0 comment 210 views

Korelasi Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Mental Generasi Z dalam Menghadapi Bonus Demografi di Era Modernisasi

Generasi muda adalah aset masa depan sebuah negara. Generasi muda menjadi komponen penting dalam pembangunan bangsa sebab generasi muda memiliki fisik yang kuat, kemauan belajar yang tinggi, inovatif, dan kreatif. Generasi muda sering dikaitkan sebagai agent of change artinya generasi muda memiliki peranan sentral dari kemajuan bangsa Indonesia yang akan mengadakan perubahan-perubahan dalam lingkungan masyarakat untuk menuju Indonesia Emas. Hal tersebut menjadi sebuah implikasi betapa pentingnya generasi muda dalam konteks bonus demografi. Maka, sudah sepantasnya bagi negara untuk dapat melakukan pembangunan generasi mudanya melalui kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan sumber daya manusia didalamnya.

Bonus demografi merupakan kesempatan emas bagi bangsa Indonesia untuk melompat menjadi negara maju, sebagai akibat besarnya proporsi usia produktif dalam rentang 15-64 tahun yang mengacu data BPS tahun 2022, sebanyak 69,25% atau setara 190,98 juta jiwa dari 275,77 juta jiwa masuk kedalam kategori usia produktif. Bonus demografi merupakan masa peralihan demografi yang ditandai dengan penurunan angka kematian dan angka kelahiran dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi hanya terjadi satu kali dalam siklus kependudukan sehingga perlu dimanfaatkan dengan baik melalui perwujudan sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, produktif, dan kreatif. Di lain sisi, bonus demografi dapat menjadi beban sebuah negara apabila kualitas penduduk berusia produktif rendah maka kualitas tenaga kerja akan rendah sehingga mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing pasar global ikut rendah.

Pendidikan dan kesehatan menjadi faktor penting yang menjadi modal bagi Indonesia untuk mencapai bonus demografi. Pendidikan merupakan landasan penting bagi generasi muda untuk menjadi manusia yang berkompeten dan kesehatan menjadi modal pembangunan nasional. Pendidikan dan kesehatan harus berjalan secara beriringan sebab kesehatan menjadi aspek penting yang menjadi penentu kualitas pendidikan dan masa depan generasi muda. Pendidikan akan menjadi hal yang percuma apabila generasi mudanya sakit-sakitan. Oleh sebab itu, dua faktor tersebut perlu diperhatikan oleh pemerintah secara matang apabila ingin memanfaatkan bonus demografi dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Saat ini, pemerintah sudah melakukan berbagai macam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun kenyataannya, kualitas pendidikan di Indonesia masih dalam level rendah. Hal tersebut dapat dilihat melalui data Worldtop20.org yang menyatakan Indonesia berada diurutan ke 67 dari 209 negara dalam segi pendidikan. Data dari World Population Review 2021 menempatkan Indonesia di posisi ke 54 dari 78 negara dalam aspek pendidikan jauh dibawah Singapura dan Malaysia yang berada pada posisi 21 dan 38. Kualitas pendidikan yang rendah tersebut ditunjang ketidakmerataan kesempatan belajar di Indonesia. Hingga 2022, tercatat hanya 6,41% dari total populasi Indonesia 275 juta jiwa yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Lebih lanjut, dikatakan bahwa hanya 1,8 juta lulusan SMA, MA, dan SMK dari 3,7 juta pelajar yang dapat meneruskan ke bangku perkuliahan. Di sisi lain, dalam menghadapi bonus demografi Indonesia memerlukan investasi pendidikan minimal sampai S1. Sebab, lulusan pendidikan menengah memiliki keterampilan dan skill yang sangat terbatas. Dengan adanya investasi di pendidikan, maka generasi muda akan memiliki kesempatan kerja yang berkualitas.

Fakta tersebut menjadi pemicu bagi seluruh masyarakat khususnya pemerintah dan generasi muda terutama gen Z dalam menyikapi permasalahan pendidikan apabila tidak ingin mendapatkan bumerang dari bonus demografi. Sebagai Generasi Z yang hidup di tengah arus modernisasi teknologi, Generasi Z harus mampu memanfaatkan teknologi sebagai alat utama dalam mempelajari materi. Kemajuan teknologi ini membuat pelajar dapat belajar apa saja, kapan saja, dan di mana saja. Dengan teknologi, pelajar dapat merasakan pengalaman belajar yang lebih aktif dan interaktif, peluang kolaborasi dalam proyek lebih baik, hingga kemampuan beradaptasi dengan berbagai gaya belajar tiap individu. Melalui pemanfaatan teknologi yang tepat, Generasi Z diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan sebab akses informasi mudah didapatkan. Selain itu, Generasi Z membawa perubahan dalam esensi pendidikan, pendidikan bukan hanya tentang mendengarkan guru mengajar di kelas dan mengerjakan tugas, tetapi jauh lebih dari itu melalui keterlibatan belajar di luar kelas dan pengalaman belajar langsung (praktis). Generasi Z mengharapkan pendidikan yang lebih aplikatif yang dapat langsung diterapkan dalam kehidupan mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman.

