A. PENDAHULUAN
Pemilihan umum (election) merupakan bentuk perayaan dari demokrasi yang diselenggarakan oleh suatu negara. Selain itu, pemilu merupakan bentuk ungkapan nyata dari demokrasi dan sarana bagi rakyat dalam menyatakan kedaulatannya atas negara dan pemerintahan. Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia harus sesuai dengan asas pemilu yang ada, yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Ketertarikan rakyat akan isu dan kebijakan pemerintah akan terlihat dari tingkat partisipasi politiknya. Dengan demikian, partisipasi politik menjadi hal penting dalam keberlangsungan pemilu.
Pemilih pemula merupakan salah satu kategori pemilih yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pemilih pemula yang ada. Pemilih pemula adalah mereka yang baru pertama kali mendapatkan kesempatan untuk memberikan hak suara pada pemilu mendatang. Pemilih pemula menjadi peran penting dalam keberlangsungan pemilu, karena mereka adalah pemilih dengan pemikiran, latar belakang, dan pengalaman yang baru. Hal ini tercipta dikarenakan mereka menghadapi tantangan yang baru pula dan berbeda dengan generasi sebelumnya. Namun, banyak dari mereka yang belum paham sepenuhnya tentang arti pemilu dan cara menyikapinya.
Motivasi diri adalah hal yang sangat diperlukan bagi pemilih pemula khususnya dorongan guna menjadi pemilih yang sehat dalam pemilu mendatang. Pemilih yang sehat didasari dengan pemahaman yang matang akan politik. Dengan demikian, memberikan pemahaman politik bagi pemilih pemula sangat perlu dilakukan.
B. PEMBAHASAN
1. Problematika yang dihadapi Gen Z dalam Pemilu
Era modern, membuat gen z menghadapi banyak tantangan yang dapat memengaruhi keberlangsungan pemilu. Perkembangan teknologi dan penggunaan internet adalah hal yang tak dapat terlepas dalam menunjang berbagai keperluan. Tumbuh dan berkembang bersama teknologi membuat mereka selalu menuntut hal baru yang mereka anggap bosan. Hal ini menjadikan mereka cenderung bertindak semaunya demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka mengakses informasi dari berbagai sumber dan media sosial yang ada. Informasi yang didapatkan pun beragam dan mereka cenderung menerima semua informasi tersebut tanpa memilah informasi yang benar dan salah. Dengan demikian, mereka terkadang ketika menentukan pilihan mereka cenderung bingung melakukannya. Mereka menelan semua informasi tanpa mencari faktanya.
Tentu banyak faktor yang memengaruhi perkembangan gen z. Mereka yang kini dapat mengakses segalanya dengan cepat berdampak pada kualitas literasi mereka. Hal ini menjadikan kurangnya pemahaman akan literasi politik. Padahal, hal ini sangan diperlukan bagi setiap individu.
2. Peran Gen Z sebagai Pemilih Sehat dalam Ajang Pemilu 2024
Gen Z adalah kelompok masyarakat yang lahir pada rentang tahun 1996-2009. Gen Z adalah generasi yang cerdas terhadap teknologi sama seperti Generasi Millennial, namun Gen Z ini diasuh dengan pola pikir yang berbeda sehingga cara berfikir mereka berbeda dengan Generasi Millennial. Beberapa sifat Gen Z seperti Individualistis, reaslistis dan kompetitif menjadikan kebanyakan orang bersteorotip bahwa Gen Z ini bersifat egois namun faktanya tidak demikian. Sebuah penelitian yang disponsori Yayasan PBB menyebutkan ada anggota yang berumur 7 tahun hingga 19 tahun yang berkontribusi terhadap organisasi amal. Ketua tim Parrish Ravelli menyebutkan bahwa Gen Z ingin berkontribusi kepada sesuatu yang lebih besar.
Gen Z disebut sebut sebagai Digital Natives atau penduduk asli digital. Mengapa? karna sebagian besar mereka mempunyai sosial media bahkan sedari kecil. Menurut survei orang tua menyebutkan bahwa 50% mereka memiliki tablet sendiri dan 33% ponsel cerdas dan mereka meskipun di usia muda telah berkomunikasi sebanyak 34% dengan teman di negara lain. Survei ini membuktikan bahwa Gen Z adalah pemilik media digital dan mempunyai pengaruh besar dalam media sosial karena paparan pengaruh iklan dan posingan di media sosial membuat mereka menjadi kelompok konsumen yang paling banyak menuntut dan gampang terpengaruh.
