu selalu identik dengan adu domba dan politik fitnah di media sosial, maka sudah saatnya Gen Z melakukan reformasi dalam pemilu 2024 yaitu dengan menciptakan pemilu yang sehat, aman dan damai dengan melawan disinformasi, black campaign, dan hate speech. Reformasi ini bertujuan untuk menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia. Jika bukan kita melakukan reformasi ini, lantas siapa?

Daftar Pustaka

  • Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
  • Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
  • Amalia, Ahsana Nur dan Mantang Gemilar. 2020. Meretas Generasi Apolitis Pada Pemilih Pemula Melalui Pendidikan Politik. Sulawesi Selatan: Jurnal Pettarani Election Review, Vol. 1, No. 2.
  • Beta, A. Rivai, dkk. 2022. Literasi Digital pada Remaja dalam Upaya Menangkal Informasi Hoax Jelang Pemilu 2024. Aceh Tengah: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Indonesia, Vol. 1, No. 6.
  • Firamadhina, Fadhlizha Izzati Rinanda dan Hetty Krisnani. 2020. Perilaku Generasi Z Terhadap Penggunaan Media Sosial Tiktok: Tiktok Sebagai Media Edukasi Dan Aktivisme. Sumedang: Social Work Jurnal, Vol. 10, No. 2.
  • Sarofah, Riska. 2023. Pengaruh Pendidikan Politik Gen Z Dan Millenial Terhadap Upaya Mewujudkan Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berintegritas. Tasikmalaya: Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 9, No. 1.
  • Thanzani, Andrian, dkk. 2022. Black Campaign Melalui Media Elektronik Dari Perspektif Hukum Pemilu. Tangerang: Journal Evidence Of Law, Vol. 1 No. 3.

  • https://www.kemenpora.go.id/detail/3784/kolaborasi-literasi-pemilu-2024- yang-aman-dan-kondusif-bagi-generasi-muda : Kolaborasi Literasi Pemilu 2024 yang Aman dan Kondusif bagi Generasi Muda.
  • https://www.dw.com/id/antisipasi-ujaran-kebencial-cara-milenial-dan-gen- z/a-63068581 : Cara Milenial dan Gen Z Batasi Hate Speech di Pilpres 2024.
  • https://ponorogo.bawaslu.go.id/2020/06/08/lima-cara-hindari-black- campaign-saat-pemilu/ : Lima Cara Hindari Black Campaign Saat Pemilu.

4 comments

Nini November 26, 2023 - 5:19 am

butuh reformasi dari para orang muda untuk menyuarakan pemilu sehat tanpa kericuhan 🎉

Reply
Nini November 26, 2023 - 5:20 am

orang muda harus melakukan perubahan terhadap pemilu yang identik dengan kericuhan

Reply
Nisa November 26, 2023 - 5:23 am

para Gen Z bukan penerus bangsa ini tetapi penentu arah bangsa

Reply
Alia November 26, 2023 - 5:24 am

semoga pemilu kali ini menjadi pemilu yang sehat

Reply

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Seoranko

    It appears that you know a lot about this topic. I expect…

  • Felix Meyer

    Truly appreciate your well-written posts. I have certainly picked up valuable insights…

  • VIEW NEWZ

    Very interesting news information that doesn't make you bored, especially the latest…

  • BERITA MANTUL

    One of the rare natural phenomena that will occur next month is…

  • 168NEWS

    Several central banks have begun considering raising interest rates to control rising…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut