Di era Revolusi Industri 5.0 yang sedang kita jalani saat ini, peran Generasi Z dalam dunia politik terus berkembang dan menjadi semakin signifikan. Sebagai Generasi Z, mereka adalah kelompok yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012, dan telah tumbuh dewasa di tengah perubahan teknologi yang pesat. Dalam suasana politik yang kompleks dan dinamis di Indonesia, Generasi Z memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang berarti dalam merumuskan dan menjalankan tata politik yang lebih baik.
Namun, kehadiran Generasi Z dalam politik juga menimbulkan tantangan tersendiri. Mereka harus memahami dan mengikuti kode etik politik yang berlaku, agar bisa bersikap bijak dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah-masalah politik yang muncul di era Revolusi Industri 5.0 ini. Oleh karena itu, penulisan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman kita tentang “Kode Etik Politik Generasi Z” di era Revolusi Industri 5.0.
Dalam esai ini, kami akan membahas beberapa aspek penting yang perlu dipahami oleh Generasi Z dalam menghadapi pergulatan politik di Indonesia. Pertama, kita akan melihat bagaimana Generasi Z dapat menggunakan kecanggihan teknologi dan keterhubungan global sebagai alat untuk mempengaruhi dan membentuk pandangan politik mereka. Kedua, kita akan menganalisis bagaimana Generasi Z dapat menjaga integritas dan moralitas dalam politik, serta memahami pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam menjalankan tugas politiknya. Selain itu, kami juga akan membahas bagaimana Generasi Z dapat memanfaatkan kecerdasan emosional dan kemampuan berempati untuk membangun hubungan politik yang harmonis dan inklusif di masa depan.
Melalui essai ini, kami berharap dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang peran dan tanggung jawab Generasi Z dalam politik di era Revolusi Industri 5.0. Kami berharap bahwa pemahaman terhadap kode etik politik yang dipegang oleh Generasi Z dapat menjadi pondasi yang kuat dalam membangun sistem politik yang lebih adil,
transparan, dan berkelanjutan di masa depan. Mari kita mulai perjalanan ini dengan memahami kode etik politik yang harus dipegang teguh oleh Generasi Z dalam menghadapi tantangan politik di era Revolusi Industri 5.0.
Generasi Z
Generasi Z atau yang juga dikenal sebagai iGeneration, generasi net, atau generasi internet, merupakan generasi yang dilahirkan sekitar tahun 1995 hingga 2010. Mereka tumbuh di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, sehingga teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup mereka. Bahkan sejak kecil, mereka sudah akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian mereka.
Karakteristik Generasi Z mengungkapkan bahwa mereka sangat terampil dalam pengaplikasian teknologi, dan mampu melakukan berbagai kegiatan secara bersamaan. Mereka juga dikenal sebagai “Post Millennials”, “Digital Natives”, atau “Centennials”. Menurut definisi beberapa penelitian, Generasi Z terdiri dari orang-orang yang lahir antara tahun 1995 dan 2010. Mereka merupakan generasi yang melahirkan gelombang karyawan berikutnya, sehingga penting untuk mempelajari ciri-ciri mereka.
Generasi Z memiliki ciri khas yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Salah satu ciri khas tersebut adalah kemahiran mereka dalam menggunakan teknologi komputer dan internet. Mereka sangat mahir dalam berkomunikasi secara online dan cenderung kurang terampil dalam komunikasi lisan. Mereka banyak menghabiskan waktu dengan browsing di World Wide Web, dan menggunakan teknologi internet untuk mencapai kepuasan seketika. Mereka juga dikenal sebagai golongan yang sangat tidak sabar dan suka akan hasil segera.
Dalam berkomunikasi, Generasi Z lebih sering menggunakan platform media sosial dan komunitas online seperti Google dan Facebook. Mereka cenderung menjadi introvert, kreatif, inovatif, dan bersemangat untuk menjadi wirausaha. Mereka juga lebih praktis dan realistis dalam menghadapi tugas-tugas mereka. Selain itu, Generasi Z mudah menerima perbedaan budaya dan memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.
