Eskalasi kemajuan ekonomi yang tercipta akibat proporsi usia produktif (kerja) lebih besar dari usia bukan kerja sehingga terjadi perubahan struktural umur penduduk disebut bonus demografi. Struktur usia populasi yang berubah dalam kondisi tertentu dapat memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh transisi dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi ke rendah. Hal ini diperkuat dengan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar, teori ini menggambarkan perekonomian sederhana yang menggunakan akumulasi modal fisik (investasi dan kapital) dan modal manusia (tenaga kerja) sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peran dan kualitas manusia menjadi tolak ukur utama dari perkembangan ekonomi yang mana fase usia produktif manusia dapat menjadi peluang besar bagi suatu negara untuk meningkatkan kapasitasnya.
Potensi usia produktif (15-54 tahun) di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1971. Jika merujuk data survei ankatan kerja nasional BPS (Badan Pusat Statistik) per Februari 2021-2022 usia produktif terus bertambah dari 145,9 juta jiwa menjadi 149,1 juta jiwa. Persentase yang terus melonjak hingga sekarang totalnya 69,3% masyarakat Indonesia yang termasuk rasio angkatan kerja dapat menjadi peluang emas bagi bangsa Indonesia apabila sejalan dengan persiapan dari generasi dan pemerintah yang memiliki andil besar dalam mengembangkan potensi-potensi maju dari negara Indonesia. Rentang usia tersebut saat ini merupakan gabungan antara tiga generasi yang kerap diperbincangkan yaitu: Gen X, Milenial, dan Gen Z, terkait hal ini peran Gen Z yang menjadi fokus utama dalam tulisan ini.
Generasi zoomer atau yang akrab disapa Gen Z harus memiliki kesiapan dalam menghadapi dampak dari bonus demografi yang perkiraanya mencapai puncak pada tahun 2030 mendatang, dengan demikian harapannya dapat mencapai Indonesia Emas 2045. Keberadaan gen Z sangat penting dalam memberikan pengaruh pada perkembangan Indonesia saat ini dan akan datang. Percepatan pertumbuhan dari berbagai sektor menjadi faktor dari keberhasilan bonus demografi, tidak terkecuali pada bidang ekonomi. Sayangnya saat ini Indonesia belum merdeka dalam perekonomian, hal ini yang akan menjadi tantangan masyarakat khususnya generasi mudanya.
Berdasarkan permasalahan yang ada, peran gen Z sebagai penentu arah bangsa kedepannya menjadi tidak lah mudah dan harus terus diupayakan yang terbaik. Berbagai tantangan yang pasti akan dihadapi menjadi pecutan bagi kita agar mempersiapkan diri dari saat ini, baik dengan bekal ilmu, finansial, dan mental. Terkait dengan kesiapan generasi muda dibutuhkan peran dari pemerintah dan lingkungan masyarakat yang mendukung upaya peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat. Salah satunya berupa program kemasyarakatan fokus pada tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat yang dapat dijadikan pendekatan guna memberantas secara perlahan dan dari lapisan terkecil adalah Juntaian Asa.
Juntaian Asa adalah program kemasyarakatan yang berbasis inklusif dalam upaya menghadapi bonus demografi. Program ini menjadi secerca harapan dari masyarakat Indonesia khususnya di daerah yang masih sulit terjamah oleh pemerintah. Juntaian Asa yang berbasis inklusif ini mengkolaborasikan peran dari berbagai pihak baik swasta ataupun negeri yang masuk dan bergabung dalam pelaksaanaan programnya. Program ini juga memiliki target untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang notabenenya seorang pengangguran. Tujuan dari program ini yaitu setidaknya meringankan beban masyarakat kecil dalam menjalani kesehariannya. Selain itu pesan sosial yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah kepedulian terhadap sesama itu tidak harus jadi seseorang yang besar dulu, generasi muda juga mampu melakukan langkah-langkah sederhana yang bermanfaat tidak untuk diri sendiri namun juga bagi lingkungan dan orang sekitar kita.
Teknis pelaksanaan program Juntaian Asa ini akan sepenuhnya dikoordinatori oleh teman-teman Gen Z, dimulai dari sebuah desa kecil yang telah disurvei dan diberi izin dari pemerintah setempat sesuai dengan kriteria wilayah sasaran program Juntaian Asa ini, kemudian akan dilakukan pendataan terkait kondisi masyarakat setempat. Selanjutnya menyosialisasikan program Juntaian Asa ini dan manfaat jangka panjang dari program ini. Juntaian Asa ini akan secara kontinue dilaksaakan, secara sederhana seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) namun Juntaian Asa ini akan terus berjalan dan secara berkala dilakukan sebagaimana sistem penyaluran pada zakat, dan memiliki keunggulan yaitu akan terus menerus berlangsung.
Program Juntaian Asa ini memiliki banyak manfaat serta sangat potensial untuk diimplementasikan guna meningkatkan kualitas kesejahteraan ekonomi masyarakat kecil. Keterlibatan elemen pemerintah, dan masyarakat sangat diperlukan agar program ini dapat dengan efektif terealisasikan. Apabila program ini berjalan sebagaimana mestinya, diharapkan generasi muda ( Gen Z) dapat berperan mengatasi kekhawatiran masyarakat dalam menghadapi bonus demografi. Program dapat dijadikan sebagai bentuk perpanjangan tangan dari pemerintah pusat secara langsung untuk wilayah yang sulit terjamah.
Referensi
- https://www.bps.go.id/. Jumlah Penduduk Usia 15 tahun ke Atas Menurut Golongan umur 2021-2022.
- Nasution, Marihot. 2021. Hubungan Bonus Demografi, Indeks Pembangunan Manusia, dan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan dengan Pertumbuhan Ekonomi. n.p.:Jurnal Budget, Vol 6, No.1.
- Seluruh isi tulisan ini bersumber dari Ide penulis yang dikuatkan oleh dua referensi diatas.
Impressive posts! My blog Article Home about SEO also has a lot…