Politik hanyalah manipulatif. Kontestasi pencitraan yang dipenuhi dengan sandiwara apik di depan …
Elsa Balqis Shafira
Elsa Balqis Shafira
Elsa Balqis Shafira adalah seorang pecinta ketenangan, kesunyian, dan kenangan. Darma hidupnya ialah menjadi “lifelong-learner” karena ia menyadari betul bahwa begitu banyak hal yang tidak ia ketahui. Ia lahir di Tangerang, pada hari anak Internasional sekaligus hari lahirnya ideologi Indonesia, Pancasila. Sejak kecil, ia telah memiliki cinta yang mendalam pada buku bahkan ia selalu menyimpan buku di bawah bantal tidur. Baginya, membaca merupakan tangga nada melodi irama jiwa, sedangkan tulisan sebagai instrumen paling merdu untuk meluapkan isi jiwa. Saat ini, ia tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi semester 5 prodi Dirasat Islamiyah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Guna menunjang serta membuka wawasan, pandangan, serta mengetahui perspektif lain suatu diskursus, ia mengikuti organisasi non-profit ISC (International Studies Club) sebagai Project Officer divisi Global Intellectual Talks yang berfokus pada kegiatan diskusi tekait isu internasional yang telah, akan, atau tengah terjadi. Selain itu, ia juga menjadi guru pengabdian di pondok almamaternya, Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 Kampus Dza 'Izza. Bidang pelajaran yang ia ampu meliputi fiqih, tajwid, tafsir, hadits, nahwu, sharf, muthala’ah dan lain sebagainya. Selain menulis, ia juga aktif menjadi aktor dalam kegiatan seni teater, di antaranya beberapa lakon terkenal seperti "Merdeka" karya Putu Wijaya, "Kampung Kardus" karya Gepeng Nugroho dan lainnya. Teater terbaru yang ia lakoni berjudul "Warung Kopi di Pinggir Kuburan" karya Ahmad Moehdor Al-Farisi pada bulan Agustus 2023 lalu. Tulisannya dapat ditemui di Majalah Dza ‘Izza (Media Informasi Pondok Pesantren Daar el-Qolam 3 kampus Dza 'Izza), serta publikasinya yaitu sebuah buku antologi cerpen berjudul “Gugur Dedaunan” yang diterbitkan pada 2019 silam. Tahun ini, ia tengah menggarap book chapter yang mengangkat tema “Moderasi Beragama” bersama kawan sejawat mahasiswa dan dosen fakultas, judul tulisannya “Kontroversi ‘Mazhab Keberagamaan Baru’ di Indonesia”, mempublikasi sebuah buku solo pertama berupa kumpulan hasil kontemplasi hidup sebagai jejak eksistensinya dengan judul “Darma Kehidupan”. Ia aktif mengikuti lomba kepenulisan esai, cerpen dan puisi baik di tingkat daerah, nasional hingga internasional. Pada Juni 2023 lalu, ia mendapatkan Juara 3 dalam Lomba Esai di acara Gebyar Sabilussalam dengan mebubuhi judul pada tulisannya, “Secercah Cahaya Sejarah Islam”. Baginya, seni adalah kehidupan. Hidup tanpa seni adalah hidup yang hampa dan gersang. Seni juga menjadi salah satu wasilah untuk menyelami keindahan-Nya. “Sesungguhnya Allah Maha indah dan mencintai keindahan” (HR. Muslim).
-
Pos Ronda