Secara umum, Generasi Z adalah generasi yang sangat nyaman dengan teknologi dan dunia digital. Mereka banyak menggunakan ponsel pintar dan aplikasi mobile, dan menjadi bagian dari generasi yang memiliki akses mudah ke internet dan gadget canggih. Dengan kecakapan teknologi dan karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya, Generasi Z memiliki banyak potensi untuk mengubah dunia dan menghadapi tantangan di era digital.
Revolusi industri 4.0
konsep revolusi industri generasi ke-4 yang diperkenalkan oleh Klaus Schwab pada tahun 2016 melalui bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”. Era ini dianggap sebagai perubahan fundamental dalam hidup dan kerja manusia yang memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas dibandingkan dengan era revolusi industri sebelumnya. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis mempengaruhi disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Terdapat beberapa teknologi baru yang berkembang di era ini seperti robot kecerdasan buatan, teknologi nano, bioteknologi, teknologi komputer kuantum, blockchain, teknologi berbasis internet, dan printer 3D.
Menurut Lee et al (2013), industrial 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor yaitu peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik seperti robotika dan 3D printing. Sementara itu, Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan bahwa prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri.
Herman et al (2016) menjelaskan bahwa terdapat empat desain prinsip industri 4.0 yaitu interkoneksi, transparansi informasi, bantuan teknis, dan keputusan terdesentralisasi. Interkoneksi merupakan kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP). Transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. Bantuan teknis meliputi kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dalam membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah, meliputi bantuan visual dan fisik. Keputusan terdesentralisasi merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.
Dapat disimpulkan bahwa era revolusi industri 4.0 menjadi perubahan fundamental dalam hidup dan kerja manusia. Terdapat beberapa teknologi baru yang berkembang dan memiliki pengaruh dalam berbagai bidang. Prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri. Desain prinsip industri
4.0 terdiri dari empat yaitu interkoneksi, transparansi informasi, bantuan teknis, dan keputusan terdesentralisasi.
Tantangan Revolusi 4.0
Kemajuan teknologi yang semakin pesat memicu terjadinya otomatisasi di hampir semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia. Era revolusi industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi membawa perubahan signifikan dalam cara manusia beraktifitas, baik dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, maupun transformasi pengalaman hidup sebelumnya. Namun, revolusi teknologi ini juga membawa tantangan besar dalam menghadapi ketidakpastian global. Untuk itu diperlukan respons terintegrasi dan komprehensif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi, serta masyarakat sipil. Respon yang tepat dapat mengubah tantangan industri 4.0 menjadi peluang.
Revolusi industri 4.0 membuka peluang yang luas bagi siapapun untuk maju. Kemudahan akses teknologi informasi hingga ke seluruh pelosok menyebabkan semua orang dapat terhubung dalam jejaring sosial. Namun, Wolter dalam Sung (2017) mengidentifikasi beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam era revolusi industri 4.0, di antaranya masalah keamanan teknologi informasi, keandalan dan stabilitas mesin produksi, kurangnya keterampilan yang memadai, keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan, serta hilangnya banyak pekerjaan karena otomatisasi.
Dampak dari revolusi industri 4.0 juga akan terlihat dalam hilangnya jenis pekerjaan. Menurut Dwikorita Karnawati (2017), dalam lima tahun mendatang 35 persen jenis pekerjaan akan hilang dan akan bertambah menjadi 75 persen pada 10 tahun mendatang. Hal ini disebabkan pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh manusia sekarang digantikan oleh teknologi digitalisasi program. Sebagai contoh, berkembangnya sistem perbankan online telah memudahkan proses transaksi layanan perbankan, namun juga menyebabkan 48.000 teller bank di Amerika Serikat harus menghadapi pemutusan hubungan kerja karena alasan efisiensi.
Dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, perlu adanya penyesuaian dan pembaruan keterampilan. Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan industri 4.0 harus diberikan untuk menyiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Pemangku kepentingan di semua sektor harus membuka diri dan mempersiapkan diri untuk berubah mengikuti perkembangan industri 4.0. Dengan begitu, tantangan revolusi industri 4.0 dapat dihadapi dan menjadi peluang untuk kemajuan.
Politik Generasi Z
Kode etik politik adalah seperangkat aturan atau norma perilaku etis yang mengatur para pelaku politik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Kode etik politik mengatur hal-hal terkait dengan integritas, loyalitas, transparansi, akuntabilitas, dan moralitas dalam aktivitas politik. Kode etik politik ditujukan untuk mencegah praktek-praktek korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan perilaku tidak etis lainnya dalam politik. Tergantung pada negara atau lembaga yang menerapkannya, kode etik politik dapat bersifat sukarela atau wajib, dan pelanggarannya dapat dihukum berdasarkan undang-undang atau sanksi-sanksi internal dari lembaga politik tersebut.
Generasi Z, yang merupakan kelompok yang lahir pada rentang waktu 1995 hingga 2010, memiliki peran strategis dalam kehidupan politik saat ini. Mereka menjadi kelompok pemilih potensial yang besar dalam konteks politik elektoral atau pemilihan umum. Oleh karena itu, suara generasi Z menjadi ajang perebutan kontestan pemilu baik partai politik maupun kandidat peserta.
Akan tetapi, berbagai fakta menunjukkan bahwa generasi Z kurang tertarik dengan isu dan masalah politik. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan politik bagi generasi muda belum menjadi perhatian yang cukup. Banyak kalangan anak muda yang menganggap kehidupan politik bukanlah dunia mereka. Padahal, partisipasi politik generasi muda sangat penting dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih dan memperkuat kepercayaan serta legitimasi pemerintah sebagai pemangku kebijakan.
Pendidikan Politik
pendidikan politik ini juga harus memperhatikan karakteristik generasi digital saat ini, yang selalu terpapar oleh informasi yang masif dari media digital dan media sosial. Media sosial dapat memberikan dampak besar terhadap penumbuhan pengetahuan dan partisipasi generasi muda dalam politik, khususnya dalam Pemilu 2019.
Internal dan eksternal faktor dapat membentuk kesadaran politik individu. Faktor internal termasuk pemahaman mengenai hak dan kewajiban, tingkat literasi politik, dan perhatian terhadap isu politik. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi kesadaran politik adalah pendidikan politik. Di sinilah peran negara melalui institusi pendidikan sangat penting dalam membangun kesadaran politik sejak generasi muda.
Sebagai pemilih pemula, perilaku generasi Z dalam demokrasi memiliki karakteristik yang cenderung bersifat individual, merespons secara spontan, dan hanya tertarik pada isu parsial yang tidak merepresentasikan perbedaan sosial. Fenomena seperti gerontokrasi, apatisme politik, dan praktik oligarki dalam dunia politik harus dapat dijawab oleh generasi
Z. Keberadaan populasi generasi Z yang terus meningkat merupakan sumber kekuatan kontrol yang efektif terhadap kebijakan politik.
Eksistensi generasi muda dalam politik saat ini masih terlihat dalam tataran permukaan saja. Mereka masih banyak melakukan aktivitas politik di media sosial. Namun, kemauan untuk terjun secara langsung dalam organisasi politik dan organisasi ke pengawasan politik pemerintah atau LSM masih tergolong minim. Generasi muda harus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi politik secara langsung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengakses media internet dan media sosial sebagai sarana menyampaikan informasi mengenai isu politik yang sedang berkembang.