Sebagai generasi yang gampang terpengaruh menjadikan Gen Z ini menjadi sosok paling berpengaruh dalam segala hal. Pada akhirnya semua hal itu akan mengikuti sisi pandang Gen Z agar mendapat lebih banyak perhatian. Namun tidak sedikit dari mereka hanya sekedar ikut-ikutan atau FOMO {fear of missing out} dalam menentukan keputusan. Karena pada dasarnya mereka hanya mengikuti perintah si pembawa pengaruh itu daripada berusaha menentukan dan memecahkankan suatu permasalahan tentang mengapa ia membuat keputusan itu. Pada rentang kelahiran Gen Z hanya kelahiran 1996-2003 yang sudah memiliki julukan dewasa pada tahun 2023 ini. Artinya sebagian besar rentang kelahiran Gen Z pada tahun ini kebanyakan hanyalah usia remaja yang emosinya belum stabil dan anak-anak yang mulai memasuki usia remaja.
Begitu pula ketika kita membahas tentang pemilu yang akan datang tahun 2024. Sesuai peraturan KPU No.9 Tahun 2022 menyatakan “Pemilih adalah warga negara Indonesia yang sudah genap berumur 17 tahun atau lebih, sudah kawin atau sudah pernah kawin”. Artinya Gen Z dengan rentang kelahiran 2002 akhir – 2007 awal adalah pemilih pemula untuk pemilu tahun 2024 mendatang. Berdasarkan data motivasi pemilih pemula pada tahun 2009 menyebutkan sebanyak 64,7% didasarkan motivasi menunaikan kewajiban pertama mereka sebagai warga negara yang telah dianggap dewasa, sekitar 11,8% didasarkan motivasi ingin memenangkan partai politik yang disukai, sekitar 9% didasarkan pada motivasi ingin memiliki pengalaman, sekitar 0,9% didasarkan pada motivasi ikut-ikutan saja dan sisanya karena alasan lain dan tidak tahu.
3. Upaya Pendidikan Politik dalam Menghadapi Problematika Pemilu
Miris sekali generasi muda ini jauh dari kata paham politik untuk kepentingan masa depan negara ini. Bahkan ini dijadikan steorotip bahwa generasi muda memang generasi yang tidak tahu dan hanya ikut-ikutan bahkan tidak peduli terhadap politik. Maka dari itu, untuk pemilu 2024 mendatang kita perlu menghadirkan peserta pemilih yang sehat terutama untuk Gen Z sebagai pemilih pemula. Jangan sampai motivasi pemilu mereka untuk pemilu tahun depan didasarkan seperti pemilu pada tahun 2009 kemarin, Bahkan sampai melakukan golput dalam pemilihan.
Dalam upaya ingin menghadirkan pemilu yang bersih,sehat jujur dan adil seperti motto KPU haruslah berawal dari generasi pemula pemilu yaitu Gen Z. Generasi ini sebenarnya mempunyai label generasi penuh kepolosan dan belum banyak tersentuh sisi negative. Maka dari itu, sangat mudah mewujudkan pemilu sehat Gen Z 2024 dengan diberikannya sosialisasi tentang Pendidikan politik. Beberapa peranan juga penting dalam pelaksanaan pendidikan politik ini seperti peran keluarga, peran lingkungan beraktifitas dan peran lingkungan pergaulan.
1. Peran Keluarga
Orang tua dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat penting terhadap anak-anak mereka. Gen Z dapat mudah berdiskusi dengan orang tua mereka tentang pemilu 2024 mendatang. Tentang siapa yang akan dipilih orang tuanya, berlanjut mengapa hingga pada akhirnya Gen Z ini dapat memilah pilihannya berdasarkan pada pilihan orang tuanya. Dari orang tuanya berlanjut kepada pamannya, bibinya, kakek neneknya, dan saudara-saudara lainnya. Tidak sedikit hasutan yang dibawa keluarga namun, pentingnya berdiskusi disini untuk mewujudkan Gen Z yang berfikir kritis sebagai pemilu pemula terhadap pencalon pemilu 2024.
2. Peran Lingkungan Beraktifitas
Tetangga sekitar dalam hal ini juga berperan penting dalam proses pemilih sehat pemilu 2024. Dikarenakan Gen Z akan mempunyai pemahaman yang lebih luas, ketika menanyakan pendapat mereka tentang pencalonan 2024. Dipastikan ia akan bertanya tidak hanya 1 kepala namun lebih dari itu. Nantinya otaknya mampu merespon dan menyatukan pendapat lebih dari 10 pendapat orang.