Generasi Z juga menginginkan pendidikan yang lebih holistik dan lebih peduli terhadap masalah sosial dan lingkungan. Mereka meyakini bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya menekankan pencapaian akademik, tetapi juga harus mempersiapkan mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi masalah global yang rumit.

Tuntutan tersebut kemudian diaplikasikan dalam program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka(MSIB) yang diorganisasikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program Kampus Merdeka memberikan peluang kepada mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri melalui kegiatan di luar kuliah dan menawarkan pengalaman praktik di dunia nyata, seperti dalam industri atau profesi. Contoh lainnya adalah Kurikulum Merdeka, yang memberikan kemerdekaan bagi pendidik untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermutu dan relevan sesuai dengan keperluan dan lingkungan belajar peserta didik.

Di lain sisi, kesenjangan pendidikan masih dirasakan oleh Generasi Z yang berada di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Jarak yang jauh antara tempat tinggal dan sekolah, kurangnya sarana transportasi, dan minimnya infrastruktur dan sarana prasarana menjadi hambatan bagi akses pendidikan yang merata. Ketimpangan pendidikan daerah perdesaan dan perkotaan dan ketimpangan ekonomi juga masih menjadi hambatan bagi Generasi Z dalam mengakses pendidikan yang berkualitas. Permasalahan tersebut yang menjadi hambatan bagi Indonesia dalam menyongsong bonus demografi. Lantas, bagaimana pemerintah dalam menyikapi persoalan tersebut.

Berbagai inisiatif dan program telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam upaya memberdayakan peserta didik melalui program ADiK (Afirmasi Pendidikan Tinggi) yang memberikan beasiswa untuk putra daerah wilayah Papua dan 3T. Pemerintah juga telah melakukan pembangunan infrastruktur pendidikan di tingkat SD hingga SMA melalui pembangunan dan rehabilitasi sekolah. Sebagai contoh, Kementerian PUPR telah melakukan pembangunan dan rehabilitasi terhadap 458 sekolah dan 83 madrasah. Keseriusan pemerintah dalam memeratakan pendidikan juga terlihat dalam program Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) sebagai wadah memperluas jalur penerimaan beasiswa sehingga dapat merangkul lebih banyak kalangan dan wujud dukungan pemerintah terhadap kesetaraan kesempatan dalam menuntut ilmu yang berkualitas.

Menghadapi bonus demografi, hal lain yang tidak boleh untuk dilupakan adalah kesehatan mental. Kesehatan mental memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai inklusi sosial, kesetaraan, akses ke layanan kesehatan yang merata, hak asasi manusia, dan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Namun, saat ini, kondisi kesehatan mental remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini diperlihatkan dalam hasil dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, yang menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia (sekitar 34.9%, setara dengan 15.5 juta remaja) mengalami masalah kesehatan mental dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Selain itu, satu dari dua puluh remaja (sekitar 5.5%) juga terkena masalah kesehatan mental. Kondisi ini mengkhawatirkan karena Generasi Z Indonesia yang akan bertanggung jawab dalam mengatur arah dan perkembangan negara kita, dan masalah kesehatan mental yang sedang dialami oleh banyak remaja saat ini dapat mengancam masa depan mereka dan kesejahteraan negara kita secara keseluruhan.

Data menunjukkan bahwa tingkat kecemasan dan depresi pada Generasi Z lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. Kecemasan ini muncul akibat perkembangan teknologi yang pesat dan mudahnya mengakses informasi. Hasil survei oleh McKinsey Health Institute yang melibatkan lebih dari 42.000 responden dari 26 negara menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga Generasi Z menghabiskan lebih dari dua jam sehari di media sosial. Mereka melaporkan bahwa media sosial berpengaruh besar terhadap kesehatan mental mereka. Banyak perempuan dari Generasi Z mengungkapkan dampak negatif seperti rasa takut tertinggal tren terkini (Fear of Missing Out/FOMO) sebesar 32%, kekhawatiran terhadap citra tubuh sebesar 32%, dan masalah kepercayaan diri sebesar 13%.

Tidak hanya itu, Generasi Z ikut terpapar dengan adanya tekanan dari sisi akademik yang tinggi. Mereka dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan dunia yang cepat. Generasi Z diharapkan untuk memiliki keunggulan kompetitif dalam bidang pendidikan juga pasar kerja. Sering motivasi untuk mencapai standar yang tinggi, bekerja keras, dan meningkatkan produktivitas terstimulasi oleh adanya tingkatan stres yang tinggi. Sayangnya, hal ini memiliki efek samping yang cenderung negatif seperti kelelahan, depresi, dan kecemasan.

Stigma yang muncul akibat isu kesehatan mental adalah perasaan malu dan takut untuk mencari solusi yang tepat, misalnya, melakukan mediasi dengan profesional untuk menyelesaikan masalah kesehatan mental. Tidak hanya itu, banyak dari mereka juga memiliki kekhawatiran akan dikucilkan oleh teman sebayanya. Akhirnya, hal ini menyebabkan penderita masalah kesehatan mental untuk memilih menutupi apa yang mereka rasakan, sehingga angka kecemasan, depresi, hingga upaya bunuh diri akan meningkat.