Tujuan utama dari pendidikan politik adalah untuk memberikan panduan dan membangun kesadaran berbangsa dan bernegara pada generasi muda Indonesia. Agar pendidikan politik dapat berjalan dengan maksimal, dibutuhkan dukungan dari berbagai lembaga seperti keluarga, masyarakat, dan media massa.
Dalam melakukan pendidikan politik bagi generasi muda, banyak faktor yang perlu diperhatikan untuk mendukung kesuksesannya. Pendidikan politik ini harus disesuaikan dengan karakteristik generasi muda yang sangat digital dan terbiasa dengan teknologi. Hal ini disebabkan karena Indonesia dihadapkan pada gelombang perubahan yang semakin pesat, yaitu revolusi industri 4.0 atau revolusi informasi.
Pendidikan politik yang efektif bagi generasi Z harus merepresentasikan karakter generasi Z itu sendiri. Keterhubungan generasi Z dengan dunia digital yang masif harus menjadi pertimbangan penting dalam proses pendidikan politik bagi mereka. Penggunaan media sosial, pembentukan komunitas virtual, serta gerakan sosial di dunia digital merupakan pola pendidikan politik yang ideal pada masa kini.
Di Indonesia, terdapat komunitas Generasi Z yang aktif dalam arena politik pada event politik seperti Pilkada Serentak tahun 2020. Komunitas ini memberikan kesempatan bagi generasi Z untuk menyalurkan aspirasi dan aktivisme politik mereka, khususnya dalam pemilihan kepala daerah.
Pendidikan politik perlu dilakukan secara berkelanjutan dan tidak hanya diimplementasikan saat pilkada saja. Generasi Z perlu terus dilibatkan dalam jalannya pemerintah daerah untuk mencapai kebijakan yang tepat sasaran. Pendidikan politik adalah upaya preventif yang efektif dalam menumbuhkan kesadaran, keterlibatan, dan partisipasi politik masyarakat.
Agar generasi z bisa menjadi subjek yang kritis dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan politik, pendidikan politik yang baik perlu diimplementasikan dalam kehidupan mereka. Efek sosialisasi politik dari agen politik seperti keluarga, media massa, dan lembaga sekolah juga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk sikap dan perilaku yang positif pada generasi z pendidikan politik yang tepat, diharapkan generasi Z menjadi masyarakat yang saling bekerja sama untuk menciptakan tatanan kehidupan yang demokratis dan memahami hak serta tanggung jawab mereka dengan baik. Pendekatan ini dapat menjadi solusi preventif dalam memastikan keberlangsungan dan demokratisasi sistem politik Indonesia di masa depan.
Pendidikan politik pada generasi Z merupakan hal yang sangat penting. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membelajarkan tentang pendidikan politik pada generasi Z .
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan pendidikan formal. Pendidikan formal atau sekolah menawarkan berbagai pilihan pembelajaran dan komitmen yang berkaitan dengan topik politik. Sekolah mempunyai sistem kurikulum yang sudah direncanakan dan disusun secara baik. Kurikulum dapat dijadikan sebagai media untuk merancang pendidikan politik yang baik karena dapat menunjang proses penanaman dan pembentukan kesadaran politik pada siswa di lingkungan sekolah. Selain itu, pendidikan bagi seorang siswa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pola pikir dan soft skill-nya sehingga akan berdampak positif terhadap kehidupannya. Pendidikan adalah segala situasi yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup.
Cara selanjutnya adalah dengan menggunakan media sosial. Media sosial merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dengan semua kalangan di era digital saat ini. Mayoritas anak muda menghabiskan waktu 8-10 jam untuk bermain media sosial dalam setiap harinya sehingga segala yang ada didalamnya dapat mempengaruhi cara pandang para generasi muda. Oleh karena itu, media sosial bisa digunakan sebagai sarana pendidikan politik jika digunakan dengan baik. Hal ini dapat seperti membuat konten yang mengenalkan tokoh-tokoh politik atau segala sesuatu tentang politik agar dekat dengan kehidupan generasi muda. Media sosial sebagai sarana pendidikan politik akan dapat menjangkau generasi muda yang lebih luas, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat mendapatkan pendidikan politik.