3. Peran Lingkungan Pergaulan
Teman sebaya menjadi peran terakhir dalam mewujudkan proses pemilu sehat 2024. Dikutip dari salah satu motivator Rumah Pintar Aisha Randy Arianto W. dan Dyah Lestarini “Hidup kita itu dipengaruhi oleh 3 hal yakni teman, lingkungan, dan hal-hal yang kita lihat dan dengar”. Dari sinilah Gen Z lebih mudah terpengaruh dibandingkan dengan peranan sebelumnya. Namun karena dia telah mengumpulkan berbagai pendapat dari sisi keluarganya dan lingkungan aktifitasnya maka, dalam peranan ini ia yang akan membawa teman-temannya untuk berdiskusi lebih kritis tentang pemilu 2024. Apalagi bila didasarkan pergaulannya yang sama sekali belum paham tentang Pendidikan politik. Mereka akan saling belajar dan memberi ataupun menerima pendapat satu sama lain.
Urgensi Pendidikan politik itu sendiri sangatlah penting terutama untuk orang awam politik terutama Gen Z sebagai pemilih pemula. Gen Z yang sangat dekat dengan sosial media harusnya dimanfaatkan oleh oknum paham politik untuk menyampaikan sosialisasi tentang urgensi Pendidikan politik untuk pemilu 2024. Hal ini dibutikkan pada penelitian tentang urgensi Pendidikan politik menggunakan media sosial kalangan pelajar Makassar dalam pemilu legislatif 2019 dinyatakan 94,6% menganggap bahwa media sosial penting dalam sosialisasi pemaparan visi misi dan program kerja calon anggota legislatif 2019.
Partai politik yang menggunakan media sosial sebagai sosialisasi kampanye nyatanya kurang diminati oleh generasi muda pemilu 2019. Dari hasil penelitian sekitar 73,5% menyatakan konten yang dibuat oleh partai politik kurang menarik generasi muda. Alasannya karena ketidaktarikan generasi muda terhadap isi atau pesan tersirat dari konten kampanye yang bertele-tele. Nyatanya sekitar 86,70% generasi muda lebih tertarik kepada konten yang singkat dan padat. Hal ini seharusnyamen jadi pertimbangan partai politik untuk meningkatkan sosialisasi mereka dalam bentuk konten yang singkat dan padat namun menarik Gen Z pemilu 2024 ini.
Tidak hanya bagi Gen Z, paham Pendidikan politik ini bisa ditunjukkan untuk kalangan masyarakat umum. Karena mungkin sebenarnya orang dewasa pun belum tentu mengerti tentang urgensi Pendidikan politik guna menjadi pemilih sehat pada pemilu pendatang. Maka berdiskusi dengan semua golongan, baik dengan Generasi Millenial dan Gen Z yang begitu dekat dengan sosial media itu perlu. Pahamnya saling mengajarkan dan belajar satu sama lain mampu mewujudkan pemilih cerdas pemilu 2024 mendatang. Dalam jangka panjang di pemilu selanjutnya, kita bisa menggunakan cara ini untuk mengajarkan paham politik untuk generasi selanjutnya. Mengikuti trend itu penting namun haruslah tetap menghadirkan sesuatu yang berkualitas agar tidak disalahartikan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
C. PENUTUP
Pemilih pemula merupakan salah satu kategori pemilih yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pemilih pemula yang ada. Pemilih pemula adalah mereka yang baru pertama kali mendapatkan kesempatan untuk memberikan hak suara pada pemilu mendatang. Pemilih pemula menjadi peran penting dalam keberlangsungan pemilu, karena mereka adalah pemilih dengan pemikiran, latar belakang, dan pengalaman yang baru.
Urgensi Pendidikan politik itu sendiri sangatlah penting terutama untuk orang awam politik terutama Gen Z sebagai pemilih pemula. Gen Z yang sangat dekat dengan sosial media harusnya dimanfaatkan oleh oknum paham politik untuk menyampaikan sosialisasi tentang urgensi Pendidikan politik untuk pemilu 2024.
DAFTAR PUSTAKA
- Claudya, S. E. (2023). Peran Bawaslu dan Mahasiswa Universitas Internasional Batam dalam Membangun Sifat Partisipatif Pemilu kepada Pemilih Pemula SMA Negeri 24 Batam. In National Conference for Community Service Project (NaCosPro), 5(1), 644-650.
- Fathurokhman, B. (2022). PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU). Journal of Research and Development on Public Policy (Jarvic), 1(1), 51-59.
- Haboddin, M. (2018). Menghadirkan Pemilih Pemula Cerdas Pada Pemilu 2014. Jurnal Transformative, 1(1).
- Kharisma, D. (2015). Peran Pendidikan Politik Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Muda. Politico: Jurnal Ilmu Politik, 1(7), 1144.
- Sladek, S. &. (2014). Gen Z. Introducing the first Generation of the 21st Century.
Impressive posts! My blog Article Home about SEO also has a lot…