Oleh karena itu, Generasi Z harus aktif dalam merawat kesehatan mental mereka dalam menghadapi tantangan ini. Yang perlu dilakukan adalah pertama, memahami dan mengenali tentang seberapa penting menjaga kesehatan mental. Yang bisa dilakukan adalah dengan menyeimbangkan waktu yang dihabiskan secara daring maupun luring, sehingga mereka dapat menyadari akan dampak negatif dari media sosial yang dapat menyebabkan rasa tertekan. Kedua, Generasi Z perlu mengedukasi diri tentang self-care atau perawatan diri dengan cara menghargai adanya waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik, menjaga pola tidur sehat, bersantai, dan mengembangkan minat dan hobi di luar dunia digital yang dapat menolong dalam mengurangi tingkatan stres yang dirasakan agar kesejahteraan mental dapat meningkat. Tidak hanya itu, Generasi Z perlu sadar akan meminta bantuan kepada tenaga profesional atau ahli bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Dengan meningkatkan kedekatan dengan keluarga, teman, atau tenaga profesional yang bergerak di bidang kesehatan mental tentu bisa membantu memberikan support system yang dibutuhkan.

Di sisi lain, penting bagi pemerintah untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan mental dengan mengalokasikan sumber daya dan dukungan yang memadai guna mendukung layanan kesehatan mental di lingkungan pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, ditambah dengan dukungan keluarga dengan menciptakan suasana positif, komunikatif, dan mendorong praktik perawatan diri. Masyarakat harus bersatu untuk melawan adanya pandangan atau stigma negatif terhadap kesehatan mental, juga memberi dukungan yang berkelanjutan kepada pengidap masalah kesehatan mental.

Dengan demikian, bonus demografi dapat dimanfaatkan bagi Indonesia sebagai kesempatan yang krusial untuk melakukan berbagai upaya dalam rangka percepatan pembangunan nasional melalui pemanfaatan sumber daya manusia yang produktif sehingga untuk mewujudkan tujuan tersebut peningkatan kualitas pendidikan dan peningkatan kesehatan harus menjadi fokus utama pemerintah dalam menciptakan Generasi Z yang unggul di samping juga menyiapkan lapangan pekerjaan yang cukup untuk memaksimalkan potensi bonus demografi. Apabila pendidikan dan kesehatan di Indonesia sudah berkualitas maka akan menjadikan penduduk yang berkualitas pula dan siap guna dalam dunia kerja.

Referensi

  • Center of Reproductive Health, University of Queensland, & Johns Bloomberg Hopkins School of Public Health. Indonesia – National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS): Laporan Penelitian. Pusat Kesehatan Reproduksi.
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/20/hanya-6-warga-indonesia-yang-berpendidikan-tinggi-pada-juni-2022 : Hanya 6% Warga Indonesia yang Berpendidikan Tinggi pada Juni 2022
  • https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5623865/setiap-tahun-3-7-juta-pelajar-lulus-sma-hanya-1-8-juta-yang-bisa-kuliah : Setiap Tahun 3,7 Juta Pelajar Lulus SMA, Hanya 1,8 Juta yang Bisa Kuliah
  • https://kemasosfisipuh.wordpress.com/2022/11/14/kualitas-pendidikan-di-indonesia/ : Kualitas Pendidikan di Indonesia
  • https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20230818182012-25-464195/bukan-cuma-teknologi-pendidikan-ri-butuh-ini : Bukan Cuma Teknologi, Pendidikan RI Butuh Ini
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/07/05/piramida-penduduk-indonesia-2022-usia-produktif-mendominasi#:~:text=Badan%20Pusat%20Statistik%20(BPS)%20memproyeksikan,%25)%20tergolong%20usia%20tidak%20produktif : Piramida Penduduk Indonesia 2022, Usia Produktif Mendominasi
  • https://www.mckinsey.com/mhi/our-insights/gen-z-mental-health-the-impact-of-tech-and-social-media : Gen Z mental health: The impact of tech and social media

Tinggalkan Komentar

Komentar Terbaru

  • Seoranko

    It appears that you know a lot about this topic. I expect…

  • Felix Meyer

    Truly appreciate your well-written posts. I have certainly picked up valuable insights…

  • VIEW NEWZ

    Very interesting news information that doesn't make you bored, especially the latest…

  • BERITA MANTUL

    One of the rare natural phenomena that will occur next month is…

  • 168NEWS

    Several central banks have begun considering raising interest rates to control rising…

Chat WhatsApp
Butuh Bantuan?
Selamat datang di Portal Berita Paradeshi. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami beragam informasi yang kami sajikan, baik dalam bentuk berita ataupun artikel, seluruh konten yang dihadirkan kami kanalkan dalam beragam rubrik.

Silahkan menghubungi kami untuk mengetahui informasi lebih lanjut