Bentuk-bentuk pendidikan politik dapat dilakukan melalui bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain bentuk publikasi massa yang biasa membentuk pendapat umum, siaran radio dan televisi serta film (audio visual media), lembaga atau asosiasi dalam masyarakat seperti masjid atau gereja tempat menyampaikan khotbah, dan juga lembaga pendidikan formal ataupun informal. Bentuk dan proses sosialisasi atau pendidikan politik dapat bersifat laten atau tersembunyi dimana kegiatan atau aktivitasnya berlangsung dalam lembaga-lembaga sosial non-politis seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan keagamaan, lingkungan kerja maupun lingkungan sekolah atau kampus. Bentuk dan proses tersebut juga dapat bersifat terbuka di mana aktivitasnya berlangsung dalam lembaga politis tertentu (termasuk pemilu dan perangkat-perangkatnya).Dalam upaya membelajarkan tentang pendidikan politik pada generasi Z i, dibutuhkan keseriusan dan kreativitas agar pendidikan politik dapat disampaikan secara efektif dan menarik bagi generasi muda. Melalui pendidikan politik yang tepat, generasi Z bisa mengembangkan kesadaran politik yang baik dan bertanggung jawab serta dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.
Pandangan Generasi Z dalam bidang Politik
Pandangan politik dan kemampuan pengaruh Milenial dan Gen-Z sangatlah penting untuk diperhatikan dalam konteks politik dan kepemimpinan saat ini. Menurut Stella M. Rouse dan Ashley D. Ross dalam bukunya yang berjudul The Politics of Millennials: Political Beliefs and Policy Preferences of America’s Most Diverse Generation, kedua generasi ini memiliki pandangan politik yang lebih progresif dan inklusif pada isu-isu seperti hak minoritas, hak LGBT, dan kebijakan lingkungan. Selain itu, mereka juga sangat aktif dalam menggunakan teknologi dan media sosial untuk berpartisipasi dalam politik dan mempengaruhi kebijakan.
Secara keseluruhan, pemimpin politik dan partai politik perlu memperhatikan pandangan dan kebutuhan kedua generasi ini dalam kebijakan politik dan kampanye pemilihan. Selain itu, mereka juga harus memperhatikan nilai, sikap, dan preferensi khusus yang dimiliki oleh generasi muda saat ini. Misalnya, kedua generasi ini memiliki keprihatinan yang tinggi terhadap keseimbangan kerja-hidup dan nilai-nilai yang berkaitan dengan keterlibatan sosial dan lingkungan.
Kepemimpinan yang efektif harus mampu memahami dan menghargai nilai-nilai, sikap, dan preferensi yang dimiliki oleh kedua generasi ini. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap perubahan dan lebih suka bekerja dalam tim. Oleh karena itu, kepemimpinan yang baik harus dapat memanfaatkan kemampuan mereka untuk bekerja dalam tim dan membangun lingkungan kerja yang positif dan inklusif. Selain itu, kepemimpinan juga harus dapat menyediakan lingkungan kerja yang fleksibel dan terhubung secara digital untuk memenuhi preferensi mereka.
Dalam rangka memperkuat kepemimpinan pada generasi muda saat ini, penting untuk menyediakan lingkungan kerja yang berkualitas dan mempertimbangkan preferensi generasi ini terhadap teknologi dan gaya kerja yang lebih terhubung secara digital. Kepemimpinan yang efektif juga harus memahami dan menghargai pandangan politik dan nilai-nilai yang dimiliki oleh kedua generasi ini. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pemimpin politik dan organisasi dapat memastikan bahwa mereka dapat beradaptasi dengan pandangan politik dan kebutuhan generasi muda saat ini dan memimpin mereka menuju masa depan yang lebih baik.
