Banyak hal jika membicarakan Indonesia, dari ujung sabang sampai marauke banyak masalah yang terjadi seolah secara sengaja dipelihara. Apa karena Indonesia dilewati garis katulistiwa sehingga bisa di asumsikan garis permasalahan tapi bisa juga garis kebesasaan atau garis kemenengan entah apapun itu sangatlah luas. Oleh karena itu mari kita krucutkan topik pembahasan ini, dikarenakan Indonesia sekarang sudah masuk tahun politik dimana isu yang sederhana yang tidak berguna pun digoreng habis-habisan.
Lantas bagaimana peran gen Z dalam mengadapi carut marutnya isu politik Indonesia? Jangan-jangan hanya pasif atau diam-diam sudah bergerak menggerakan jarinya lewat medsos. Ngomongin soal gen Z, menurut data Badan Pusan Stastistik (BPS) generasi Z yang lahir antara tahun 1997-2012 mendominasi dengan jumlah sekitar 74,93 juta jiwa atau 27,94%. Lonjakan ini bisa dikatakan hal baik dan tidak menutup kemungkinan jika hal buruk turut menyertai.
Sepertinya perlu memahami Gen Z Pada tahun 2017, Aulia D Nastiti, mahasiswa PhD di Northwestern University, Amerika Serikat, menuliskan tentang aspirasi dan perilaku politik generasi ini. Menurut penjelasannya, Gen Z adalah digital native angkatan pertama di Indonesia, terutama yang lahir di kota-kota besar. Bisa dikatakan saat ini mereka melek akan teknologi digital terutama medsos. Aulia Nastiti juga mengatakan bahwa komunitas gen Z ini layaknya imagined communities, tidak saling mengenal tapi terkoneksi, koneksi mereka terjalin melalui media sosial.
Sangat timpang sekali jika membicarakan gen Z banyak dari mereka ketika mendapati sebuah isu tidak menggali secara mendalam dan mendetail hanya mengambang. Acuh tak acuh terhadap suatu permasalahan meski begitu gen Z memiliki sikap politik tersendiri missal saat omnibuslaw sedang ramai jadi perbincangan mereka ramai-ramai membuat tagar #tolakomnibuslaw, #mositidakpercaya, #tolakuuciptakerja dan lain sebagainya.
Media sosial sangat besar pengaruhnya terutama untuk gen Z sendiri sebab bisa dikatakan mereka sendiri under previlage, melalui serial liputan Project Multatuli #UnderprevillageGenZ yang berusaha menggambarkan kelompok ini. Dimana gen Z yang tinggal di calon ibukota Indonesia, ia kerja serabutan punya cicilan yang menumpuk dan terancam tergusur oleh ibu kota baru ini/proyek IKN. Belum lagi gen Z yang tinggal di ibukota banyak dari mereka putus sekolah danmenjadi tulang punggung(breadwinner) bagi keluarganya. Ada juga gen Z yang tidak keluar dari lubang bournout.
Diakrenakan Survei Angkatan Kerja Nasional BPS pada Agustus 2022 menyebutkan terdapat 3,7 juta orang atau 43,98 persen pengangguran dari kelompok usia 20 hingga 29 tahun, bisa dikatakan mereka yang berusia produktif. Sebagian besar di antaranya adalah Gen Z. menyambung dengan Laporan Statistik Pendidikan BPS tahun 2022 juga menunjukkan angka putus sekolah yang cukup tinggi pada mereka yang berusia 16 hingga 18 tahun, yakni sebesar 22,52 persen. Kategori usia ini merupakan Gen Z angkatan muda.
Bisa dikatakan anak muda atau gen Z harus diperhatikan secara khusus terutama tentang pendidikan Survey britis council pendidikan menjadi isu nimer satu yang dihadapi anakmuda saat ini Sejumlah perubahan diminta anak muda untuk memperbaiki sistem pendidikan meliputi pemerataan pendidikan di desa dan wilayah timur Indonesia; peningkatan pelatihan dan kualitas guru, terutama pada tingkat pendidikan yang lebih rendah; perluasan dan perbanyak peluang beasiswa; hingga keterampilan yang diajarkan di sekolah seperti teknologi, bisnis, dan Bahasa Inggris.
