145
Kejayaan digital pada era modernisasi hingga hari ini memudahkan segala akses terutama dalam informasi dan komunikasi. Berdasarkan data yang dikutip dari KOMINFO pengguna internet di Indonesia hingga hari ini mencapai di kisaran angka 63 Juta orang, 95 persen dari angka tersebut mengakses jejaring sosial. Media sosial seolah menjadi wadah yang menaungi berbagai aspirasi, pendapat, saran serta kritik terhadap suatu fenomena yang sedang terjadi. Media sosial juga menjadi monitoring terhadap suatu isu yang tengah ramai. Dengan menjamurnya media sosial yang dapat menjangkau seluruh wilayah serta kalangan, apalagi gen z yang tidak pernah lepas dengan handphone rupanya segala informasi sebagian besar di peroleh melalui internet. Hal ini di dasarkan pada survei Katada Insight Center (KIC) yang menyimpulkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi yang paling mudah diakses. Fakta itu diporoleh dari 76% dari 1.670 responden yang tersebar di 34 provinsi Indonesia. KIC bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukan survei literasi digital tersebut.
Setiap mendekati tahun Pemilu isu politik berhembus kencang selalu sukses menyita perhatian publik. Isu-isu politiik yang terjadi dengan cepat menjalar di jejaring sosial. Sontak para warganet (warga internet) meramaikan fenomena politik ini. Warganet mengekspresikan melalui kolom komentar, postingan, serta konten yang berisi lika liku Pemilu 2024 ini. Tak sedikit pula yang menyinggung politik Indonesia dalam balutan jenaka. Media sosial juga menjadi perekat antara pejabat politikus dengan masyarakat terutama gen z yang aktif bersosial media. Sehingga tak heran jika para pejabat politikus membangun branding nya melalui media sosial. Serta sebagian besar memfokuskan sasaran suara dari gen z.
Sementara itu, partai juga mengusulkan nama baru dengan usia yang dibilang cukup muda. Seperti Gibran Rakabumi Raka yang mencuat menjadi cawapres 2024, dengan inilah calon pemimpin dari kalangan muda bisa menarik perhatian dari sesama kalangan muda juga. Walaupun banyak pro dan kontra tentang usia Gibran yang belum memenuhi syarat pencalonan cawapres , bahkan tak sedikit yang menyinggung tentang dinasti politik. Gen z dinilai sebagai penyumbang suara yang berpotensi besar, sehingga dibutuhkan pendekatan pada gen z yang bisa direalisasikan melalui media sosial. Tidak salah jika seorang politikus lebih aktif bersosial media menjelang Pemilu untuk memanfaatkan platform serta peluag dalam mencapai kepentingannya. Namun, ada juga fans atau pendukung pejabat politikus yang memyuarakan dukungannya dengan ikut membangun branding seorang pejabat politikus idolanya.
Ganjar Pranowo yang sering membuat konten tentang kunjungannya yang terselip unsur jenaka yang diunggah di kanal youtube, instagram, maupun tiktok sukses mengundang like dan pengikut akun sosial medianya tersebut. Berdasarkan video yang diunggah oleh akun Ganjar Pranowo para warganet selalu meramaikan kolom komentarnya yang sebagian besar menunjukkan ekspresi terhibur. Tak sedikit dari warganet menanti konten konten selanjutnya dari akun sosial media Ganjar Pranowo tersebut. Beberapa higlight media pun membahas tentang pejabat politikus di luar hal politik, seperti sisi lain percintaan Prabowo Subianto yang di angkat kembali. Hal hal random juga menjadi perbincangan yang dapat menaikan branding seorang politikus seperti statment “Prabowo Gemoy”, “pilih Pak Prabowo jomblo support jomblo”. Hal hal lucu dari tokoh politikus justru yang paling banyak mengundang perhatian warganet. Secara tidak langsung, media sosial menjadi platform untuk mempengaruhi sseorang dalam menentukan pilihannya dalam Pemilu 2024. Para pendukung Anies Baswedan juga tak kala menunjukkan suaranya melalui platform sosial media bahwa Anies adalah sosok pemimpin yang bijak ditinjau dari pengalamannya yang menjabat sebagai Gurbernur DKI Jakarta periode 2017-2022 serta sosok politikus yang cerdas.
Melalui media sosial pula seseorang dapat dengan mudah memprovokasi seseorang untuk menentukan pilihannya. Lantas dengan dahsyatnya pengaruh media sosial yang dapat mempengaruhi pilihan suara apakah gen z ini termasuk fomo jika tidak mengkaji lebih lanjut sosok calon pilihannya. Tentu hal ini bisa menjadi kekeliuran jikalau memilih seorang pemimpin hanya melihat dari branding dari media sosial tanpa mencari tahu bagaimana track prestasi, pengalaman serta kemampuan dari setiap tokoh politik.
Referensi
- https://databoks.katadata.co.id: Masyarakat Paling Banyak Mengakses Informasi dari Media Sosial.
- https://www.kominfo.go.id/: Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang.
Impressive posts! My blog Article Home about SEO also has a lot…