Dengan demikian, Generasi Z adalah generasi yang terlahir dalam era digital dan keterhubungan global. Hal ini memberikan peluang besar bagi mereka untuk mempengaruhi dan membentuk pandangan politik mereka melalui akses yang mudah terhadap sumber informasi dan jejaring sosial media yang luas. Oleh karena itu, Generasi Z harus memanfaatkan teknologi dengan bijak dan kritis dalam mencari informasi dan terlibat dalam politik.
Namun demikian, Generasi Z harus tetap menjaga integritas dan moralitas saat terlibat dalam politik. Mereka harus memahami pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam menjalankan tugas politiknya. Semua tindakan mereka harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang jujur dan bersih dari konflik kepentingan. Mereka juga harus memastikan bahwa tindakan politik yang diambil selalu untuk kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Selain itu, Generasi Z perlu memanfaatkan kecerdasan emosional dan kemampuan berempati untuk membangun hubungan politik yang harmonis dan inklusif di masa depan. Dalam pergulatan politik yang kompleks dan seringkali penuh dengan perbedaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain dan mampu bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama sangatlah penting. Generasi Z dapat melatih diri untuk menjadi pemimpin yang memiliki kemampuan beremapt dan keterampilan komunikasi yang efektif.
Akhirnya, Generasi Z harus mempunyai integritas dan moralitas yang kuat dan memahami bagaimana memanfaatkan kecerdasan emosional dan kemampuan berempati yang memadai. Ini akan membantu mereka memperoleh pengaruh yang positif dan membangun hubungan politik yang harmonis dan inklusif di masa depan. Dengan begitu, Generasi Z dapat menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang dapat memperbaiki sistem politik Indonesia dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk negara kita.
Heading Title
- Antaranews.com. (2023, May 7). Gen-Z, Milenial, politik masa depan. Antara News. https://www.antaranews.com/berita/3525420/gen-z-milenial-politik-masa-depan
- Asriandi, & Kattya Nusantari Putri. (2020). KOMPETENSI GENERASI Z DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (STUDI KASUS PERGURUAN
TINGGI DI MAKASSAR). SEIKO : Journal of Management & Business, 3. Journal.stieamkop.ac.id/seiko - Kuncoro, Bayu Prasetyo, Noviani, Achmad Putri, Didi, & Pramono. (n.d.). BAB I. PENDIDIKAN POLITIK GENERASI MUDA MELALUI GERAKAN VOLUNTARISME
KOMUNITAS MILENIAL. Book Chapter Konservasi Pendidikan, 3. https://doi.org/10.1529/kp.v1i3.48 - Setiyowati, R., Alfiandra, A., & Nurdiansyah, E. (2022). PENDIDIKAN POLITIK GENERASI Z DI ERA DISTRUPSI. Jurnal Kajian Tunggal Ika : Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan PKN, 9(1), 94–98
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA - Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
- Nama : Selvi Rahma Gusni
- Nama Kampus dan Jurusan : Poltekess Kemenkes Padang/Keperawatan Alamat: Padang , Sumatera Barat
Kontak :083181826595 - Dengan ini menyatakan Esaai berjudul Gen Z.C.O.D.E: Memahami Kode Etik Politik Generasi Z di Era Revolusi Industri 5.0 yang diikutsertakan dalam “Lomba Menulis Essai”yang Diselenggarakan oleh GMNI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta adalah Benar karya saya sendiri dan Esai tersebut belum pernah menjadi finalis Atau memenangkan perlombaan sejenis.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Jika Kemudian ditemukan menyalahi aturan yang ditentukan atau hak cipta Orang lain, karya ini berhak didiskualifikasi dari perlombaan tersebut dan Segala bentuk pelanggaran hak cipta menjadi tanggungjawab peserta Yang bersangkutan bukan tanggungjawab penyelenggara.
1 comment
semangat