Makadari itu pendidikan politik sangat perlu untuk gen Z, penelitian yang dialkukan Rizka Sarofah yang berjudul Pengaruh pendidikan politik gen Z dan milenial terhadap Upaya mewujudkan pemilu serentak tahun 2024 yang berintegritas menghasilkan Pendidikan politik bagi generasi millennial maupun gen Z harus melalui pendekatan yang berbeda dan lebih inovatif. Hal ini memungkinkan adanya ketertarikan generasi tersebut untuk terlibat dalam pemilu yang berkualitas. Peneliti telah mengembangkan beberapa pendekatan dalam Pendidikan politik misalnya pertama, memaksimalkan peran generasi muda pada pengembangan demokrasi melalui sosial media.
Dikarenakan gen Z tidak tahu menahu tentang lintas politik hanya mengacu tentang public figure saja, bersumber dari project multatuli di dalam esainya yang berjudul “omongan politikus tentang gen Z dan Mileniall itu cuman Gimik” Tulisan yang berusaha menggambarkan pandangan politik generasi muda dan isu-isu/kondisi mereka yang kerap luput dari observasi politikus atau rangkulan program partai politik. Barangkali, hasil kurasi dari berbagai penelitian ini bakal tiba-tiba diseriusi oleh para politikus dan partai politik hingga mereka membombardir kita semua dengan janji-janji politik untuk 2024 atau bisa juga dianggap angin lalu saja.
Jika terus di abaikan tanpa penanganan kusus bisa jadi nanti kedepanya Gen Z yang nantinya masuk menjadi politikus ini nantinya akan bias tanpa adanya pendidikan politik maka dari itu pendidikan politik perlu dan diadakanya tidak hanya saat memasuki tahun politik saja.
Referensi
- Sarofah, Riska, ‘Pengaruh Pendidikan Politik Gen Z Dan Millenial Terhadap Upaya Mewujudkan Pemilu Serentak Tahun 2024 Yang Berintegritas’, Jurnal Ilmu Politik Dan Pemerintahan, 9 (2023), 70–79 <https://doi.org/10.37058/jipp.v9i1.7219>
- https://tekno.tempo.co/: Survei british council pendidikan jadi isu nomor 1 yang ingin diperbaiki kaum muda Indonesia
- https://projectmultatuli.org/: omongan-politikus-tentang-gen-z-dan-milenial-itu- cuma-gimik
- https://projectmultatuli.org/: bias-kelas-gen-z-dirayakan-media-suram-realitasnya
12 comments
Menarik, apalagi soal bagaimana calon yang maju dalam kontestasi depan justru mengambil hati pemilih muda dengan menggunakan cara cara non sosialisasi gagasan. seperti beberapa istilah yang belakangan ramai gemoi dan lain sebagainya. seolah olah mereka mengamini minimnya pendidikan politik gen Z yang didapat bukan malah menanganinya
Menarik, apalagi soal bagaimana calon yang maju dalam kontestasi pemilu mendatang, justru mengambil hati pemilih muda dengan menggunakan cara cara non sosialisasi gagasan. seolah olah mereka mengamini minimnya pendidikan politik gen Z yang didapat serta justru memanfaatkannya bukan malah menanganinya
Menarik, apalagi soal bagaimana calon yang maju dalam kontestasi pemilu mendatang, justru mengambil hati pemilih muda dengan menggunakan cara cara non sosialisasi gagasan.
ini menarik apalagi tentang cara penetrasi calon yang hendak berkontestasi di pemilu depan menggunakan jargon jargon non gagasn. seolah mengamini suramnya pendidikan politik
Ini menarik apalagi tentang cara penetrasi calon yang hendak berkontestasi di pemilu depan menggunakan jargon jargon non gagasn.
Sepakat memang seharusnya gen Z perlu diajarkan pendikan politik dikarenakan gen z ini nantinya akan menjadi ujung tombak politik dimasa mendatang
Memnang seharusnyapendidikan politik itu perlu terutama sasaranya gen Z, sebab bantinya mereka akan menjadi generasi penerus terutama di tahun 2045 nantinya
Memang begitu adanya gen z realitanya suram minim tentang pengetahuan politik
Tidak semestinya gen z diabaikan memang benar harus ada penanganan guna merawat jiwa berpolitik sedari masih muda
Trimakasih sudah menyuarakan sedikit apa yang ada dipikiran gen z, hehehe
Memang seharusnya begitu bang, pendidikan berpolitik itu harus ada
With your post, your readers, particularly those beginners who are trying to explore this field won’t leave your page empty-handed. Here is mine at UQ8 I am sure you’ll gain some useful information about Cosmetic Treatment too.